Mohon tunggu...
didik Barakuda
didik Barakuda Mohon Tunggu... Jurnalis - Bukan apati namanya melakukan tidakan yang dibebankan pada tanggungjawab orang lain, itu cerdas dalam bentuk lain Sign Qua Non condisio

Aquarius

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Perilaku Politik Keberagaman di Indonesia

5 Mei 2020   10:04 Diperbarui: 5 Mei 2020   10:20 46
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kalau negara bisa berbuat demikian maka permasalahan kebhinekaan di Indonesia tak memunculkan masalah lagi setiap lima tahun sekali, Kekuasaan memang  tidak secara langsung menumbuhkan kekuatan karena pengaruh atau kontrol dalam satu bidang kehidupan, juga tidak selalu diterjemahkan sebagai lawan yang selalu kita salahkan, orang yang memiliki banyak dan kadang-kadang saling berkonflik dengan kelompok yang sangat beragam bisa jadi mereka memiliki keterikatan ideologis dan pekerjaan yang mengontrol perilaku tersebut terus dilakukan.

Keragaman   Keberagaaan dengan diversivitas dan kerapatan paham itu seharusnya tak menghasilkan perpecahan apalagi perpecahan inter dan lintas sektoral, akan tetapi yg terjadi di Indonesia malah sebaliknya, di mana orang-orang mungkin ditentang pada isu-isu tertentu tetapi bersekutu dengan yang lain. Tidak akan ada mayoritas yang konsisten, hanya sejumlah koalisi minoritas yang bervariasi sesuai dengan kebijakan bisa berkembang setiap harinya Setiap orang akan memiliki pengalaman menjadi minoritas setidaknya beberapa waktu. 

Memang, beberapa pendukung keputusan mayoritas yang memihak mereka di satu bidang akan memiliki kepentingan lain dalam berbagai aspek kehidupan mereka yang dirugikan olehnya. Akibatnya, orang akan cenderung berkompromi dan memastikan keadilan dari hasil hasil kompromi, serta prosedur pengambilan keputusan yang sangat politis.

Perbedaan dan diversitas  itu bisa digali dari informasi dan media yg berbeda pemberitaannya, institusi institusi keagamaan yang berbeda sepetti Kegiatan di Wihara
< pura Stupa , masjid dan gereja, pendidikan agama yang berbeda dan sebagainya, dan perbedaan tersebut menimbulkan berbagai posisi tawar dalam ekonomi dan lintas  politik di masyarakat maupun pemerintahan yang akan mereka ciptakan. ( Sholihul hadiadalah pengamat Sosial dan politik dari GJL , Binaan Bp. Riyanto ADV , Kajian  Minggu Malam dengan Divisi  Kewartawanan GJL)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun