Drama korea Juvenile Justice akhir-akhir ini mendapatkan banyak sorotan. Drama original Netflix ini mengungkap berbagai kasus kriminal yang dilakukan oleh remaja atau anak dibawah umur. Bukan main, beberapa kasus yang diangkat dalam drama ini bahkan merupakan kisah nyata. Berikut adalah beberapa kasus kriminal yang dilakukan oleh para remaja di Juvenile Justice.
Beberapa Kasus Kriminal Remaja dalam Drama Korea Juvenile Justice
- Pembunuhan dan mutilasi.
Pembunuhan dan mutilasi ini dilakukan oleh kedua remaja berusia 13 tahun bernama Beong U dan Ye Eun yang berusia 14 tahun. Mereka berdua mengidap kelainan mental. Ye Eun yang sedang berada di taman tiba tiba-tiba didatangi oleh seorang anak berusia 9 tahun bernama Ji Hoo. Ki Hoo ingin meminta tolong Ye Eun untuk menelfon ibunya.
Namun, Ye Eun malah membawanya ke apartemen milik Beong U dan memutuskan untuk membunuhnya. Ye Eun yang membunuh anak tersebut dengan mengikat leher anak tersebut menggunakan kabel pengisi daya ponsel dan memutuskan untuk memutilasi nya. Pembunuhan tersebut terjadi di rumah Beong U. Ye Eun divonis 20 tahun penjara dan Beong U harus menjalani pembinaan di LKPA selama 2 tahun.
- Kenakalan remaja yang disebabkan oleh KDRT
KDRT atau Kekerasan Dalam Rumah Tangga dalam drama ini dilakukan oleh orang tua, tepatnya ayah korban. Korban dalam kasus KDRT tersebut adalah Yuri seorang yang memang mendapatkan pembinaan karena kasus kenakalan remaja dan juga prostitusi. Ia ditemukan pingsan di kantor pengadilan karena dianiaya oleh orang tuanya. Ia sehari-hari bekerja disuatu salon selama 7 jam perhari karena masih di bawah umur. Menurut kesaksian teman kerjanya, aa seringkali berangkat bekerja dengan banyak luka karena dianiaya oleh ayahnya yang pecandu alkohol.
Setelah melalui berbagai introgasi kepada beberapa orang, Hakim kemudian menjatuhkan hukuman kepada ayah Yuri. Hukuman tersebut adalah diputus haknya sebagai orang tua, harus tinggal terpisah dari keluarganya, berada di bawah pengawasan, melakukan pelayanan social, dan juga terapi pecandu alkohol selama 1 tahun. Hukuman ini dapat ditambah dan dikurangi sesuai dengan kondisi.
- Kenakalan remaja disebabkan oleh kegagalan orang tua.
Kasus ini diawali dengan suatu rumah asuh bernama rumah Pereum yang terletak agak jauh dari kota seoul. Itu adalah rumah asuh bagi para remaja yang orangtuanya tidak bisa memberikan pengasuhan yang tepat setelah mereka melakukan suatu tindak kejahatan ataupun kenakalan. Rumah asuh tersebut dijalankan oleh seorang wanita bernama Bu Oh dan kedua anak perempuannya.
Rumah Pereum ini memberikan pengasuhan berupa fasilitas sehari-hari seperti makanan, laundry, dan tempat tinggal mereka juga mendapatkan bimbingan dan juga pelatihan seperti memasak menjahit dan lain-lain agar si anak yang diasuh setelah masa tahanannya selesai mereka bisa kembali ke masyarakat dengan suatu keahlian.
Suatu hari, salah satu dari anak ibu melaporkan adanya tindak korupsi yang dilakukan oleh ibunya. Ia cemburu terhadap bagaimana Bu Oh memperhatikan seluruh anak asuh dan juga adanya dendam karena ia merasakan bahwa rumah inilah yang membuat ibunya menderita dan berpisah dengan ayahnya. Pada saat yang bersamaan, beberapa anak yang diasuh oleh Bu Oh mereka berperilaku lumayan kurang ajar dan membuat anak ibu tersebut kesal mereka kemudian diusir oleh anak itu dan dan mereka membuat sindikat prostitusi remaja.
Pada akhirnya, masalah ini dapat terselesaikan dan seluruh anak-anak yang keluar dari rumah asuh mampu di ditangkap dan ditindak kembali oleh pengadilan. Orang tua merupakan lingkungan pertama seorang anak itu tumbuh dari awal keluarga harus menjadi tumpuan harus menjadi di cerminan agar dewasanya nanti anak dapat menjadi orang yang yang baik. Sebagian besar anak yang melakukan kenakalan remaja hingga masuk ke rumah asu tersebut terjadi karena kegagalan orangtua dalam menciptakan lingkungan pertama tumbuh kembang anak.
- Kasus kebocoran soal dan kunci jawaban ujian SMA.
Suatu SMA swasta bergengsi memberikan suatu privilege pada anak-anak dengan peringkat dan juga tingkat finansial yang mapan. Mereka ditawari oleh salah satu staf untuk bergabung dengan suatu grup bernama Descartes. Beberapa anak tersebut yang bergabung mendapatkan privilege berupa soal dan jawaban ujian. Hal ini dilakukan sekolah agar prestasi atau peringkat sekolah dalam ujian masuk perguruan tinggi itu tetap tinggi dan dan agar semakin banyak anak lulusan sekolah tersebut yang masuk ke banyak universitas bergengsi yang ada di Korea Selatan.
Anak-anak yang mendapatkan privilege tersebut pada akhirnya mendapatkan hukuman untuk berhenti sekolah. Sedangkan keputusan tersebut itu malah memberikan keuntungan bagi anak-anak yang telah mendapatkan bocoran karena nilai-nilai mereka tetap akan berlaku. Sedangkan sekolah malah memberikan ujian susulan bagi anak-anak yang tidak mendapatkan privilege tersebut.
- Kasus mengemudi di bawah umur yang menyebabkan kecelakaan.
Hal ini dilakukan oleh seorang remaja putra yang sebelumnya telah mendapatkan pembinaan dari pihak pengadilan karena telah melakukan tindak pemerasan dan penganiayaan. Ia mengemudi kan mobil sewaan yang ia dapat dengan menggunakan KTP yang dipalsukan.
Karena ada pemeriksaan pengemudi yang berada di bawah pengaruh alkohol ia dicurigai dan akhirnya melarikan diri dari kejaran polisi. Dalam upaya tersebut ia mengemudi dengan kecepatan di atas batas aman dan mengakibatkan suatu kecelakaan yang menyebabkan 1 orang pria teknisi yang sedang mengendarai motornya meninggal dunia dan ia dalam kondisi yang kritis. Dalam mobil tersebut ia bersama dengan teman-temannya yang berjumlah 4 orang 2 laki-laki dan 2 perempuan jadi total Ada 5 orang yang berada di dalam mobil.
Ternyata ia dibully dan melakukan hal tersebut yaitu menyewa mobil itu atas desakan oleh teman-temannya. Salah satu dari 2 wanita yang ada di dalam mobil tersebut adalah orang yang ia sukai. Remaja putri yang ia sukai itu ternyata diancam oleh teman-temannya yang lain karena ia pernah melakukan tindak kenakalan yaitu mabuk dan para teman-temannya itu memfotonya di dalam kondisi yang tidak etis. Mereka mengancam akan menyebarkan foto-foto tersebut. Oleh karena itu mengemudi ingin menyelamatkannya dan membantunya menghapus foto-foto tersebut dengan cara mematuhi apa yang teman-temannya inginkan.
- Kasus pemerkosaan massal.
Kasus ini awalnya merupakan suatu kasus pemerkosaan yang dilakukan oleh 3 orang remaja putra kepada seorang remaja putri. Pemerkosaan ini dilakukan setelah membuat remaja putri tersebut berada di bawah pengaruh alkohol dan dilakukan di suatu daerah konstruksi. Selain itu juga dilakukan perekaman dan penyebaran identitas korban yang diperkosa. Oleh karena itu korban sempat melakukan upaya bunuh diri tetapi berhasil diselamatkan.
Namun ternyata para pelaku pemerkosaan ini tidak hanya melakukan pemerkosaan saja tetapi juga merekam bagaimana pemerkosaan tersebut dilakukan dan menjualnya di situs ilegal. Mereka juga bagian dari sindikat prostitusi. Setelah dilakukan interogasi dan berbagai upaya ternyata jumlah pemerkosa lebih banyak dari yang disaksikan yang diungkapkan oleh pemerkosa lain dan korban pun mengaku ada lebih ada kurang lebih 4 orang yang melakukan tindakan keji tersebut.
Di satu sisi, seluruh pemerkosa dan segala jenis usaha ilegal terkait prostitusi itu dapat di atasi dapat diberantas tetapi di sisi lain korban memang harus menderita luka tersebut seumur hidupnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H