Minggu (18/12/2022), saya berkunjung ke salah satu Museum terbaru yang ada di Kabupaten Pacitan. Museum ini bernama Museum Song Terus.
Museum Song Terus berada di kawasan situs Goa Song Terus, Desa Wareng, Kecamatan Punung, Kabupaten Pacitan. Museum ini terletak kurang lebih 100 meter dari situs Goa Tabuhan dan tepat berada di depan Situs Goa Song Terus. Museum yang telah dibangun sejak tahun 2016 ini melaksanakan soft opening di bulan Oktober lalu.
- Akses Oke
Museum Song Terus bisa didatangi dengan menempuh jarak 23 kilometer dari pusat kota Pacitan. Sekitar 40 menit jika menggunakan sepeda motor, dan hampir 1 jam jika menggunakan kendaraan roda empat.Â
Akses jalan juga gampang dilewati karena sudah dilapisi aspal. Hanya saja, pengunjung akan disuguhkan dengan jalan yang lumayan naik turun dan tikungan yang cukup tajam. Sebenarnya ada dua jalur yang bisa digunakan, yaitu melewati Tanjakan Sedeng dan Jalan Lintas Selatan. Jika memang belum mengenal tipikal jalanan Pacitan, lebih baik melewati jalur Jalur Lintas Selatan karena jalanan lebih landai dan aman walaupun jarak yang harus ditempuh lebih panjang.
Kemudian, pastikan belok di arah masuk Kawasan Goa Tabuhan, bukan gang kecil pemukiman. Salah satu teman saya bahkan harus melewati gang-gang kecil dan area persawahan karena salah masuk belokan. Maklum, mereka baru pertama kali kesana dan hanya bermodalkan Google Maps.Â
- Desain Modern yang Aesthetic
Museum Song Terus dirancang oleh bapak Gubernur Jawa Barat yaitu Ridwan Kamil. Bagian depan museum ada sebuah ikon DNA dengan tulisan MUSEUM SONG TERUS besar di bagian bawahnya. Bangunan museum ini berbentuk balok. Tembok bagian depan museum terdiri dari banyak batuan dan kaca yang disusun dengan sangat apik. Hal ini menambah sisi estetika dari museum ini. Atap kaca membuat cahaya matahari bisa leluasa masuk dan menerangi bagian depan museum.
Museum ini memiliki desain futuristik dan modern walaupun merupakan salah satu museum berisi peninggalan sejarah Pacitan. Dilansir dari Pacitanku.com, bangunan Museum Song Terus terdiri dari tiga lantai. Lantai bawah tanah (underground) berisi ruang penelitian, ruang pengelolaan koleksi, ruang rapat dan kantor.Â
Sedangkan di lantai dasar meliputi VIP room, cafetaria dan ruang pameran temporary. Sementara di bagian lantai atas terdiri dari ruang audio visual, auditorium, dan gudang. Museum mini juga dilengkapi perpustakaan yang berisi buku-buku sejarah.
Untuk naik ke lantai atas, kita bisa melewati bidang miring dengan suguhan pemandangan aksen kerucut berwarna merah yang menjadi titik tengah ruangan.
Saat memasuki ruang pameran, kita kan disuguhkan dengan berbagai koleksi pra-sejarah seperti kerangka manusia purba, hewan, hingga alat-alat yang digunakan pada saat itu. Ada juga banyak penjelasan tentang situs Pegunungan Kars Gurung Sewu. Tidak hanya itu, kita juga bisa melihat bukti sejarah masa lalu hingga masa kini. Tidak lupa juga banyak sketsa dan ilustrasi tentang kehidupan purba.Â
Karena ruangan yang cenderung gelap, koleksi museum menjadi semakin pop-up dan menarik untuk dilihat.
Kita juga bisa menemukan banyak spot foto yang estetik dan unik untuk mendukung unggahan yang instagramable.
- Fasilitas Lengkap
Berbagai fasilitas yang ditawarkan oleh Museum Song Terus terbilang mencukupi. Walaupun belum berfungsi penuh karena belum Museum yang terbilang baru.Â
Saat sampai disana, kita bisa memilih untuk parkir di luar atau dalam area museum. Jika parkir di bagian luar, kendaraan kita akan ditata sedemikian rupa di kiri jalan, tepatnya di depan Goa Song Terus. Kita juga cukup membayar seikhlasnya. Jika parkir di dalam, kendaraan akan diarahkan ke area lantai 1 yang menyerupai basement di samping area kantor Museum.
