Ada rasa suka cita saat melihat lonjakan besar jumlah pemudik tahun ini. Kementerian Perhubungan memprediksi jumlah penduduk Indonesia yang pulang kampung tahun ini sekitar 123 juta orang, naik 44 persen dibanding tahun lalu (Kompas.com, 24/03/2003). Tahun lalu mudik masih berlangsung dalam bayang-bayang Covid-19 kendati dalam pembatasan-pembatasan yang sudah jauh berkurang dibanding tahun sebelumnya. Maka 2023 merupakan mudik pertama paska pandemi Covid-19 setelah pencabutan secara menyeluruh pembatasan-pembatasan pada Desember tahun lalu.
Bagai air yang telah lama tersumbat, lebih seratus juta Indonesia menumpahkan kerinduan untuk kembali ke udik (kampung halaman). Bersamaan dengan suka cita dalam meneruskan tradisi kultural dan relegius tersebut, roda ekonomi akan lebih menggeliat sehingga akan memberikan keuntungan ganda secara nasional.
Kita tahu, 2023 diprediksi sejak tahun lalu akan menjadi tahun yang sulit secara ekonomi bagi mayoritas negara di dunia karena bayang-bayang resesi global. Maka momen mudik ini bisa jadi salah satu penangkal ancaman paceklik tersebut.Â
Pergerakan lebih seratus juta penduduk Indonesia tentu akan diikuti oleh pergerakan ekonomi yang dapat mendorong pertumbuhan sektor riil. Â Belanja oleh-oleh, makanan-minuman, pakaian, tiket transportasi dan berbagai belanja lain akan membuat perputaran uang lebih masif dan menggerakkan sektor-sektor riil. Industri rumahan dan UKM akan tumbuh lebih baik. Dalam beberapa tahun terakhir telah terbukti, industri dalam skala inilah yang menjadi tulang punggung pertumbuhan Indonesia.
Jika kita mengikutsertakan perputaran uang berkat kebajikan sosial penduduk Indonesia dalam hal berbagai dengan sesama, kita yakin berkat Idul Fitri akan membawa negara ini menatap hari-hari yang lebih cerah ke depan. Pembelian zakat, infak dan sedekah yang meningkat pesat menjelang Idul Fitri akan membuat peningkatan signifikan aliran uang ke masyarakat di tingkat akar rumput. Karena itu kita layak mensyukuri dan bersuka cita karena tradisi mudik yang telah berlangsung lebih dari satu abad di Nusantara, kini dapat dijalankan oleh penduduk Indonesia secara lebih meriah tanpa bayang-bayang ketakutan terhadap pandemi.
Kita tahu mudik tidak identik dengan agama manapun sebagaimana tampak jelas kalau kita telusuri jejak-jejak historis tradisi tersebut. Masyarakat nusantara sejak berabad silam selalu menyimpan ikatan batin yang kuat dengan asal-usulnya. Dalam rangka menjaga ikatan batin tersebutlah tradisi pergi ke udik (mudik) dijalankan. Setelah Islam masuk ke Nusantara, tradisi tersebut semakin spesial karena tradisi kultural kemudian berpadu dengan tradisi religius.
Mudik menjadi momen yang semakin bermakna dan semakin penuh dengan suka cita bagi ratusan juta saudara-saudara Muslim di Indonesia karena pada momen tersebut mereka dapat menyambut dan merayakan hari suci Idul Fitri bersama keluarga di kampung atau tempat asal.Â
Sebagai seorang non-Muslim, saya dan keluarga turut merasakan suka cita itu dan mengucapkan selamat menyongsong hari Idul Fitri bagi saudara-saudara muslim, baik yang sudah tiba di kampung, yang masih dalam perjalanan, maupun saudara-saudara Muslim yang tak bisa menjalankan tradisi mudik karena satu dan lain hal. Semoga amal ibadah saudara-saudara selama bulan Ramadhan ini dan doa-doa di hari Idul Fitri yang akan tiba sebentar laigi membawa berkat bagi bangsa kita. Amin.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H