(KSG09) Bagaimana jadinya apabila platform digital seperti sosial media yang saat ini banyak diakses oleh orang-orang diseluruh dunia digunakan untuk membangun citra sebuah negara, terutama negara Indonesia kita tercinta?
Yang pertama kali terbayang dibenak saya adalah, jika hal ini dilakukan dengan serius dan menadapatkan dukungan penuh dari pemerintah, apresiasi masyarakat dunia terhadap Indonesia akan mengalir deras dan devisa negara akan meningkat karena wisatawan mancanegara yang berbondong-bondong datang ke Indonesia untuk menikmati pesona alam dan keunikan budaya dan keaneka ragaman hayati, dan merasakan keramah-tamahan serta kehangatan masyarakat Indonesia.Â
Ini menjadi kesempatan bagus bagi Indonesia agar mampu berdiri di kaki sendiri dalam hal pengembangan dan pemanfaatan media sosial yang kaitannya dengan kepentingan diplomasi publik. Diplomasi publik sendiri dimaknai sebagai suatu proses komunikasi pemerintah terhadap publik mancanegara yang bertujuan untuk memberikan pemahaman atas negara, sikap, institusi, budaya, kepentingan nasional, dan kebijakan -kebijakan yang diambil oleh negaranya (Tuch, 1990: 3; Gouveia, 2006: 7-8, dikutip J. Wang, 2006).Â
Selain definisi tersebut, Jan Mellisen (2006) mendefinisikan diplomasi publik sebagai usaha untuk mempengaruhi orang atau organisasi lain di luar negaranya dengan cara positif sehingga mengubah cara pandang orang tersebut terhadap suatu negara. Dari dua definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa diplomasi publik berfungsi untuk mempromosikan kepentingan nasional melalui pemahaman, menginformasikan, dan mempengaruhi publik di luar negeri.Â
Oleh karena, diplomasi publik merupakan salah satu bentuk diplomasi yang memiliki instrumen soft power, yang juga dapat diartikan sebagai "cara-cara lunak untuk mencapai tujuan". Dibandingan dengan diplomasi tradisional yang cenderung kaku dan penuh ketegangan, diplomasi publik lebih "lunak" dan mudah diterima oleh masyarakat karena memiliki jangkauan yang luas.Â
Cara-cara yang ditempuh dalam diplomasi publik juga cenderung lebih "luwes" dan informal karena tujuannya untuk memberikan pemahaman dan mempengaruhi. Maka bahasa dan pesan-pesan yang digunakan didesain agar lebih mudah dimengerti oleh publik, karena model komunikasi yang digunakan adalah model publics to publics .
Kembali ke pembahasan menganai pemanfaatan platform digital seperti media sosial untuk membangun citra Indonesia, semua ini harus dilakukan dengan penuh kesadaran dari pemerintah dan masyarakat akan pentingnya membangun image positif suatu negara agar tidak dianggap sebagai negara terbelakang, dipandang sebelah mata, maupun di lecehkan oleh negara lain. Jika melihat sumber daya manusia yang kita miliki saat ini, kita telah jauh lebih berkembang dan lebih terbuka mengenai pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi.Â
Platform seperti YouTube yang saat ini banyak digandrungi anak-anak generasi milenials menjadi daya tarik yang luar biasa. Ini dapat digunakan untuk membangun citra Indonesia melalui diplomasi publik dengan konten-konten yang mengandung unsur budaya, hiburan, edukasi, maupun politik.Â
Sebagai contoh, kita dapat melihat kesuksesan musisi lokal yang sukses memadukan konsep musik budaya Jawa dengan konsep electronic dance music (EDM) berjudul "Lathi", yaitu Weird Genius. Video yang digarap oleh Weird Genius ini telah ditonton lebih dari 97 juta viewers dalam kurun waktu kurang dari 1 tahun. Dari unggahan video tersebut, banyak musisi mancanegara yang mengapresiasi karya mereka yang dianggap "out of the box" atau "amazing work", tetapi tetap mampu menghadirkan unsur budaya lokal.Â
Apa yang telaj dilakukan oleh Weird Genius merupakan salah satu bentuk diplomasi publik dalam hal budaya dan hiburan (musik) dengan pesan dan karakter yang sangat kuat. Impact yang dihasilkan bukan saja dirasakan oleh pada musisi tersebut, tapi juga pada citra Indonesia dan semua unsur-unsur yang ada didalamnya.Â
Semakin banyak konten-konten positif yang mengandung pesan-pesan diplomatis dan dipublikasikan melalui platform digital terutama media sosial, maka semakin besar pula dampaknya terhadap citra Indonesia. Pemerintah perlu merancang grand desain dan segala unsur-unsur yang dibutkan untuk menjalankan diplomasi publik yang bertumpu pada kebudayaan dan pariwisata, karena dua sisi itulah lebih lunak dan lebih mudah diterima.Â
Pemerintah juga harus mengambil tindakan yang tegas guna mendukung masyarakatnya agar lebih produktif dengan cara menciptakan kebijakan-kebijakan terkait diplomasi yang lebih banyak melibatkan publik dalam prosesnya, serta memberikan jaminan keamanan dan kesejahteraan bagi siapa saja yang mampu mengharumkan nama Indonesia melalui dunia maya.
Sumber Referensi :
Melissen, J. (2006) Public Diplomacy Between Theory and Practice. In: J. Noya (ed). The Present and Future of Public Diplomacy: A European Perspective . (California: Rand Corporation: 43).
Wang, J. (2006) Public Diplomacy and Global Business. The Journal of Business Strategy 27 (3), [Diakses 22 Januari 2008], p. 49-58.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H