Setelah memasuki area museum, kita akan diarahkan ke area Registrasi. Karena masih di masa pandemi, kita harus registrasi secara manual dan cek suhu tubuh. Sementara ini, kita bisa menikmati berbagai koleksi temuan situs Pacitanian dan situs Gunung Sewu secara gratis karena belum ada keputusan mengenai tiket masuk oleh Kemendikbud.Â
Setelahnya, ada ruang penitipan untuk pengunjung yang memiliki barang bawaan banyak. Ada pula VIP room untuk pengunjung khusus. Ada juga list yang mempermudah pengunjung meng-explore area Museum, walaupun pada saat saya berkunjung lift ini belum berfungsi maksimal. Toilet juga ada di setiap sudut dan lumayan bersih. Di kawasan luar museum ada 2 mushola kecil yang bisa digunakan untuk ibadah umat muslim. Terkadang juga ada pameran UMKM yang memang diadakan untuk membantu perekonomian masyarakat.
Area sekitar museum juga banyak digunakan masyarakat sekitar untuk berjualan makanan dan minuman. Jadi, urusan perut aman, lah.
Apa yang kurang, ya?
Ada beberapa hal yang menurut saya masih kurang dimaksimalkan Museum Song Terus.
Pertama, pegawai yang sangat sedikit. Saat saya bertanya kepada salah seorang tenaga teknis disana, total pegawai saat ini ada 19 orang. Dengan tenaga teknis berjumlah 8 orang dan tenaga kebersihan serta keamanan berjumlah 11 orang, museum ini harus beroperasi dan menerima banyak pengunjung tiap harinya. Tenaga teknis ini berasal dari Kemendikbud, sedangkan tenaga keamanan dan kebersihan berasal dari warga lokal.Â
Kurangnya pegawai ini berakibat pada banyak hal. Kebersihan area lantai dasar menjadi kurang. Banyak sampah yang berserakan disana. Walaupun tidak sampai menumpuk, tapi cukup mengganggu. Jumlah tenaga teknis yang sedikit ini juga membuat pengawasan terhadap pengunjung berkurang. Banyak peraturan yang dilanggar oleh pengunjung, seperti larangan untuk menyentuh objek, larangan untuk tidak berisik, dan larangan membawa makanan.
Alhasil, ada rasa tidak nyaman saat mengunjungi museum ini, apalagi saat weekend dan rame-ramenya.Â
Kedua, kurangnya teks keterangan berbahasa Inggris. Sejak awal, Museum Song Terus memang dibuat dengan standar internasional. Oleh karena itu, fasilitas dan desain yang dipakai memang modern dan enak dilihat. Namun, ada satu hal yang agak mengganggu pikiran saya. Jika ini berstandar internasional, kenapa hanya ada sedikit keterangan teks berbahasa Inggris?
Keterangan teks berbahasa Inggris ini sebenarnya bisa ditemukan di keterangan kecil pada setiap kerangka atau benda yang dipamerkan. Namun, saya tidak bisa menemukan teks bahasa Inggris di seluruh papan keterangan besar yang berisi informasi penting terkait situs Pacitanian dan Situs Gunung Sewu. Hal ini tentunya sangat disayangkan jika memang museum ini mempunyai standar internasional. Mungkin selanjutnya berbagai keterangan dalam bahasa Inggris bisa dilengkapi mengingat Pacitan juga merupakan kawasan wisata yang ramai akan turis lokal dan internasional.
Ketiga, banyak fasilitas yang belum beroperasi. Mungkin karena tempat ini baru dibuka kurang lebih 2 bulan, masih banyak fasilitas yang belum bisa digunakan. Contohnya seperti lift, cafetaria, ruang audio visual dan perpustakaan juga belum bisa diakses secara bebas.
Nah, itu tadi sedikit cerita saya saat berkunjung ke Museum Song Terus di Kabupaten Pacitan. Walaupun terbilang baru dan belum beroperasi 100%, tapi museum layak untuk menjadi wisata alternatif dan edukatif bagi keluarga.
Saat ini, Museum Song Terus bisa dikunjungi setiap hari Selasa - Minggu pukul 09.00-15.00 WIB. Tertarik berkunjung?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H