Mohon tunggu...
Putu Djuanta
Putu Djuanta Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Keen on capital market issues, public relations, football and automotive | Putu Arya Djuanta | LinkedIn | Yatedo | Twitter @putudjuanta | https://tensairu.wordpress.com/ | https://www.carthrottle.com/user/putudjuanta/

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Harapan Sederhana untuk Menkominfo, Jangan Sampai Jadi Meme Lagi

28 Oktober 2014   00:23 Diperbarui: 31 Agustus 2015   15:28 183
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tahun 2011, sempat muncul isu penutupan layanan Blackberry yang digagas Menkominfo. Melalui Twitter-nya, Tifatul Sembiring begitu berapi-api dalam menegaskan RIM supaya mematuhi peraturan dan UU RI. Walau berupaya memperjuangkan harga diri negara, kesan cari sensasi juga melekat pada dirinya.

Sebagai salah satu pengguna Blackberry, saya cukup bingung dengan ide ini. Karena saat itu jumlah pengguna BBM sudah sekitar 2 juta. Kalau memang terjadi penyebaran konten yang tidak pantas, mengapa “telat” sekali mengambil tindakan. Deteksi penyimpangan seharusnya bisa dilakukan sejak awal.

Ketika Tifatul Sembiring masuk 9gag, saya makin geleng-geleng kepala. Beliau berpendapat bahwa kecepatan internet tinggi hanya akan meningkatkan jumlah pemerkosaan, pedofil, seks diluar nikah dan pelecehan seksual. Sampai tulisan ini dibuat, post tersebut masih bisa diakses.

Terus terang, saya termasuk yang mempertanyakan teori tersebut. Selain tanpa statistik yang jelas, kenyataannya internet selalu tergantung dari motif penggunanya. Padahal kecepatan tinggi akan sangat bermanfaat bagi bisnis e-commerce, pendidikan hingga keperluan jurnalisme.

Heran jika membayangkan keseharian ibu saya, yang kebetulan pensiunan dari Kemenkominfo. Mau tidak mau, ia menghabiskan hampir 8 jam sehari bekerja di bawah kepemimpinan seorang menteri yang seperti itu. Di berbagai forum internet, Tifatul memang kerap di-bully habis-habisan.

Permasalahannya, memang seperti tidak ada prestasi signifikan yang membekas. Yang paling diingat publik justru bagaimana seorang menteri mem-follow akun porno di Twitter dan cari alasan untuk menyangkal. Sehingga yang tersirat, ia bukanlah seorang yang kompeten dan hanya memanfaatkan jatah parpol.

Kini, harapan baru ada pada diri Rudiantara. Dari rekam jejaknya, publik seakan mendapat sosok yang tepat untuk posisi Menkominfo. Berbekal pengalaman dan posisi penting di berbagai perusahaan, semoga beliau dapat mengentaskan permasalahan IT di Indonesia dan tidak menjadi meme di socmed manapun.

Salam Kompasiana.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun