Dalam beberapa tahun terakhir mulai menguat keraguan para pelaku pasar terhadap posisi dolar AS sebagai fundasi stabilitasi ekonomi dunia. Kerusahan di Capitol Hill memperkuat keraguan tersebut.Â
Sebagaimana dilaporkan oleh bloomberg (6/01/20) Indeks Dolar (ukuran nilai dolar terhadap 6 mata uang dunia) terjun bebas hingga ke angka 89,9 paska kerusuhan tersebut. Untuk mengatasi pelemahan dolar yang semakin tak terkendali, The Fed (Bank Sentral AS) mencetak likuiditas dolar tanpa batas.Â
Banjir dolar memang untuk sementara bisa menyelamatkan ekonomi AS dari krisis tetapi pada akhirnya, mata uang yang berlimpah di pasar suatu saat akan memunculkan masalah terutama karena jaminan yang digunakan oleh AS untuk mencetak dolar tersebut hanya surat hutang atau kertas, bukan emas atau aset berharga lain (Majalah Tempo, 09/01/20).
Para analis ekonomi memprediksi, keruntuhan ekonomi AS hanya menunggu waktu jika cara-cara yang di tempuh Trump masih terus berlanjut. Trump masih bisa bernafas lega tidak dirundung resesi berkat warisan ekonomi yang cukup baik dari pendahulunya.Â
Tapi dengan berbagai ancaman yang kini menghampiri seluruh dunia (terutama karena pandemi) dan semakin berjayanya China sebagai penantang dominasi AS, tinggal menggu waktu cahaya terang AS padam jika terus jumawa dengan kedigdayaannya selama ini.
Kini semakin terang bahwa politik yang hanya berorientasi kekuasaan pada akhirnya tidak bisa mengapai lebih tinggi, alih-alih akan melorot dari pencapaian selama ini. Demokrasi bekerja dengan benar dan baik hanya jika dijalankan oleh politisi-politisi berwawasan dan bermental kebangsaan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H