Mohon tunggu...
Putu Ria Ratna Dewi
Putu Ria Ratna Dewi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Nim 2012061022

STAHN Mpu Kuturan Singaraja

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Makan Cantik sebagai Gaya Hidup Para Remaja

9 Januari 2022   08:16 Diperbarui: 9 Januari 2022   08:21 1208
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Mendengar kata makan sudah tidak asing lagi ditelinga kita. Dimana makan sudah menjadi kebutuhan utama manusia untuk bertahan hidup. Namun, di zaman sekarang ini, makan sudah memiliki arti yang berbeda, tidak hanya sebagai asupan makan untuk mempertahankan hidup tetapi sebagai gaya hidup. Mereka tidak lagi mengutamakan rasa dari makanan yang dimakan tetapi justru lebih memperhatikan penampilan dari makanan tersebut. Hal ini dikenal dengan istilah makan cantik. Makan cantik merupakan sebuah fenomena makan yang dilakukan 2-3 kali dalam sebulan disebuah restoran atau tempat makan yang terkenal dan telah menjadi bagian dari gaya hidup baru.


Makan cantik ini sudah sangat trend dan booming dikalangan para remaja. Seperti yang kita lihat, di zaman sekarang ini banyak para remaja yang lebih memilih makan direstoran atau tempat terbaru dibandingkan dengan tempat-tempat makan biasa seperti angkringan, rumah makan dan lain sebagainya. Padahal tempat makan seperti angkringan dan rumah makan memiliki harga yang jauh lebih murah dibandingkan dengan restoran. Tetapi mereka justru memilih restoran karena lebih mengutamakan penampilan dari makanan, tempat dan fasililitas penunjang lainnya seperti AC, wifi dan lain sebagainya. Hal ini mereka lakukan karena dilatarbelakangi oleh sifat gengsi. Makan cantik ini sering dihubungkan dengan status sosial dan keadaan ekonomi. Di era globalisasi sekarang ini, para remaja dibanjiri oleh citra dan informasi yang membuat simulasi dan citra menjadi hal yang sangat penting.


Sebelum melakukan kegiatan makan cantik adapun hal-hal yang perlu diperhatikan seperti pemilihan fashion atau outfit, pemilihan tempat makan seperti desain atau interior ruangan yang bagus, penyajian makanan yang unik dan menarik. Semua hal ini perlu diperhatikan dalam kegiatan makan cantik karena saat mereka melakukan kegiatan tersebut mereka akan berfoto-foto dan memanfaatkan momen tersebut dengan baik. Kemudian hasil dari jepretan tersebut mereka unggah melalui media sosial. Sehingga melalui postingan dimedia sosial tersebut akan membuat orang beranggapan bahwa hanya bisa dilakukan oleh orang kelas atas saja. Tetapi hal itu kurang benar. Makan cantik juga bisa dilakukan oleh orang-orang kelas bawah atau menengah.


Sehingga dalam hal ini media sosial akan menjadi tempat terjadinya proses simulasi  berlangsung. Media sosial dijadikan sebagai acuan dari kehidupan nyata. Namun kenyataannya apa yang diunggah tidak sesuai dengan kenyataan. Seperti halnya makan disebuah restoran dengan makan ditempat yang sederhana. Mana yang sebenarnya menjadi realita nyata? Makan direstoran atau ditempat yang sederhana? Dalam hal ini realita sudah mulai runtuh karena digantikan oleh simulasi. Simulasi ini kebanyakan muncul dalam media sosial. Sosial media tidak lagi menampilkan realitas yang sebenarnya tetapi menampilkan hiperrealitas. Hiperrealitas ini akan muncul dimulai dari realitas-realitas buatan yang akhirnya menjadi realitas yang riil.


Pelaku makan cantik merupakan orang yang sedang mengikuti tren. Mereka lebih mengedepankan gaya hidup dibandingkan kebutuhan. Sehingga simulasi menjadi hal yang sangat penting dalam pembentukan hiperrealitas. Dimana simulasi makan cantik ini sengaja dibentuk untuk menampilkan image mereka. Dibalik kegiatan makan cantik yang diunggah di media sosial, ternyata apa yang diunggah tidak sesuai dengan kondisi nyata. Sehingga dikatakan terjadinya pengaburan kelas yang tidak sesuai atau tidak adanya kejelasan dari status kelas yang dimunculkan dimedis sosial. Dapat dikatakan bahwa media sosial saat ini tidak lagi menampilkan realitas yang sebenarnya, justru menampilkan hiperrealitas.


Tidak jarang kita temui hal ini melalui media sosial. Banyak orang yang memposting hal-hal yang tidak berkaitan dengan realitas sebenarnya. Kadang orang-orang kelas bawah berpenampilan dan bergaya hidup layaknya orang kelas atas. Begitu juga sebaliknya, orang-orang kelas atas berpenampilan dan bergaya hidup sederhana. Sehingga dalam hal ini status sosial dan keadaan ekonomi seseorang tidak hanya dilihat dari cara berpenampilan dan gaya hidup. Kadang orang-orang rela mencari hutang demi untuk berpenampilan bagus dan bergaya hidup mewah. Sepatutnya kita berpenampilan dan bergaya hidup semampunya saja. Jangan menilai orang melalui media sosial karena kadang apa diposting tidak sesuai dengan realitas sebenarnya. Sehingga timbulnya sebuah simulasi yang dapat mengakibatkan terjadinya hiperrealitas.

Mendengar kata makan sudah tidak asing lagi ditelinga kita. Dimana makan sudah menjadi kebutuhan utama manusia untuk bertahan hidup. Namun, di zaman sekarang ini, makan sudah memiliki arti yang berbeda, tidak hanya sebagai asupan makan untuk mempertahankan hidup tetapi sebagai gaya hidup. Mereka tidak lagi mengutamakan rasa dari makanan yang dimakan tetapi justru lebih memperhatikan penampilan dari makanan tersebut. Hal ini dikenal dengan istilah makan cantik. Makan cantik merupakan sebuah fenomena makan yang dilakukan 2-3 kali dalam sebulan disebuah restoran atau tempat makan yang terkenal dan telah menjadi bagian dari gaya hidup baru. 

Makan cantik ini sudah sangat trend dan booming dikalangan para remaja. Seperti yang kita lihat, di zaman sekarang ini banyak para remaja yang lebih memilih makan direstoran atau tempat terbaru dibandingkan dengan tempat-tempat makan biasa seperti angkringan, rumah makan dan lain sebagainya. Padahal tempat makan seperti angkringan dan rumah makan memiliki harga yang jauh lebih murah dibandingkan dengan restoran. oleh sifat gengsi. Makan cantik ini sering dihubungkan dengan status sosial dan keadaan ekonomi. Di era globalisasi sekarang ini, para remaja dibanjiri oleh citra dan informasi yang membuat simulasi dan citra menjadi hal yang sangat penting.

Sebelum melakukan kegiatan makan cantik adapun hal-hal yang perlu diperhatikan seperti pemilihan fashion atau outfit, pemilihan tempat makan seperti desain atau interior ruangan yang bagus, penyajian makanan yang unik dan menarik. Semua hal ini perlu diperhatikan dalam kegiatan makan cantik karena saat mereka melakukan kegiatan tersebut mereka akan berfoto-foto dan memanfaatkan momen tersebut dengan baik. Kemudian hasil dari jepretan tersebut mereka unggah melalui media sosial. Sehingga melalui postingan dimedia sosial tersebut akan membuat orang beranggapan bahwa hanya bisa dilakukan oleh orang kelas atas saja. Tetapi hal itu kurang benar. Makan cantik juga bisa dilakukan oleh orang-orang kelas bawah atau menengah.

Sehingga dalam hal ini media sosial akan menjadi tempat terjadinya proses simulasi  berlangsung. Media sosial dijadikan sebagai acuan dari kehidupan nyata. Namun kenyataannya apa yang diunggah tidak sesuai dengan kenyataan. Seperti halnya makan disebuah restoran dengan makan ditempat yang sederhana. Mana yang sebenarnya menjadi realita nyata? Makan direstoran atau ditempat yang sederhana? Dalam hal ini realita sudah mulai runtuh karena digantikan oleh simulasi. Simulasi ini kebanyakan muncul dalam media sosial. Sosial media tidak lagi menampilkan realitas yang sebenarnya tetapi menampilkan hiperrealitas. Hiperrealitas ini akan muncul dimulai dari realitas-realitas buatan yang akhirnya menjadi realitas yang riil. 

Pelaku makan cantik merupakan orang yang sedang mengikuti tren. Mereka lebih mengedepankan gaya hidup dibandingkan kebutuhan. Sehingga simulasi menjadi hal yang sangat penting dalam pembentukan hiperrealitas. Dimana simulasi makan cantik ini sengaja dibentuk untuk menampilkan image mereka. Dibalik kegiatan makan cantik yang diunggah di media sosial, ternyata apa yang diunggah tidak sesuai dengan kondisi nyata. Sehingga dikatakan terjadinya pengaburan kelas yang tidak sesuai atau tidak adanya kejelasan dari status kelas yang dimunculkan dimedis sosial. Dapat dikatakan bahwa media sosial saat ini tidak lagi menampilkan realitas yang sebenarnya, justru menampilkan hiperrealitas. 

Tidak jarang kita temui hal ini melalui media sosial. Banyak orang yang memposting hal-hal yang tidak berkaitan dengan realitas sebenarnya. Kadang orang-orang kelas bawah berpenampilan dan bergaya hidup layaknya orang kelas atas. Begitu juga sebaliknya, orang-orang kelas atas berpenampilan dan bergaya hidup sederhana. Sehingga dalam hal ini status sosial dan keadaan ekonomi seseorang tidak hanya dilihat dari cara berpenampilan dan gaya hidup. Kadang orang-orang rela mencari hutang demi untuk berpenampilan bagus dan bergaya hidup mewah. Sepatutnya kita berpenampilan dan bergaya hidup semampunya saja. Jangan menilai orang melalui media sosial karena kadang apa diposting tidak sesuai dengan realitas sebenarnya. Sehingga timbulnya sebuah simulasi yang dapat mengakibatkan terjadinya hiperrealitas. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun