Wadah untuk media tanam Bu Siti ini tergolong kreatif, beliau memanfaatkan limbah tak bernilai untuk wadah tanamannya. Terlihat ada plastik bekas minyak goreng, plastik / karung bekas beras, komplong bekas roti, dan lain lain.
Tak terasa waktu telah menjelang petang, matahari mulai membenamkan diri di ufuk barat. Meski badan terasa capek, namun hati masih ingin berkunjung. Sejalan pulang, akupun berbelok kerumah Bu Mustofiah, beliau adalah peserta PKH Kohort 2018.
Dipelataran rumah beliau, kulihat begitu padat tanaman pangan. Ada lombok, bayam, sere, ketela sepe, koro, dan yang paling banyak adalah terong lalap.
"Kalau butuh lombok, pun mboten nate tumbas pak. bayem, terong nggeh turah-turah dimaem piyambak", kata Bu Mustofiah sambil pandangannya tertuju ke tanamannya yang segar menghijau.
"Alhamdulillah winginane nembe manen terong, wonten 15 Kiloan. Kulo beto teng warong ditumbas perkilone tigang ewu pak", ungkapnya dengan semangat.
Tidak hanya terong, tapi semua tanaman yang beliau punya, jika saat panennya lebih dari cukup, maka sisanya akan ia bawa ke toko dekat rumah, untuk dijual.
Terkecuali tanaman sere, sudah ada penjual yang rutin mengambil dirumah beliau, untuk dijual lagi. Berapapun nominalnya, setidaknya bisa menambah pendapatan keluarga Bu Mustofiah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H