Mohon tunggu...
Putri Wulandari
Putri Wulandari Mohon Tunggu... Lainnya - English Tutor | Freelance Content Writer

Random Thought About Lifestyle, Movies, K-drama, Beauty, Health, Education and Social Phenomena | Best Student Nominee Kompasiana Awards 2022

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Pilihan

Bahasa Jaksel: Fenomena Bilingualisme yang Menyeluruh di Indonesia

25 Januari 2022   19:00 Diperbarui: 25 Januari 2022   19:01 1525
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Generasi Muda yang sedang Bercengkrama (sumber: Kumparan)

Kita semua pasti sudah tidak asing dengan istilah bilingualisme. Bilingualisme adalah istilah untuk individu, kelompok, atau masyarakat yang menguasai dua Bahasa. Pertama, bahasa ibunya sendiri atau bahasa pertamanya (disingkat B1), dan yang kedua adalah bahasa lain yang menjadi bahasa keduanya (disingkat B2).

Bilingualisme memiliki arti yang relatif. Suwito (1983) mengungkapkan bahwa kerelativitasan ini dikarenakan batasan antara kemampuan penggunaan kedua Bahasa yang hampir tidak dapat diukur. 

Awalnya, bilingualisme diartikan sebagai kemampuan seimbang seseorang dalam menggunakan kedua Bahasa. Semakin lama, pendapat ini semakin tidak populer karena kriteria untuk menentukan sejauh mana seorang penutur dapat menggunakan bahasa sama baiknya tidak ada dasarnya sehingga sukar diukur dan hampir-hampir tidak dapat dilakukan.

Menurut Diebold (Chaer, 2004), bilingualisme juga memiliki tingkatan. Pada tingkatan awal, disebutkan bahwa itu merupakan bilingualisme yang dialami oleh orang-orang, terutama oleh anak-anak yang sedang mempelajari bahasa kedua pada tahap permulaan. 

Pada tahap ini bilingualisme masih sederhana dan dalam tingkat rendah. Code mixing juga merupakan tahapan paling awal dalam pembelajaran Bahasa. Mengetahui kosa kata dan menggunakannnya dalam kegiatan sehari-hari.

Oleh karena itu, penggunaan Bahasa Inggris dan Indonesia dengan cara mencampurkan keduanya bisa juga dianggap sebagai salah satu bentuk bilingualisme tahap awal.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun