Mohon tunggu...
Putri Wulandari
Putri Wulandari Mohon Tunggu... Lainnya - English Tutor | Freelance Content Writer

Random Thought About Lifestyle, Movies, K-drama, Beauty, Health, Education and Social Phenomena | Best Student Nominee Kompasiana Awards 2022

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Public Figure dan Cancel Culture: Satu Paket Risiko

25 Oktober 2022   18:00 Diperbarui: 29 Oktober 2022   18:00 908
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi cancel culture. (sumber: pixabay.com/viarami)

Nah, fenomena yang menghantam RB ini disebut dengan Cancel Culture.

Apa itu cancel culture?

ilustrasi cancel culture (Ultimagz Online)
ilustrasi cancel culture (Ultimagz Online)

Secara umum, cancel culture dapat diartikan sebagai bentuk aksi boikot terhadap seseorang atau suatu pihak karena adanya skandal atau  perilaku negatif yang telah dilakukan. 

Hal ini bisa terjadi kepada siapapun, tetapi kasus cancel culture makin parah terjadi kepada public figure atau tokoh publik. 

Dilansir dari Parapuan.com, cancel culture tidak hanya berbentuk ujaran kebencian, tetapi juga surutnya dukungan. Seperti yang kita tahu, bentuk dukungan yang dulunya diberikan berangsur-angsur hilang. 

Selain karena adanya skandal atau tindakan negatif yang dilakukan oleh seseorang, cancel culture juga disebabkan oleh beberapa hal lain. Dilansir dari detik.com, kurangnya literasi menjadi salah satu penyebab adanya cancel culture. 

Kurangnya literasi ini membuat seseorang menutup diri dari fakta yang sebenarnya yang berujung pada perilaku main hakim sendiri.

Selain kurangnya literasi, standar ganda juga menjadi penyebab lain. Para public figure diharapkan selalu berperilaku baik dan menjadi contoh dimanapun. 

Akhirnya, terbentuklah ekspektasi akan sosok suci yang tidak boleh melakukan kesalahan satu pun. Padahal, mereka juga manusia biasa yang tidak luput dari kesalahan. 

Saat melakukan suatu kesalahan, mereka akan mendapatkan feedback yang sangat negatif dari masyarakat. Berbeda dengan orang biasa yang mungkin tidak akan mendapatkan reaksi yang begitu keras dari lingkungan saat melakukan kesalahan.

Dua sisi efek cancel culture

ilustrasi perundungan lewat sosial media karena di-cancel (LPM Psikogenesis)
ilustrasi perundungan lewat sosial media karena di-cancel (LPM Psikogenesis)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun