Mohon tunggu...
Putu Djuanta
Putu Djuanta Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Keen on capital market issues, public relations, football and automotive | Putu Arya Djuanta | LinkedIn | Yatedo | Twitter @putudjuanta | https://tensairu.wordpress.com/ | https://www.carthrottle.com/user/putudjuanta/

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Karir Saya Berkembang Berkat Sepakbola

3 Juli 2015   11:40 Diperbarui: 3 Juli 2015   12:04 604
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto bersama sebelum turnamen, dok. pribadi

Sejak lulus kuliah, saya selalu mencantumkan hobi sepakbola di Curriculum Vitae. Hal ini mungkin terlihat sederhana, namun punya efek positif yang luar biasa. Tahun 2010, saya dapat pesan Facebook dari seorang teman untuk mengisi lowongan Compliance Officer di salah satu anak perusahaan BUMN. Singkat cerita, saya dapat kesempatan interview oleh user yang akan menjadi atasan saya. Dasar mujur, kami berdua ternyata sama-sama suka otomotif dan sepakbola. Saya diterima kerja.

Ajaibnya, bos saya juga pernah jadi anggota Unit Kegiatan Olah Raga (UKOR) Sepakbola di kampus yang sama. Ketika diadakan kompetisi futsal antar karyawan, tim kami berhasil juara dan kebetulan saya jadi top scorer-nya. Hadiah Rp 4 juta (untuk 10 orang) langsung saya rayakan bersama istri yang ikut menonton dari awal di pinggir lapangan. Selain jadi ajang silaturahmi, saya cukup bersyukur karena ternyata masih punya skill dan belum ‘karatan’.

Saya (berdiri ke-4 dari kiri) dan Mas Walyadi (berdiri ke-8 dari kiri), dok. pribadi

Mas Walyadi, salah satu Office Boy di kantor saya sebelumnya bertanya “Mas Putu suka main bola di lapangan besar, nggak?”

“Suka banget, saya biasanya main bola lapangan besar, kenapa Mas?” tanya saya.

“Ikut latihan bareng orang Bank Mandiri di Daan Mogot yuk Mas”, kata dia.

“Serius boleh? Hari apa?”, tanya saya lagi.

“Boleh lah, wong saya kenal pelatihnya, ikut aja hari Minggu, nanti sekalian kenalan sama orang-orang di sana”.

Singkat cerita, saya datang dengan perlengkapan seadanya dan sepatu bola yang sudah agak usang. Agak takjub juga karena di sana banyak pemain yang terlihat lebih pro (kelihatan dari merek sepatu dan jersey yang digunakan). Seperti latihan pada umumnya, semua pemain melakukan warming up dan latihan shooting dari luar kotak pinalti.

Saat sparing, saya berada di satu tim dengan Mas Walyadi. Beberapa menit pertandingan dimulai, saya langsung mencetak gol pertama setelah adu sprint dengan bek lawan. Dengan sedikit kontrol, bola saya tendang ke pojok kanan atas yang tidak bisa dijangkau kiper. 1-0 untuk tim kami di babak pertama. Gawang kami relatif aman karena punya zona pertahanan yang solid dengan formasi 4-4-2. Akhir babak kedua, ia terlihat sumringah karena kami menang telak 4-0.

Siapa sangka, ternyata Mas Walyadi adalah mantan pemain bola di era Liga Sepakbola Utama atau Galatama. Saya baru tahu pas diceritakan oleh salah seorang pemain. Kabarnya, ia sering tanding ke berbagai kota dan selalu menjadi pemain inti di posisi libero, baik kompetisi resmi maupun yang sifatnya tarkam. Ia cerita ke saya tentang alasan banting stir menjadi OB – karena ia ingin tinggal di Jakarta dan punya kerjaan yang lebih stabil.

Kejutan berikutnya, pelatih menghampiri dan mengajak saya untuk ikut suatu turnamen di daerah Bogor. Ia bilang ke saya, kalau mereka masih perlu tambahan striker. Sebenarnya saya mau, tapi sayang waktunya tidak cocok. Ya, biarlah itu menjadi penyesalan kecil. Diajak main bola 11 lawan 11 saja sudah cukup untuk mengobati rasa kangen saya pada harumnya rumput kering dan kucuran keringat akibat sengatan matahari.

Seperti maniak bola lainnya, ajang penting seperti Liga Champions dan Premier League selalu menjadi tayangan yang sayang untuk dilewatkan. Hampir 4 tahun terakhir, berkat sepakbola juga saya sering diajak ngobrol dan langsung ‘nyambung’ dengan beberapa kepala divisi dan rekan se-kantor mulai dari IT, sales, ops, finance, research hingga care center.

Melalui cara itu pula saya mengenal dan belajar sedikit demi sedikit tentang apa saja tugas dan fungsi yang mereka kerjakan, proyeksi perusahaan maupun market issues yang sedang berkembang. Dari pengalaman saya di dua kantor berbeda, obrolan tentang sepakbola memang bisa menghilangkan gap antara atasan dan bawahan. Seakan sudah biasa, saling ledek tim kesukaan malah menghidupkan suasana kantor jadi seru dan menyenangkan.

Sebagaimana diketahui, siapapun bisa mengikuti perkembangan sepakbola terbaru melalui media online. Kabar baiknya buat saya, Kompasiana versi baru sudah memfasilitasi rubrik khusus bola. Menurut saya, bersyukurlah jika Anda menyukai sepakbola. Seperti yang pernah saya paparkan di artikel sebelumnya, sepakbola mengajarkan disiplin, teamwork, kesabaran, kekuatan mental dan membentuk kepercayaan diri yang tentunya berguna untuk pengembangan karir.

Salam Kompasiana & have a nice Friday!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun