Mohon tunggu...
Putu Djuanta
Putu Djuanta Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Keen on capital market issues, public relations, football and automotive | Putu Arya Djuanta | LinkedIn | Yatedo | Twitter @putudjuanta | https://tensairu.wordpress.com/ | https://www.carthrottle.com/user/putudjuanta/

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Mafia Vote dan Lingkaran Pertemanan di Kompasiana

29 Juli 2015   18:43 Diperbarui: 11 Agustus 2015   22:32 904
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jauh sebelum Kompasiana versi baru diluncurkan, Kompasianer telah mengenal trending articles (TA) yang menjadi ciri khas Kompasiana versi lama. Sebagai pengganti TA, sebetulnya Kompasiana versi baru telah menyodorkan Indeks Nilai Tertinggi Kompasiana (“INTK”). Namun dalam perjalanannya, peralihan tersebut justru menghasilkan beberapa istilah yang agak membingungkan, diantaranya mafia vote, lingkaran pertemanan dan anak emas admin Kompasiana.

Sebagai mantan asisten dosen, saya tertarik untuk menganalisis fenomena ini. Perlu teman-teman ketahui, penelitian ini tidak disponsori oleh Pakde Kartono yang dikenal sebagai Kompasianer yang tergolong mapan karena punya Corolla Altis. Tidak juga dibimbing oleh Prof Pebrianov yang dikenal sebagai akademisi yang berpikiran kritis, berpaham lebay-isme serta bertabiat usil. Apakah benar adanya? Mari kita bahas setajam penurunan saham BUMI yang jeblos di harga Rp50,-. Fasten your seatbelt, please.

Latar Belakang

Melalui hipotesis yang cenderung kuantitatif, Johanis Malingkas menayangkan artikel “Menyoroti Indeks Nilai Tertinggi Di Kompasiana” yang ‘disundul’ oleh artikel dari Indira Revi yang dengan jeli menguak kejadian saat salah satu Kompasianer berhasil menerima paket “combo” 5 (lima) vote sekaligus dari Kompasianer berinisial AAA. Berkaitan dengan hal ini, Siska Fransisca ternyata ikut menambahkan adanya istilah anak emas admin Kompasiana, straight forward ditujukan kepada Kompasianer Axtea 99.

Permasalahan mafia vote: (1) Siapakah mereka? (2) Bisakah dibuktikan keberadaannya?

Mungkin ada Kompasianer yang menganggap bahwa Nilai Tertinggi hanya bisa dihuni oleh mereka yang memiliki lingkaran pertemanan. Hal ini cukup masuk akal mengingat perhitungan nilai tertinggi tentu dipengaruhi oleh jumlah vote dan komentar. Ibarat pole position MotoGP, klasemen INTK bisa dicapai oleh pembalap dengan waktu kualifikasi tercepat. Begitu pula di Kompasiana, Kompasianer yang tulisannya cepat mendapat vote dan komentar, pasti bisa merangkak naik.

Pertanyaan berikutnya, apakah salah jika INTK didominasi oleh Kompasianer yang itu-itu saja? Menurut saya sih tidak. Seperti yang kita ketahui, setiap artikel punya nasibnya sendiri, berpatokanlah pada teori itu. Jangan begitu mudah menuduh admin bersikap subjektif. Sebagai otoritas jasa Kompasiana, mereka berhak menentukan siapa yang lolos moderasi dan menempatkan artikel ke deretan Highlight (Hlt) maupun Headline (HL). Saya pun yakin, admin tidak akan menjual kartu langganan HL karena tidak relevan dengan tujuan good journalism.

Kembali ke judul, adakah mafia dan lingkaran pertemanan? Berikut analisisnya. Menurut KBBI, mafia adalah perkumpulan rahasia yang bergerak di bidang kejahatan (kriminal). Apakah memberi vote dilakukan secara rahasia? Ya. Kita tidak tahu persis motif apa dan kapan sebuah vote diberikan oleh Kompasianer. Berikutnya, apakah memberi vote suatu kejahatan? Saya rasa hal ini masih debatable, terms & conditions di Kompasiana tidak secara eksplisit melarang hal tersebut. Mohon dikoreksi jika saya keliru.

Kita perlu perhatikan juga, bahwa (1) Kompasiana berhak mengubah dan atau menghentikan sebagian atau seluruh layanan dan atau fitur sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan terlebih dahulu, (2) Kompasiana dapat setiap saat mengganti, menambah atau mengurangi Ketentuan Layanan ini tanpa pemberitahuan sebelumnya. Kompasianer terikat oleh setiap perubahan tersebut. Artinya apa? Ada poin penting bahwa, apa yang sudah pernah kita setujui janganlah disangkal di kemudian hari. Peduli dengan Kompasiana sangatlah berbeda dengan bentuk protes pada admin.

Kemudian, terkait lingkaran pertemanan. Pertemanan adalah pilihan masing-masing. Mau protes, merasa iri atau curiga berlebihan adalah pilihan masing-masing Kompasianer. Ada Kompasianer yang serius, banyak juga yang ‘ogah’ serius. Teori Uses and Gratifications dari Blumler dan Katz menjelaskan, orang bebas memilih media yang disukai untuk kepentingan atau tujuan tertentu, atau dapat menggunakan media yang sama untuk tujuan yang berbeda. Inilah poin pentingnya, Kompasiana adalah media dengan tujuan penulis yang berbeda-beda.

Kesimpulan dan Saran

Di Kompasiana, ada yang membangun reputasi, ada yang sekedar mengisi waktu luang, mungkin ada pula yang terpaksa jadi Kompasianer karena tuntutan pekerjaan. Tujuan mereka beda, tapi berada di satu rumah. Maka saran dari saya, hormatilah sesama Kompasianer beserta tim admin. Silahkan pula kalau mau narsis. Hanya saja, jangan merasa kontribusi kita lebih besar daripada yang lain. Sekali lagi, kita setara, sama-sama menempel pada simbol “/” di belakang kompasiana.com. Suka atau tidak, begitulah faktanya.

Salam Kompasiana & Keep The Kompasiana Flag Flying High.

Sumber Rujukan [1] [2] [3] [4] [5]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun