Mohon tunggu...
Putu Djuanta
Putu Djuanta Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Keen on capital market issues, public relations, football and automotive | Putu Arya Djuanta | LinkedIn | Yatedo | Twitter @putudjuanta | https://tensairu.wordpress.com/ | https://www.carthrottle.com/user/putudjuanta/

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Terbukti, Operasi Tangkap Tangan Masih Efektif

14 Januari 2016   07:59 Diperbarui: 14 Januari 2016   12:48 570
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Screenshot Path, Dok. Pribadi"][/caption]Kurang lebih sebulan lalu, saya membuat postingan di Path tentang harapan pada pimpinan KPK yang baru. Sebagaimana diberitakan oleh media pada waktu itu, Agus Rahardjo punya komitmen kuat untuk memberantas korupsi. Hal tersebut tercermin dari penyataan beliau yang tidak ingin menghilangkan Operasi Tangkap Tangan (OTT).

Sejauh ini, ucapan beliau bisa dipegang karena KPK berhasil menjerat anggota DPR dalam operasi tangkap tangan (OTT) tadi malam.

Tanpa perlu dibahas lebih spesifik, kita dapat menyimpulkan bahwa korupsi adalah tindakan tidak terpuji yang seharusnya dihindari oleh anggota DPR RI. Namun kenyataannya, pihak yang terlibat dalam OTT kemarin justru berasal dari partai pemenang pileg 2014. Indikasi suap terkait proyek Pekerjaan Umum sudah cukup mempertegas adanya penyalahgunaan jabatan.

Pemulihan Citra Pimpinan KPK

Kejadian di atas dapat dilihat sebagai latar belakang yang sedikitnya memulihkan citra pimpinan KPK yang sempat dinilai negatif oleh berbagai kalangan. Seperti yang sudah saya bahas dalam artikel sebelumnya, penyadapan harus menjadi senjata utama untuk menjerat koruptor. Dari situlah faktor keberhasilan KPK dalam menjalankan operasi tangkap tangan.

Dalam statistik yang dirilis PPATK, korupsi merupakan peringkat pertama dari temuan transaksi mencurigakan sepanjang tahun 2015. Dari total temuan sebanyak 289, jumlah yang berkaitan dengan indikasi korupsi mencapai 127 transaksi. Data tersebut menjadi valid karena adanya dugaan proyek jalan dan termasuk national interest yang menjadi ranah KPK.

Hal lain yang dapat dicermati, ada konsep frenemy yang harus dicamkan oleh DPR sebagai bagian dari penyelenggara negara. Belum genap sebulan dilantik Presiden, KPK saat ini sudah beralih menjadi frenemy atau seseorang yang berperilaku layaknya sahabat, tetapi sebenarnya seorang musuh. Di bawah kepemimpinan yang baru, mereka langsung berani menyeret anggota DPR.

Salut buat KPK, keep up the good job.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun