Singkatnya, beliau merangkum syarat-syarat tersebut menjadi tiga hal sebagai berikut.
- Siap Ilmu
Ini adalah hal yang sangat krusial. Jika diibaratkan seperti sekolah, pasti kebanyakan anak sudah diberikan bekal sebelum masuk sekolah. Orang tua biasa memberikan bekal makanan atau bekal ilmu baca tulis sederhana sebelum anak belajar lebih lanjut di sekolah.
Hal ini juga berlaku di pernikahan. Menikah adalah proses belajar seumur hidup. Kedua individu harus memiliki bekal sebelum memasuki gerbang pernikahan. Dalam islam, kedua individu paling tidak harus memahami dengan baik ilmu tauhid, mampu membedakan baik buruk dan halal haram, taharah, dan beberapa ilmu dasar lain dalam islam.
Bagi laki-laki yang nantinya berperan sebagai imam, ilmu bekal ini sangatlah penting karena nantinya ia yang bertugas membimbing seluruh anggota keluarga. Sedangkan untuk perempuan, mereka nantinya akan menjadi madrasah pertama bagi anak.
Jadi, jangan lupa bawa bekal, ya!
- Siap Harta/Materi
Salah satu hal yang disepelekan oleh individu yang ingin menikah muda adalah menyiapkan harta materi. Banyak alasan yang dikemukakan untuk tidak begitu menyiapkan sisi materi sebelum menikah muda. Mulai dari merasa aman karena dukungan orang tua, hingga berlindung dibalik frasa nanti juga ada rejekinya.
Realistis saja. Sebuah pernikahan pasti membutuhkan materi. Mulai dari awal menikah. Sesederhana apapun, pasti akan ada biaya yang dikeluarkan. Minimal untuk mempersiapkan berbagai berkas ke KUA atau Dukcapil. Apalagi saat berjalannya pernikahan pasti dibutuhkan adanya nafkah lahir yang hukumnya wajib.
Jadi, tidak ada alasan untuk tidak menyiapkan materi sebelum menikah muda!
- Siap Mental
Hal yang tidak kalah penting adalah mempersiapkan mental. Usia muda seringkali diidentikkan dengan kepribadian yang belum dewasa. Walaupun memang usia tidak sesalu berbanding lurus dengan kedewasaan. Kesiapan mental ini dibutuhkan untuk membetengi diri dari segala konflik yang nantinya akan terjadi.
Sekali lagi, menikah itu menyatukan da individu dan dua keluarnya. Menyatukan hal-hal tersebut tidaklah mudah. Pasti akan ada konflik dan perbedaan yang tidak bisa disatukan. Belum lagi konflik diluar keluarga seperti lingkungan rumah dan pekerjaan. Jadi, perlu banyak belajar tentang menjadi dewasa, berkompromi, toleransi, dan lain-lain.