Benang merah dari semua karya intelektualnya yang bersifat lintas displin tersebut adalah supremasi nilai-nilai kemanusiaan dan keberpihakan pada masyarakat kecil-miskin. Dia bukan sosok ilmuwan yang terpukau dan terjebak pada metodologi ilmiah serta bukan pemikir yang mencari kenyamanan dalam menara gading dunia akademik. Berbagai displin ilmu yang dia geluti dan kuasai, memungkinkan Mangun menggunakan pendekatan yang lebih holistis dan yang pasti humanitis dalam memecahkan persoalan ketidakadilan dan kemiskinan. Dia  dengan tegas  mengingatkan kita akan segi-segi moral dan etis dari ilmu pengetahuan sebagaimana dicerminkan dalam bukunya, "Teknologi dan Dampak Kebudayaan".
Di tengah derap pembangunan yang secara kasat mata tampak berlari kencang saat ini, kita membutuhkan  kehadiran sosok Romo Mangun baru untuk mengingatkan pemerintah bahwa masyarakat kecil mesti menjadi orientasi utama dalam rancangan pembangunan. Kita dapat menyaksikan sekarang ini di tengah derap pembangunan justru masih banyak masyarakat yang merasakan hidup lebih susah dari sisi sosio-ekonomi.
Para intelektual kita seakan sibuk memamerkan ilmu mereka untuk membuat rancangan-rancangan teknokrasi canggih, tapi tidak menguji dengan serius apakah semua rancangan itu tepat sasaran untuk masyarakat bawah. Kita seakan asyik berlomba untuk mengimbangi derap kemajuan teknologi dunia tapi lupa bahwa pembangunan masyarakat kelas bawah semestinya menjadi prioritas utama. Maka sungguh kita membutuhkan sosok Romo Mangun agar pembangunan Sosial dan kemajemukan yang tengah kita jalankan tidak menjadi bias.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H