Nah, fenomena yang menghantam RB ini disebut dengan Cancel Culture.
Apa itu cancel culture?
Secara umum, cancel culture dapat diartikan sebagai bentuk aksi boikot terhadap seseorang atau suatu pihak karena adanya skandal atau  perilaku negatif yang telah dilakukan.Â
Hal ini bisa terjadi kepada siapapun, tetapi kasus cancel culture makin parah terjadi kepada public figure atau tokoh publik.Â
Dilansir dari Parapuan.com, cancel culture tidak hanya berbentuk ujaran kebencian, tetapi juga surutnya dukungan. Seperti yang kita tahu, bentuk dukungan yang dulunya diberikan berangsur-angsur hilang.Â
Selain karena adanya skandal atau tindakan negatif yang dilakukan oleh seseorang, cancel culture juga disebabkan oleh beberapa hal lain. Dilansir dari detik.com, kurangnya literasi menjadi salah satu penyebab adanya cancel culture.Â
Kurangnya literasi ini membuat seseorang menutup diri dari fakta yang sebenarnya yang berujung pada perilaku main hakim sendiri.
Selain kurangnya literasi, standar ganda juga menjadi penyebab lain. Para public figure diharapkan selalu berperilaku baik dan menjadi contoh dimanapun.Â
Akhirnya, terbentuklah ekspektasi akan sosok suci yang tidak boleh melakukan kesalahan satu pun. Padahal, mereka juga manusia biasa yang tidak luput dari kesalahan.Â
Saat melakukan suatu kesalahan, mereka akan mendapatkan feedback yang sangat negatif dari masyarakat. Berbeda dengan orang biasa yang mungkin tidak akan mendapatkan reaksi yang begitu keras dari lingkungan saat melakukan kesalahan.
Dua sisi efek cancel culture