[caption caption="Cover Fast Furious bersama Ford Escort, Sumber : http://www.jagatreview.com/wp-content/uploads/2013/12/paul_walker_in_fast__furious_6-wide.jpg "][/caption]“Mas, Ford GT 40 (Fast and Furious) berapa?”, tanya saya sambil menunjuk ke etalase sebuah toko die cast di ITC Kuningan.
“Yang itu 120 Ribu Mas”, jawab si penjaga toko.
“Wuih, mahal juga yah?”, balas saya.
“Iya, barangnya udah langka”, tukasnya sambil melayani pelanggan lain.
Dalam dunia kolektor die cast, koleksi mobil dari film terkenal seringkali menjadi target yang laris manis di pasaran. Sebagai contoh, Lotus Esprit S1 warna putih sempat menjadi incaran para kolektor. Bentuknya yang unik dan kisah The Spy Who Loved Me menjadikan mobil miniatur ini cocok untuk diburu kolektor Hot Wheels sekaligus penyuka serial James Bond. Sebagai informasi, beberapa film terbaru seperti The Avengers dan Star Wars juga sudah memiliki edisi die cast-nya sendiri.
Seandainya Ford Setangguh di Film Fast & Furious Tokyo Drift (2006)
[caption caption="Ford Mustang Fastback, Sumber : http://oppositelock.kinja.com/buy-the-actual-mustang-from-fast-and-furious-tokyo-drif-1695483097"]
Jika dicermati perjalanannya, Ford sempat memegang peranan penting dalam proses pembuatan film Tokyo Drift. Diceritakan pada film tersebut, Ford Mustang Fastback tahun 1967 yang dikendarai Sean Boswell memenangi balapan gunung versus Takashi, Drift King dengan mobil Nissan Fairlady Z (Z33) warna hitam miliknya. Yang menarik, Ford tersebut dibangun dari body mobil tua dan mendapat transplantasi mesin Nissan Silvia S15, yang sebenarnya buatan Jepang.
Pesan tersirat di balik itu, nuansa Ford klasik dalam film tersebut bisa dilihat sebagai simbolisme bahwa pemain asing (merek Amerika) masih eksis dan bisa bersaing di kandang lawan (Jepang). Pun karakter protagonis Sean Boswell yang diperankan oleh Lucas Black, menunjukkan bahwa drifting adalah teknik yang bisa dipelajari. Bukan cuma bisa dipertontonkan oleh mobil JDM atau Japanese Domestic Models saja, seperti JDM oldschool Nissan Cefiro yang sudah identik di kalangan drifters.
Hengkangnya Ford dari Indonesia tentu menyisakan kesedihan. Dua hari terakhir, mobil merek Ford makin banyak diiklankan secara online. Sejauh yang saya perhatikan, mobil-mobil tersebut sebenarnya masih tergolong “muda” atau belum mencapai 5 tahun masa pakai. Ternyata konsumen berpikir realistis untuk melepas mobil yang masa depannya tidak secerah yang dibayangkan saat pembelian. Ford, dengan segala kelebihannya, akhirnya terkena imbas konsep “survival of the fittest”.
Begitulah kondisi saat ini, pasar otomotif Indonesia baru saja ditinggal salah satu pemain terbaiknya. Terlepas apakah ini akan menjadi preseden negatif bagi pabrikan otomotif lainnya, saya hanya bisa menilai bahwa Ford adalah merek legendaris yang layak dijadikan kendaraan pribadi. Kenangan tentang Ford akan tetap membekas di hati pecinta franchise Fast and Furious. Selebihnya, die cast Ford juga bisa menjadi koleksi vintage yang bernilai tinggi seiring dengan berjalannya waktu.
[caption caption="Koleksi Hot Wheels Ford Fast and Furious, Dok. Pribadi"]
Salam Kompasiana.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H