Mohon tunggu...
Putu AyuFebriani
Putu AyuFebriani Mohon Tunggu... Lainnya - Publikasi

Putu Ayu Febriani

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Happerealitas Fashion Endorse pada Produk Kosmetik di Media Instagram

4 Januari 2022   08:27 Diperbarui: 4 Januari 2022   08:33 288
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Indonesia saat ini sedang mengalami peningkatan di bidang khususnya Internet. Internet telah menjadi sebuah kebutuhan bagi masyarakat indonesia untuk menjalani aktivitas kesehariannya. Sehingga penggunaan Internet di Indonesia kian meningkat. Saat ini penggunaan internet dan media sosial terus meningkat dari segi fungsinya, yaitu sebagai wadah untuk memperkenalkan, mempromosikan, dan menjual produk. 

Salah satu media sosial yang telah populer dari awal kemunculannya, yaitu Instagram. Instagram merupakan aplikasi berbagi foto, video, yang memungkinkan pengguna mengambil foto, menerapkan filter digital, dan membagikannya ke berbagai layanan jejaring sosial media.  para perempuan sekarang ini lebih menggunakan sebuah media sosial instagram untuk memenuhi kebutuhannya, membeli berbagai macam barang dengan jumlah yang berlebihan dan bukan atas dasar kebutuhan utama melainkan atas dasar pemenuhan keinginan, kepuasan untuk mendukung penampilan kesehariannya.

Alhasil upaya promosi melalui media sosial pun dikemas dan dibangun se kreatif pada konten pesannya agar bisa semenarik mungkin di media sosial seperti halnya media sosial visual instagram dan mampu membentuk kesadaran palsu bagi khalayak, sehingga tersimulasi dengan mempercayai ouput pola fashion dan kosmetik yang sesuai dengan konten promosi dan kualitas hasil yang bersifat fiksi. karena hal ini juga didukung dengan teknologi komputer, ataupun aplikasi handphone yang mendukung untuk melakukan proses pengeditan terhadap wajah dan tubuh dari seorang endorse tersebut. 

Maka dari itu yang harus kita sadari media tidak lagi menampilkan realitas. terkadang produk apa yang diproduksi itu representasinya/ kenyataannya jauh berbeda. dapat terlihat bahwa produk fashion maupun kosmetika ini membangun pesan yang bersifat persuasif untuk membentuk suatu simulasi masyarakat yang terlihat seolah tidak membedakan antara realitas fakta maupun diluar realitas. Model endorse pun di satu sisi merasa memiliki prestise dalam dirinya karena berharap dari wajahnya akan dikenal banyak orang dan juga berharap bisa menjadi bagian dari aktivitas pemasaran dan mendatangkan keuntungan, meskipun bukan keuntungan secara utuh. 

Sebuah contoh seorang endorse itu berupaya menanamkan kesadaran kepada konsumen bahwa produk salah satunya semacam kosmetika nature republic. Produk Nature Republic adalah produk kosmetik sebagai cream pembersih. 

Memberikan keyakinan pada masyarakat dengan menggunakan produk tersebut, maka dapat memberikan perwajahan yang membuat kulit tampak putih dan bersih, noda hitam dan bekas jerawat berkurang seperti halnya wajah korea, hal ini tidak adanya kesesuaian konsepsi perwajahan korea. Sering kita juga lihat dalam kehidupan sehari-hari yaitu dalam produk endorse itu dengan berbagai jenis kosmetik yang para endorse menjanjikan hasil yang baik dan bagus, tentu saja sebaliknya.

Yang mengakibatkan adanya dampak yang ditimbulkan dalam pemakaian barang endorse itu.  Yang berakibat ketidakcocokan dari pemakaiannya. Misalnya tumbuh jerawat pada wajah, dampak ini menjadi wajah menjadi rusak begitupun produk kosmetik lainnya.

Masyarakat tidak boleh tergiur dari barang endorse tersebut di diharapkan mampu memilih dan memilah saja yang sebaiknya diterima dan diunggah, agar tidak mengarah pada perilaku menyesatkan orang lain yang melihat dan tertarik membeli produknya. 

Para endorse hendaknya mengutamakan untuk meningkatkan rasa kepercayaan terlebih dahalu mengetahui tentang produk  tersebut. sehingga dapat menunjukan eksistensinya tanpa harus memiliki banyak dalam akun media sosial instagram.

Dimana hal inilah Media sosial akan menjadi tempat yang terjadinya proses simulasi  berlangsung. Media sosial dijadikan sebagai acuan dari dari nyata. 

Namun kenyataannya apa yang diunggah tidak sesuai dengan kenyataan. Karena Sosial media tidak lagi menampilkan realitas yang sebenarnya tetapi menampilkan hiperrealitas. 

Disamping itu juga sudah banyak hal yang sudah kita temui megenai seorang endorse memposting hal- hal yang bekaitan degan realitas produk yang sebenarnya. para endorse memastikan sekali produk yang di promosikannya itu sudah aman, tetapi malah sebaliknya. Sehingga hal ini timbulnya sebuah simulasi yang dapat mengakibatkan tejadinya hipperrealitas.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun