Karena kendaraan bermotor dilarang melintas, banyak sekali masyarakat yang datang untuk sekedar berjalan-jalan ringan dengan keluarga dan teman di tengah jalan.Â
Di kanan dan kiri jalan akan ditemui banyak pedagang, mulai dari pakaian, makanan, minuman, buah, sayur, hingga hewan. Saat memasuki area jalan Suromenggolo, kiri dan kanan jalan akan lebih banyak ditemui berbagai pedagang makanan dan UMKM.Â
Jujur, daripada CFD, saya merasa seperti memasuki area pasar kaget saking lengkap dan crowded-nya.Â
Setelah sempat ditiadakan selama hampir 3 tahun, Car Free Day di Ponorogo kebali diadakan tahun ini. Antusiasme yang sangat tinggi ini membuat banyak sekali masyarakat datang untuk sekedar berjalan-jalan santai sambil jajan.
Namun, di balik ramai dan manfaatnya, ada satu permasalahan yang pasti ada setelah CFD. Ya, masalah sampah.
Seperti yang kita tahu, semakin banyak orang yang datang dalam suatu event, pasti banyak pula sampah yang dihasilkan. Demikian pula yang saya lihat saat melintasi jalan Suromenggolo siang tadi.Â
Sampah sisa CFD ada dimana pun. Di tengah dan pinggir jalan, di tengah taman, di area pedestrian, dan banyak area lain. Saat beberapa kali melintasi jalan ini setelah CFD pun selalu begitu, sampah dimana-mana.Â
Ada beberapa hal yang terlintas di pikiran saya setelah melihat pemandangan yang cukup mengganggu ini.
- Kurangnya kesadaran membuang sampah pada tempatnya
Saat melintas, saya dapat melihat berbagai bungkus makanan dan botol air minum menumpuk di salah satu sudut jalan. Lalu ada juga sampah yang sudah dimasukkan kedalam satu kantong plastik lumayan besar tergeletak di pinggir jalan.Â
Tentunya bisa disimpulkan bahwa tidak hanya pengunjung saja yang membuang sampah sembarangan, tetapi kemungkinan pedagang juga melakukan hal yang sama.