Beberapa bulan lalu saya cukup terkejut dengan adanya sebuah artikel tentang Ahok yang berjudul “Ediaaaaannnn! Tampil Di Sampul Forbes, Ahok Tambah Ganteng dan Seksi”. Dalam artikel tersebut, kontributor Baltyra.com bernama Prabu - Jakarta berhasil mempopulerkan diri dengan gambar screenshot HP yang dicomot dari artikel saya di Kompasiana. Saking populernya, statistik view, comments hingga jumlah share jauh lebih banyak daripada sumber aslinya.[caption id="attachment_371817" align="aligncenter" width="560" caption="Perbandingan Artikel, Dok. Pribadi"][/caption]
Sejujurnya, saya cukup paham bahwa apapun yang sudah tayang di internet bisa dianggap public domain. Tetapi sayangnya, si penulis seolah sengaja tidak mencantumkan sumber, bahkan meng-crop gambar bagian bawah, yang menurut saya substantif dan penuh makna. Seperti di Kompasiana, komentar positif berhasil didapatkan Prabu. Dengan gaya bahasa yang lebih santai, ia menyulap versi bahasa inggris yang saya buat sebelumnya.
Sesuai pesan dari pendiri Kompasiana, saya selalu mencoba untuk menerapkan prinsip good journalism. Meskipun cover Ahok didapat dari socmed, saya menganggap jika originator berhak mendapat apresiasi. Sehingga 1 hari setelah menayangkan artikel, saya mengirimkan ucapan terima kasih kepada bagian Editorial Forbes Indonesia, yang email-nya saya peroleh dari hasil browsing di bagian contact us pada website.
[caption id="attachment_371818" align="aligncenter" width="288" caption="Ucapan Terima Kasih kepada Forbes Indonesia, Dok. Pribadi"]
Saya menyadari, bahwa pembuatan cover majalah membutuhkan keahlian dari berbagai profesi. Di situ ada peran fotografer, desainer grafis dan tim redaksi yang berupaya untuk menghasilkan cover yang menarik bagi pembaca. Sebagaimana ditampilkan di atas, artikel saya di Kompasiana dikomentari pertama kali oleh Abest pada jam 10:08 pagi, sementara komentar artikel milik Prabu di Baltyra baru muncul siang hari pada jam 12:37.
Meskipun sama-sama ditayangkan tanggal 11 September 2014, waktu comment tentu bisa menunjukkan siapa “follower” sebenarnya. Selanjutnya saya pun menilai, artikel Prabu di portal Baltyra adalah contoh dari semi-plagiarism. Karena diperhatikan dari sisi penulisan, kalimat yang ia gunakan memang berbeda dari sumbernya. Namun dari segi konten, jelas sekali ia mencomot dan mengedit gambar dari artikel milik saya.
Dari fenomena inilah akhirnya saya melihat, masih ada netizen yang punya passion menulis, namun kurang menghargai etika jurnalistik. Padahal, sekalipun gambar tidak memiliki signature ataupun keterangan dari identitas penulis, bukan berarti sumber rujukan boleh diabaikan. Namun pada akhirnya, saya masih dapat memaklumi hal tersebut karena manusia memang tidak bisa selalu 100% benar.
Salam Kompasiana.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H