Mohon tunggu...
Putu Maria Ratih Anggraini
Putu Maria Ratih Anggraini Mohon Tunggu... Dosen - Dosen STAH N Mpu Kuturan Singaraja

Tinggal di Singaraja Suka Membaca dan Memasak

Selanjutnya

Tutup

Beauty Artikel Utama

Kebaya Bukan Hanya Tren, namun Juga Simbol Identitas Perempuan Bali

17 Juni 2020   19:34 Diperbarui: 20 Juni 2020   02:01 503
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Berbagai cara digunakan memperkenalkan komoditas tersebut. Iklan produk kebaya telah bermunculan di media cetak maupun elektronik. Citra yang digunakan pun bervariatif dan tidak tanggung-tanggung menggunakan elemen adat dan agama khususnya di Bali.

Dengan pencitranan yang dibangun oleh pasar baik melalui fashion show ataupun bentuk seperti iklan dan sejenisnya sebagai ajang promosi telah membawa efek yang sangat jelas mempengaruhi gaya hidup perempuan Bali. 

Bila kita kaitkan dengan perkembangan, di mana pariwisata tampaknya telah menyumbangkan kontribusinya, yakni telah menciptakan kelas menengah baru di Bali. Tidak bisa dielakan inilah yang menjadi calon-calon konsumerisme, “tumbal-tumbal” terhadap kapitalisme global. kesejahteraan mereka yang lebih baik cenderung membawa perubahan gaya hidup untuk mengangkat citra mereka.

Disini tentu idikator yang sangat jelas terlihat adalah ekonomi. Ekonomi seseorang semakin memantapkan dirinya menapaki ruang-ruang dan membentukan “disposisi” yang dapat mengangkat kelas sosialnya.

Orang dengan tingkat akumulasi kekayaan tertentu membutuhkan media untuk menunjukan kelas, status, prestise dan dengan demikian membutuhkan massa penonton gaya hidup mereka. Kelas-kelas menengah baru memerlukan bahasa komunikasi dan bahasa estetis baru untuk mengekspresikan gaya hidup mereka (Piliang, 2004: 304).

Para perempuan kelas menengah Bali, gaya dan penampilan merupakan hal yang sentral dan cenderung menjadi yang utama walaupun itu tidak menjadi substansi namun itu menjadi yang paling penting dan semu. 

Membeli produk-produk yang berlebihan dalam kehidupannya yang sebenarnya itu tidak perlu menjadi hal yang biasa dan menganggap bahwa nilai-nilai material yang dibeli tersebut merupakan simbol sosial yang dapat mengingkatkan citra mereka sebagai masyarakat yang berkelas.

Ini berarti seperti apa yang dikatakan Bordieu yakni meskipun aturan kelas itu adalah pada akhirnya bersifat ekonomi, bentuk yang diambil bersifat kultural; pembentukan, penandaan dan pemeliharaan perbedaan budaya adalah kunci untuk memahami hal itu .

Kebaya sebagai simbol identitas kultur dapat dilihat sebagai media, membuka arena yang memungkinakan terjadinya kontestasi, adanya pertarungan simbol-simbol dan makna-makna sosial. Berkontestasi dalam ruang komunikasi simbolis.

Seorang Perempuan Bali disadari atau tidak, dengan melihat efek permainan pasar yang didukung oleh industrialisasi citra dan teknologi, menstimulasi bawah sadar perempuan Bali terutama kelas menengah untuk mengkonsumsi produk kebaya yang sedang trends dan tidak mau ketinggalan, karena itu akan mengurangi citra dirinya.

Dalam realitas sosial seorang perempuan Bali tidak cukup memiliki tiga atau empat stelan kebaya melainkan bisa puluhan kebaya dengan berbagai variasi jenis kain, model dan lebelnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Beauty Selengkapnya
Lihat Beauty Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun