Di emper rumah itu, aku sedang menelfon teman, membicarakan hal penting lah pokoknya, hehe. Tak kusadari si bocil Ningrum, dengan jiwa penasarannya sedang bermain kabel stop kontak.
Tak kusadari pula, ternyata kabel tersebut masih tersambung ke colokan dalam rumah, sehingga ada aliran listriknya. Sudah mengira kan apa yang dilakukan bocil? Ia membuka solasi yang menutupi sambungan kabel.
Mungkin karena kaget campur sakit terkena sengatan listrik, kemudian ia jatuh dan menangis sejadinya.Â
Secara refleks, kabel kutarik dengan kuat hingga tercabut dari colokan. Langsung ku gendong bocil, sambil ia tetap menangis memegangi salah satu jari tangannya yang memerah.
Tentunya, ini hanya sebagian kecil saja cerita yang terjadi di masyarakat. Masih banyak cerita diluar sana tentang kelalaian orang tua dalam mengawasi anak, juga tentang lingkungan yang tidak ramah anak, yang menyebabkan kecelakan pada anak.
Dunia Anak Adalah Dunia Bermain
Anak dan bermain merupakan hal berbeda, namun sepertinya tidak bisa dipisahkan antara satu dengan lainnya. Karena memang bermain adalah dunianya anak.
Dalam salah satu modul Family Development Session (FDS), mengenai pendidikan dan pengasuhan anak, dijelaskan bahwa cara anak belajar adalah dengan bermain.Â
Selain itu anak juga belajar dari apa yang ia lihat, ia dengar dan ia rasakan di lingkungannya.
Ibarat anak itu seperti kertas putih, bersih tanpa coretan apapun. Kemudian lingkungan tempat ia tumbuhlah, yang memberikan tulisan warna-warni untuk pertama kali. Dalam hal ini, lingkungan terkecil anak adalah keluarga.