Di Bali, jika pameran-pameran lukisan sudah menjadi keseharian, maka perlu suatu wadah kolosal untuk memberi ruang kepada para seniman Bali untuk melakukan suatu terobosan baru dalam kiprah proses kreatif mereka. Wadah paling tempat untuk memberi ruang baru bagi pencarian baru adalah Bali Megarupa ketika ia dikonsepkan sebagai 'laboratorium seni!
Akhirnya, Mau Layu atau Mekar
Bali Megarupa telah berlangsung dua kali. Jika ini berjalan terus, maka segala hal harus diperhitungkan. Apalagi hajatan ini sepenuhnya ditanggung oleh Pemprov Bali. Untuk kali ini, kita semua tentu berharap tidak lagi gagal seperti even-even besar di masa lalu di Bali, sekali terselenggara lalu mati. Padahal kalua dipikir secara selintas saja; apa sih yang kurang dari Bali? Nama Bali sudah besar, ada puluhan ribu seniman, tempat tersedia di mana-mana, kondisi kebebasan kreatif juga terjaga baik.
Inilah tantangan Pempov Bali dan khususnya Dinas Kebudayaan Bali dalam membangun satu even besar berwibawa dalam bidang seni rupa. Karena mumpung pemerintah daerah mau menanggung semuanya, maka inilah kesempatan untuk 'membesarkan' Bali Megarupa, bila perlu kelak setara dengan Sydney Biennale yang dilakukan dengan sangat professional dan perfect. Bali harus punya satu hajatan besar yang berwiwabawa dan menjadi iconic dalam even seni rupa dunia.
Terselenggara dua kali masih belum menjadi parameter untuk menilai Bali Megarupa secara karakteristik. Tetapi terselenggara dua kali adalah hal yang memberi harapan bahwa Bali Megarupa berpeluang untuk berlanjut menjadi menjadi mekar atau menajdi layu. Kita ingat misalnya pameran seni rupa di Pesta Kesenian Bali (PKB), puluhan tahun pameran seni rupa itu hanya sekadar ada, akhirnya tak lebih dari sekadar pelengkap konten acara PKB. Bukan tak mungkin Bali Megarupa ini pun berpeluang menjadi pameran seni rupa seperti di PKB itu  jika tidak 'dirawat' dengan penanganan yang canggih dari aspek manajemennya, antusiasme untuk memiliki sebuah even besar, memperhitungkan setiap detail kecil dari persiapan even ini.
Pada akhirnya, Bali Megarupa bia berakhir seperti itu; mejadi layu atau mekar harus semerbak ke seluruh kolong jagat!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H