Mohon tunggu...
Putu Yudyaheri
Putu Yudyaheri Mohon Tunggu... Jurnalis - 100% Human

Manusia biasa yang belum selesai dengan dirinya sendiri

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Listrik Pintar untuk Rumah Kost Pintar yang Berkeadilan

11 April 2016   20:51 Diperbarui: 14 April 2016   13:07 1606
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Sumber foto: www.interiorrumahkita.com"][/caption]Bisnis rumah kost adalah bisnis yang sangat menggiurkan. Dengan berinvestasi di bidang properti dengan mengelola rumah kost, dipastikan perbulannya Anda akan mendapatkan pendapatan pasif, tanpa perlu bekerja. Selain itu, nilai investasi dari rumah kost juga akan selalu naik tiap tahunnya, yang disebabkan karena semakin terbatasnya jumlah dari properti yang tersedia, sementara kebutuhan manusia akan properti semakin meningkat. Di daerah yang dekat dengan sekolah, kampus, perkantoran dan pertokoan, rumah kost menjadi sesuatu yang selalu diburu.

Dan saya adalah seorang anak kost. Sudah 2 tahun saya tinggal di Bandung, menjadi anak kost yang sering berburu dan berpindah dari rumah kost satu ke rumah kost lainnya.

Karena merasa kurang betah di tempat kost yang pertama, pada tahun 2015, saya dan Rizka (teman asal Batam) berkeliling mencari rumah kost yang lebih nyaman. Keluar masuk rumah demi rumah di bawah terik matahari yang menyengat. Akhirnya, pilihan kami mengerucut pada 2 rumah kost. Untuk selanjutnya, saya menyebut sebagai rumah kost A dan rumah kost B.

Rumah kost A adalah bangunan baru yang terletak di pinggir jalan. Sangat strategis. Dekat dengan masjid, kompleks pertokoan, dan kampus. Di seberang tempat kost, berderet penjual makanan dari pagi hingga malam hari.

Sedangkan rumah kost B sebaliknya. Letaknya  jauh masuk ke gang dan dikelilingi persawahan. Bangunannya meskipun masih kokoh, namun lumut-lumut yang menempel di tembok bagian luar bangunan, dan cat yang mulai mengelupas menandakan bahwa rumah kost ini sudah cukup tua. Satu-satunya penjual makanan yang dekat dengan lokasi rumah kost hanyalah penjual kupat tahu.

[caption caption="Sumber foto: hanifahrahmarosyida.blogspot.com"]

[/caption]Dengan berbagai pertimbangan, akhirnya saya memilih rumah kost A, dan Rizka memilih rumah kost B.

Tarif kost sebenarnya sama. Hanya saja, saat itu ada yang luput dari perhitungan saya.

Rumah Kost A menetapkan tarif listrik senilai Rp. 30.000 per produk elektronik yang dibawa. Saya membawa 4 produk elektronik yaitu dispenser, magic com, setrika, dan laptop. Untuk itu, saya dibebankan biaya sebesar 120.000 per bulan.

Tentu saja besarnya biaya listrik ini tidak masuk akal. Jumlah itu setara dengan biaya listrik per-bulan keluarga saya di Pekanbaru, padahal di rumah ada 4 kamar, televisi, kulkas, mesin cuci, dan berbagai macam elektronik lainnya.

Yang membuat saya keberatan atas tarif tersebut, karena saya tidak selalu menggunakan semua perkakas elektronik tersebut. Saya tidak memasak setiap hari, dan lebih sering makan di warteg. Biasanya saya hanya memasak pada akhir bulan ketika kantong sudah sangat menipis. Begitu juga dengan setrika, yang sangat jarang saya gunakan karena pakaian saya sering di-laundry. Begitu pula dengan dispenser yang hanya saya nyalakan sesekali saja. Satu-satunya yang barang elektronik yang selalu terhubung dengan listrik adalah laptop.

[caption caption="Sumber foto: pribadi"]

[/caption]Sementara Rumah Kost B yang dipilih Rizka, menggunakan sistem listrik pintar (prabayar) PLN. Rizka menjelaskan bahwa ia harus membeli pulsa listrik terlebih dahulu (yang nilai vouchernya bervariasi, mulai dari Rp. 20.000- 1.000.0000). Setelah itu baru digunakan. Saya takjub, karena menggunakan sistem listrik pintar PLN justru jauh lebih hemat. Rizka telah membuktikannya. Voucher listrik senilai Rp. 50.000 bisa ia gunakan hampir selama 2 bulan.

Mengapa?

Melalui meter elektronik prabayar, Rizka bisa memantau pemakaian listrik setiap saat. Ketika ia merasa pemakaian listriknya sudah cukup banyak, maka ia pun ‘mengencangkan ikat pinggang’ alias memakai listrik hanya manakala benar-benar diperlukan.

Dengan sistem listrik pintar, Rizka bisa menyesuaikan pengeluaran untuk listrik dengan anggaran belanja yang ia miliki. Hal ini membuat saya nelangsa, karena saya harus membayar Rp.120.000 untuk listrik per bulannya, tidak peduli apapun yang terjadi.

Rizka juga diuntungkan ketika ia ada kegiatan di luar kota. Praktis, ia sama sekali tidak menggunakan listrik (dan tidak ada tagihan yang harus dibayar!).

Tapi sudah kepalang tanggung. Nasi sudah menjadi bubur. Saya sudah membayar sewa kost untuk 3 bulan dan terpaksa harus menetap di rumah kost A. Entah karena masalah listrik, atau karena masalah lainnya, penghuni kost tidak ada yang bertahan lama, hanya sebulan atau dua bulan. Praktis, rumah kost A masih banyak tersedia kamar kosong. Padahal jika ditilik dari lokasinya, seharusnya rumah kost A merupakan pilihan yang sangat ideal.

Sementara rumah kost B, yang menyediakan lebih dari 30 kamar nyaris selalu penuh. Saat Rizka masuk ke rumah kost itu, hanya ada satu kamar yang tersisa, dan itu pun sudah ada yang memesan. Rumah kost B mungkin tidak sebagus rumah kost A, namun pengelolaan listriknya sangat “berkeadilan”. Inilah rumah kost pintar, yang menggunakan sistem listrik pintar PLN.

Sedangkan jika Anda adalah pemilik rumah kost atau kontrakan, sistem listrik pintar PLN juga memberikan keuntungan lain. Anda tidak perlu khawatir lagi dengan tagihan listrik yang tidak dibayar oleh penghuni rumah kontrakan karena pemakaian listrik menjadi tanggung jawab penyewa sepenuhnya, dan sudah disesuaikan dengan kebutuhan penyewa.

***

[caption caption="Sumber foto: Kompasiana"]

[/caption]

Apakah kelebihan menggunakan listrik pintar hanya bisa dinikmati oleh para pemilik rumah kost dan penghuni kost? Jelas tidak. Dengan menggunakan sistem listrik pintar PLN, Anda tidak perlu membayar biaya tambahan akibat terlambat membayar. Selain itu, privasi juga lebih terjaga, karena tidak perlu  menunggu dan membukakan pintu untuk petugas pencatatan meter karena meter prabayar secara otomatis mencatat pemakaian listrik anda (akurat dan tidak ada kesalahan pencatatan meter).

Kemudahan lainnya, untuk pembelian listrik isi ulang tersedia di banyak tempat. Saat ini, pulsa listrik pintar bisa didapatkan di lebih dari 30.000 ATM di seluruh Indonesia. Selain itu bisa juga didapatkan di loket pembayaran listrik online.

“Terimakasih listrik pintar PLN, karena telah membantu saya berhemat,” ujar Rizka menitip pesannya, penuh syukur. []

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun