"Memory-Enhancing Techniques for Investigative Interviewing: The Cognitive Interview" oleh Fisher dan Geiselman (1992) membahas berbagai teknik yang digunakan untuk meningkatkan jumlah dan kualitas informasi yang diperoleh dari saksi selama wawancara investigatif.
Prinsip-prinsip Dasar Cognitive Interview
- Memori dan Pemulihan Memori: Fisher dan Geiselman menekankan pentingnya pemahaman tentang bagaimana memori bekerja, termasuk konsep encoding, storage, dan retrieval. Mereka menjelaskan bahwa memori tidak berfungsi seperti rekaman video, tetapi lebih seperti konstruksi aktif yang dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor.
- Konteks Peristiwa: Menggunakan strategi yang menghubungkan kembali saksi dengan konteks peristiwa asli (misalnya, lingkungan fisik, keadaan emosional) dapat meningkatkan kemampuan saksi untuk mengingat detail yang lebih lengkap dan akurat. Hal ini didasarkan pada prinsip "encoding specificity," di mana memori lebih mudah diakses jika konteks pemanggilan mirip dengan konteks saat encoding.
Teknik Dasar dalam Cognitive Interview
- Rekonstruksi Lingkungan dan Keadaan Emosional: Pewawancara memandu saksi untuk membayangkan kembali tempat kejadian dan perasaan mereka saat peristiwa terjadi, membantu mengaktifkan konteks yang relevan dalam memori mereka.
- Laporan Bebas: Pewawancara memberi saksi kesempatan untuk menceritakan apa yang mereka ingat tanpa interupsi. Teknik ini mendorong recall yang lebih spontan dan alami, mengurangi risiko informasi terdistorsi oleh intervensi pewawancara.
- Pengurutan Ulang Cerita: Pewawancara meminta saksi untuk menceritakan kembali peristiwa dalam urutan yang berbeda, seperti mundur dari akhir ke awal. Teknik ini dapat mengungkap detail tambahan yang mungkin terlewatkan dalam narasi awal.
Keuntungan dan Tantangan Cognitive Interview
- Efektivitas dalam Berbagai Situasi: Buku ini menyajikan bukti empiris dari berbagai penelitian yang menunjukkan bahwa wawancara kognitif lebih efektif daripada metode tradisional dalam mengumpulkan informasi yang akurat dan lengkap. Contoh kasus dari berbagai jenis kejahatan juga disertakan untuk menggambarkan aplikasi praktisnya.
- Tantangan dan Batasan: Fisher dan Geiselman tidak mengabaikan tantangan dalam penerapan wawancara kognitif, seperti resistensi dari penyidik yang terbiasa dengan metode tradisional, kebutuhan akan waktu dan sumber daya yang lebih banyak, dan kesulitan dalam melatih pewawancara dengan benar.
Strategi Spesifik untuk Penggalian Informasi
- Menggali Ingatan Detail: Pertanyaan spesifik (misalnya, 5W dan 1H) digunakan untuk mengarahkan saksi pada aspek tertentu dari peristiwa, membantu mereka mengingat detail yang mungkin tidak muncul dalam narasi umum.
- Teknik Imajinasi: Pewawancara menggunakan teknik imajinasi untuk membantu saksi membayangkan kembali peristiwa secara detail, menciptakan kembali pengalaman mereka dengan lebih hidup dan akurat.
Strategi yang mendasari wawancara kognitif memiliki beberapa landasan teori. Pertama, dihipotesiskan bahwa informasi yang diingat (disebut sebagai informasi yang dikodekan) disimpan dalam "catatan" atau unit diskrit yang berisi data yang relevan dengan peristiwa.Â
Catatan ini diindeks berdasarkan judul dan dapat dicari menggunakan deskripsi hingga catatan yang cocok ditemukan. Informasi tentang konteks, lingkungan di mana peristiwa itu direkam, diyakini merupakan bagian dari informasi deskriptif ini. Oleh karena itu, pemulihan konteks, atau penciptaan kembali lingkungan, membantu individu dalam mengakses informasi deskriptif dan catatan.
Kedua, ada teori alternatif bahwa, bukannya unit-unit terpisah, ingatan kita terdiri dari jaringan asosiasi. Hasilnya, kenangan dari beberapa tempat berbeda dapat diakses. Misalnya, kita bisa memicu ingatan akan suatu peristiwa dengan menggeser perspektif temporal, seperti memulai di tengah atau akhir peristiwa dan melakukan kemunduran.
Model terakhir yang dimasukkan ke dalam proses wawancara kognitif dikenal sebagai teori skema. Teori ini menyatakan bahwa peristiwa-peristiwa yang kita kenal mempunyai naskah yang memandu bagaimana peristiwa-peristiwa itu dikodekan dalam otak kita. Jika kita mengamati peristiwa yang familiar, peristiwa tersebut disusun dalam hierarki slot menurut skrip ini.Â
Peristiwa baru disimpan dalam slot berdasarkan slot familiar yang sudah ditulis oleh otak. Hal ini memungkinkan otak untuk menyandikan informasi berdasarkan ekspektasi sebelumnya dan mengisi slot dengan informasi default.
Pendekatan 5W dan 1H (Who, What, Where, When, Why, How) dalam konteks teknik wawancara investigatif yang ditingkatkan memori (Memory-Enhancing Techniques for Investigative Interviewing) dalam "The Cognitive Interview" oleh Fisher dan Geiselman (1992) adalah metode yang digunakan untuk membantu saksi atau korban mengingat lebih banyak detail tentang peristiwa yang mereka alami. Teknik ini adalah bagian dari pendekatan kognitif yang dirancang untuk memaksimalkan pemulihan ingatan dengan cara yang alami dan tidak memimpin. Berikut adalah penjelasan detail mengenai pendekatan ini dalam konteks wawancara kognitif: