Mohon tunggu...
Putu Djuanta
Putu Djuanta Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Keen on capital market issues, public relations, football and automotive | Putu Arya Djuanta | LinkedIn | Yatedo | Twitter @putudjuanta | https://tensairu.wordpress.com/ | https://www.carthrottle.com/user/putudjuanta/

Selanjutnya

Tutup

Bola

Ceceran Masalah Persepakbolaan Nasional

23 Juli 2015   12:21 Diperbarui: 23 Juli 2015   12:21 569
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bertolak belakang dengan kanal sepakbola luar negeri, berita sepakbola lokal malah menyajikan perkembangan terbaru antara perseteruan PSSI dan Kemenpora. Terlihat lucu, karena kanal sepakbola Indonesia seolah bertransformasi menjadi kumpulan berita hukum terkait hasil PTUN yang sarat dengan argumen dan pernyataan yang saling menyalahkan dari kedua belah pihak.

Namun begitulah realita persepakbolaan kita saat ini. Saat klub-klub Eropa sedang gencar berburu pemain baru, kita masih sibuk dengan cerita membosankan seputar persiapan wasit dan pendaftaran piala kemerdekaan. Siapa-siapa yang disebut mafia bola belum berhasil terungkap tuntas – beda dengan kasus match fixing yang berhasil dipaparkan oleh CPIB Singapura.

Disadari atau tidak, kondisi ini adalah fase kemunduran yang patut disesali. Keberanian Menpora memang layak diacungi jempol. Tidak banyak pejabat negara yang berani mengambil langkah tegas yang efeknya begitu signifikan – walaupun tidak menutup kemungkinan pula jika jempol tersebut akhirnya diputarbalikkan 180° ke bawah dan menjadi sebuah gestur ledekan.

Sudah terlalu banyak konflik yang dipertontonkan ke khalayak luas. Menpora di era pemerintahan sebelumnya, presenter sepakbola dan pemain bola sampai ikut terpolarisasi karena konflik yang melelahkan ini. Adakah manfaat dari semua itu? Tentu tidak. Pertarungan ego hanya memancing munculnya variabel lain yang kontra-produktif, jauh dari kata solutif.

Sebagai penggemar sepakbola, saya sangat menyayangkan terjadinya polarisasi tersebut karena banyak kerugian baik materiil maupun non materiil yang jelas-jelas dialami oleh insan persepakbolaan nasional. Tidak mengherankan, terdapat petisi online yang mendesak Menpora untuk mencabut pembekuan PSSI – sekaligus menjadi bahan perdebatan netizen.

Itulah potret bahwa pembenahan organisasi kadang direcoki oknum yang selalu “merasa benar”. Saya membayangkan, betapa sulitnya menjadi Menpora maupun pengurus PSSI yang harus menyusun langkah hukum terbaik karena terlanjur berurusan dengan pengadilan. Misi Menpora untuk membawa sepakbola ke arah yang lebih baik kini sedang menghadapi tantangan besar.

Dalam hal ini, publik akan kembali disuguhkan episode seru terkait langkah banding yang segera ditempuh oleh Kemenpora. Inilah ceceran masalah yang bermula dari misi perbaikan sepakbola nasional agar lebih transparan dan akuntabel. Tanpa berharap banyak, semoga saja tim Kemenpora tidak mengatakan “Mission abort. Repeat: abort!” di masa injury time.

Salam Kompasiana.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun