Mohon tunggu...
Putu Djuanta
Putu Djuanta Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Keen on capital market issues, public relations, football and automotive | Putu Arya Djuanta | LinkedIn | Yatedo | Twitter @putudjuanta | https://tensairu.wordpress.com/ | https://www.carthrottle.com/user/putudjuanta/

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

DNA Pemenang Pada Diri Jokowi

14 Juli 2014   21:15 Diperbarui: 14 September 2015   11:28 570
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tulisan ini terinspirasi dari karikatur hasil Quick Count yang ditampilkan oleh salah satu media online, dimana Jokowi-JK mengendarai sepeda yang mengungguli pasangan Prabowo-Hatta. Ilustrasi tersebut terlihat menarik karena Prabowo-Hatta berkeringat dingin ketika tertinggal di belakang lawannya, mirip seperti kompetisi balap MotoGP (meskipun tanpa helm dan racing suit).


http://www.detik.com/

Sebagai salah satu penikmat MotoGP, saya menganggap bahwa Valentino Rossi adalah the true legend setelah era Mike Doohan. Titel juara dunia sebanyak 9 kali (7 di kelas tertinggi) merupakan bukti nyata bahwa ia adalah pembalap terbaik sepanjang masa. Saking kagumnya dengan VR46, saya memiliki buku autobiografi-nya yang berjudul "What If I Had Never Tried It". Saat dirilisnya buku tersebut, Rossi tercatat sebagai records holder MotoGP.

Dalam berorganisasi dan/atau berkompetisi, tidak dapat dipungkiri bahwa pemimpin berperan besar dalam menentukan strategi yang akan dipilih untuk mencapai visi organisasi atau memenangkan kompetisi. Pola pikir bahwa pemimpin sebaiknya sosok yang senior tentu lumrah, karena senior selalu dianggap punya lebih banyak ilmu dan pengalaman. Hal ini juga memperkuat anggapan bahwa junior masih perlu proses pembelajaran dan kematangan secara emosi agar pada saatnya nanti bisa menggantikan peran senior.

Namun pada Pilpres ini, Jokowi yang relatif lebih muda ternyata telah menjelma menjadi Marc Marquez di dunia politik. Sebagaimana diketahui, Marc Marquez juga menjadi fenonema dan idola baru karena mampu mengalahkan senior-seniornya di MotoGP dengan merebut gelar juara di tahun perdananya. Layaknya Marc Marquez, Jokowi juga sanggup untuk langsung mendominasi nama-nama yang lebih tua secara usia seperti Fauzi Bowo, Alex Noerdin dan Faisal Basri ketika memenangkan Pilkada DKI Jakarta.

Tanpa mengesampingkan peran dari tim kampanye dan relawan, Jokowi terlihat tidak kewalahan untuk berkompetisi dengan capres yang jauh lebih senior darinya. Rangkaian debat melawan seorang mantan Danjen Kopassus sang macan asia sudah dijalaninya dengan baik. Terlepas dari hasil QC yang sudah pernah dipublikasikan media, elektabilitas Jokowi untuk menjadi presiden RI ternyata lebih tinggi daripada Prabowo berdasarkan hasil pooling capres di website http://umarbakry.com milik Direktur Eksekutif LSN, yang belakangan dianggap sebagai lembaga survei yang pro kepada pasangan nomor urut 1 ini.

[caption id="attachment_347688" align="alignnone" width="307" caption="http://umarbakry.com/ 14-Jul-2014 13:45 PM"]

14053208161516236803
14053208161516236803
[/caption]

Fakta bahwa kini Marc Marquez mampu mengungguli nama-nama senior seperti Valentino Rossi, Jorge Lorenzo, Dani Pedrosa, Nicky Hayden, Andrea Dovisioso dkk adalah contoh seorang junior bisa berprestasi lebih hebat daripada seniornya. Hal tersebut bisa saja terjadi jika si junior terus belajar dan mengerahkan semua kemampuan terbaiknya. Jika bisa berpendapat objektif, maka saya akan mengatakan bahwa Marc Marquez adalah rider terbaik dalam 2 tahun terakhir ini, bukan Valentino Rossi yang masih saya idolakan. Sampai dengan tulisan ini dibuat, Marc Marquez sudah memenangi seluruh seri dari 9 balapan yang sudah digelar selama musim 2014.

Apakah Jokowi bisa seperti Marc Marquez dalam konteks pemenang Pilpres 2014? Mungkin saja, meskipun demikian jawaban ini sulit dijelaskan karena proses perhitungan di KPU belum final dan masih memungkinkan terjadinya ketidaksesuaian. Berbeda dengan penentuan kemenangan race MotoGP yang lebih visible dan akurat karena menggunakan teknologi yang bersifat nirsangkal. Namun jika melihat perjalanan karir politiknya, dapat dijumpai bahwa Jokowi memiliki DNA pemenang yang sudah dibuktikannya sebanyak 3 kali pada tahun 2005 (Walikota Solo), 2010 (Walikota Solo) dan 2012 (Gubernur DKI Jakarta). Ia memang tidak selalu naik ke atas podium untuk menerima piala, namun ia pernah memenangkan hati rakyat karena berasal dari rakyat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun