Halo, sob! Kali ini gue pengen bahas tentang self healing, nih. Pastinya kaum milenial udah ga asing banget sih sama istilah ini.
Siapa sih yang gatau healing? Istilah ini sering banget digunakan oleh anak zaman sekarang sebagai istilah untuk berlibur sejenak seperti berjalan-jalan, nonton film, ataupun hanya rebahan santuy. Biasanya healing ini digunakan milenial untuk beristirahat dari aktivitas sehari-hari yang bikin lelah dan mumet. Tapi, lo tau gak sih apa arti healing sebenarnya?
Healing adalah istilah psikologis yang berarti proses penyembuhan seseorang yang mengalami pengalaman traumatis untuk menyembuhkan luka batinnya. Healing dibutuhkan oleh orang yang mengalami setres dan depresi. Loh, berarti healing itu bukan liburan ala-ala milenial?
Kalo lo sampe stress dan ga bisa berpikir ataupun melakukan pekerjaan yang harusnya lo lakuin berarti lo bener-bener depresi dan  lo butuh healing. Tapi, kalo lo pada cuma lelah aja sama kesibukan setiap harinya yang lo butuhkan itu refreshing. Menurut etimologinya refreshing berarti menyegarkan. Ini merujuk pada kegiatan yang dapat menyegarkan kondisi badan dan pikiran lo yang penat akibat aktivitas sehari-hari. So, dapat dilihat bahwa saat ini healing mengalami pergeseran makna sehingga sering kali disamaartikan dengan refreshing.
Istilah healing sering banget digunakan oleh gen z di media sosial. Disetiap story media sosial yang gue liat pasti isinya healing lagi healing lagi. Sebenernya ini healing untuk merefreshkan diri atau cuma mau lari dari kerjaan aja, sih?
Mau rehat sebentar, boleh. Sok rehat dulu. Tapi, setelah itu lo harus ngerjain kerjaan lo supaya gak numpuk, sob. Karena kerjaan lo gak bakal kelar sendiri, jadi jangan healing mulu healing mulu ya. Terkadang karena healing itu sendiri seseorang bisa sampe terdistraksi dan gak fokus ke kerjaan dan tujuannya. So, jangan sampe itu terjadi yaa, jangan sampe karena kebanyakan healing lo jadi lupa sama dunia dan kerjaan lo saat ini.
Tapi jadi gen z itu gak mudah. Saat ini gen z merupakan generasi yang dipenuhi sama tuntutan dan itu ngebuat kita sebagai gen z ngerasa cape banget.
Generasi z saat ini memang menerima banyak tuntutan baik dari dalam diri sendiri ataupun dari orang lain dan lingkungan sekitar. Hal ini memicu munculnya ketidakstabilan emosional seperti rasa cemas dan takut berlebihan. Dengan adanya kecemasan ini, debutlah kata overthingking dikalangan milenial. Istilah ini berarti memikirkan sesuatu secara berlebihan sehingga mendorong rasa cemas semakin membeludak. Â
Terkadang kita terlalu memikirkan sesuatu secara mendalam sehingga hal tersebut membuat kita gelisah. Bahkan sesuatu yang kita pikirkan tersebut sebenarnya adalah sesuatu yang harusnya tidak harus dipikirkan sampai sebegitunya. Kalian sadar ga sih overthingking kita selama ini hanya membuat kita berpikir kearah yang negatif  saja sehingga kita cenderung menjadi hilang motivasi. Overthingking berbeda dengan seorang pemikir karena overthingker adalah seseorang yang terlalu banyak memikirkan hal-hal sepele. Sedangkan tipe orang pemikir justru berpikir untuk mencari penyelesaian atau solusi dari permasalahan yang sedang dihadapinya.
But, jangan-jangan lo pada butuh healing karena kebanyakan overthingking. Tuntutan dan tekanan yang lo terima sebagai generasi muda yang diharapkan dapat menjadi kebanggaan bagi keluarga dan SDM luar biasa bagi negara untuk mewujudkan Indonesia emas memang sangatlah berat. Oleh karena apa yang ada dihadapan lo adalah suatu hal yang sulit, maka lo harus perjuangin itu sekuat tenaga. Lo gabisa cuma mikirin ketakutan lo sama kegagalan sampai lo lupa untuk mencoba dulu. Kegagalan adalah guru terbaik dalam kehidupan. So, lo harus percaya bahwa dengan adanya kegagalan lo bakal mendapatkan pelajaran hidup terbaik yang bisa ngebawa lo menuju kesuksesan dan impian lo.
Jadi, kurangilah overthingking ya gais. Overthingking hanya bakal ngebuat lo takut ngejalanin kehidupan sehingga memilih untuk lari. Lo bakal milih untuk ngelakuin self healing terus terusan karena lo udah mager banget sama aktivitas lo dan belum berani untuk take a risk seperti selayaknya orang dewasa. So, saran gue lo harus hati hati dan jangan sampai terjebak dalam kondisi ini ya. Self healing boleh tapi lo harus ingat batasan dan pekerjaan serta impian-impian yang lo punya. Jangan sampai lo terdistraksi dan overthingking berlebih. Anak milenial bukan remaja yang rapuh hanya saja kelebihan tekanan sampe mager gerak. Gue tau ini berat but we can do it guys!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H