Kota Belukar
Seorang kakek terbaring di trotoar
Tanpa selimut tanpa tikar
Meringkuk menahan perut yang lapar
Di jalan yang meliuk bagaikan ular
Anak-anak muda saling mengejar
Tertabrak, lalu badan terkulai bak agar-agar
Di jalan lain para pendemo berikat kepala bak pendekar
Tuntut negara adil hingga ke akar
Tapi mereka merusak pagar, juga membakar, seolah itu semua wajar
Di kota belukar, hidup serba sukar
Kutorehkan mimpiku pada gambar-gambar
Aku ingat ayahku berujar, “Tak perlu pintar asal kau sadar”
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!