Pasar Legi Songgolangit Ponorogo. Dengan berbekal sedikit daftar belanja, saya menstarter motor matic sebelum matahari makin terik.
Beberapa hari yang lalu, saya berbelanja memutuskan berbelanja mingguan diPasar Legi Songgolangit adalah satu-satunya pasar modern yang ada di Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur. Pasar ini berlokasi di tengah kota Ponorogo. Pasar ini sempat mengalami kebakaran hebat di tahun 2017 dan banyak pedagang dan direlokasi. Pada tahun itu juga, pasar lumayan lama menjadi area kosong sebelum dibangun ulang.
Dilansir dari laman Pemkab Ponorogo, pembangunan ulang Pasar Legi Songgolangit menghabiskan dana APBN sebesar 133 milyar rupiah. Pembangunan ulang ini selesai pada bulan Februari tahun 2020 dan pasar mulai dibuka untuk umum pada bulan Juli 2021. Pasar dibangun ulang menjadi gedung besar berisi 4 lantai dengan ornamen bulu merak di bagian luar yang identik dengan Reog Ponorogo.
Usai pembangunan ulang ini, pasar menjadi lebih rapi, bersih dan nyaman daripada sebelumnya. Oleh karena itu, saya sering berbelanja di pasar ini.Â
Setelah 10 menit berkendara, saya akhirnya masuk ke area parkir bagian utara. Â Kesan pertama yang saya dulu adalah parkir yang lumayan bersih dan rapi. Walaupun belum ada tiket parkir otomatis yang bekerja dengan optimal, banyak sekali tukang parkir yang sigap membantu para pengunjung. Kendaraan terparkir rapi dan membayar harga yang sama, yaitu 2 ribu rupiah untuk sepeda motor. Ada juga area parkir khusus mobil di lantai 2 yang memudahkan mobilitas pedagang.Â
Pasar Legi Songgolangit memiliki tiga pintu masuk utama di bagian depan, tengah, dan belakang. Saya yang waktu itu masuk lewat pintu tengah, disambut dengan banyaknya pedagang di kanan kiri. Lantai 1 pasar ini diisi dengan pedagang sayuran, buah, daging, dan ikan. Berbagai bahan-bahan yang diperjualbelikan dijamin sangat segar dan memiliki harga yang bersaing. Walaupun berisi bahan-bahan basah, area lantai 1 masih lumayan bersih dan nyaman untuk dijelajahi.
Setelah berbelanja beberapa sayur dan buah, saya memutuskan naik ke lantai 2. Untuk akses ke lantai atas, Pasar Legi Songgolangit memiliki 4 akses. Tangga konvensional, lorong miring, eskalator, dan lift. Kurang lebih ada 3 jalur tangga konvensional dai ujung dan juga tengah pasar. Ada satu lorong miring yang biasa digunakan pedagang untuk membawa lori. Ada 2 jalur eskalator yang berhadapan di bagian tengah gedung. Dan yang terakhir ada 2 lift di bagian utara dan selatan.
Sedikit tips, tetap berhati-hati saat menggunakan eskalator. Arah naik turun eskalator terkadang diganti secara mendadak. Dari 2 lift yang ada, lift pengunjung di pintu masuk depan terasa lebih bersih dan nyaman karena jarang digunakan. Sedangkan lift barang di dekat parkir pintu belakang akan selalu penuh dengan hilir mudik pedagang dan petugas pasar.Â
Saya kemudian naik menuju lantai 2 menggunakan eskalator. Lantai 2 ini berisi pedagang mracang (sembako) dan jajanan. Kita bisa menemukan jajanan kering penuh msg yang biasa dijual kiloan. Ada juga berbagai jajanan pasar yang menggugah selera dengan harga yang murah meriah. Dan tidak ketinggalan berbagai jajanan tradisional oleh-oleh khas Ponorogo.
Setelah mendapatkan telur di salah satu toko sembako, saya naik ke lantai 3. Lantai 3 ini berisi berbagai toko perkakas, plastik, sepatu, tas, dan herbal (empon-empon). Kita akan disamput dengan bau-bau eksotis dari bahan-bahan herbal. Kita juga bisa dengan mudah menemukan berbagai model sandal, sepatu, dan tas yang sangat bervariasi dengan harga miring yang tentunya boleh ditawar. Lantai 3 juga ada tempat ibadah berkapasitas besar dengan fasilitas wudhu dan kamar mandi yang bersih dan terawat.
Lantai 4 merupakan area favorit saya. Lantai ini berisi berbagai toko pakaian, area penjahit, dan foodcourt. Kita bisa menemukan berbagai toko pakaian dengan harga bersaing, area menjahit yang bisa langsung kita tunggu di tempat hasilnya, dan berbagai jajanan tradisional hingga kekinian.Â
Sebut saja nasi pecel, soto , dan dawet jabung yang dibandrol 5 ribu per porsi. Atau makanan yang lebih berat seperti mie ayam dan juga bakso dengan harga 8 ribu rupiah. Saya juga bisa menemukan makanan ringan kekinian seperti kebab, croffle, dan dimsum dengan harga terjangkau tapi dengan kualitas yang lumayan. Tentunya ada juga berbagai minuman seperti es teh, thai tea, bahkan boba.Â
Pengunjung juga disediakan banyak tempat duduk dan meja yang bisa digunakan untuk beristirahat dengan nyaman setelah berkeliling pasar. Lengkap sekali, bukan?
- Mulai 'hidup' agak siang
Begini, jika dibandingkan dengan pasar tradisional lain, Pasar Legi Songgolangit memiliki jam sibuk relatif siang. Disaat pasar lain ramai sejak pagi buta, pedagang di pasar ini hanya 'hidup'di lantai 1 saja pada pagi hari. Saat matahari mulai naik, baru lah kios-kios buka. Bahkan, area foodcourt mulai ramai saat masuk jam 9 pagi.
Hal ini mungkin terjadi karena pasar ini memiliki jam operasional yang lumayan ketat dan lokasi yang nyaman. Pedagang merasa bebas dan nyaman untuk membuka kiosnya agak siang karena pasar tutup jam setengah 6 sore. Area pasar yang nyaman dan adem juga membuat pengunjung bebas ingin datang bahkan di siang bolong.
- Lokasi yang bersih dan terawat
Saya pernah bertanya dengan salah seorang cleaning service yang bekerja di Pasar Legi Songgolangit. Ada puluhan cleaning service yang dipekerjakan untuk menjaga kebersihan pasar. Mereka dibagi menjadi 2 shift, pagi dan siang. Mereka harus menyapu, mengepel, dan membuang sampah 2 kali dalam sehari. Ada juga tim teknisi yang bekerja disana. Mereka bertugas memperbaiki listrik, cctv, lift, hingga eskalator. Lift dan eskalator juga dibersihkan dan di-service tiap minggunya.Â
- Banyak kios kosong
Saya bisa mengatakan bahwa hampir setengah kios-kios yang ada di lantai 2,3, dan 4 itu kosong dan belum disewa. Kios-kios yang disewa kebanyakan berada di dekan akses tangga, lift, dan eskalator. Hanya kios-kios yang 'terlihat' saja yang disewa oleh pedagang. Alhasil, jika masuk agak dalam, kita akan menemukan banyak kios kosong yang tidak berpenghuni sejak pasar ini dibuka.
- Bagus tapi sepi
Satu hal yang saya amati juga adalah pasar ini cenderung sepi di hari biasa dan agak sedikit ramai di akhir pekan. Entah karena banyaknya kios kosong atau memang karena pengunjung tidak banyak yang datang. Keramaian mungkin masih bisa dirasakan di lantai 1 pada pagi hari. Namun, saat agak siang, pengunjung untuk lantai 2, 3, dan 4 cenderung sepi dengan pengunjung yang sedikit. Saya juga bisa melihat dengan jelas area parkir banyak yang kosong saat hari mulai siang.Â
Tentunya hal ini sangat disayangkan. Ada pasar modern dengan fasilitas yang oke, di tengah kota yang aksesnya gampang, isinya juga lengkap, eh tapi malah nggak banyak yang datang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H