Mohon tunggu...
Muklis Saputra
Muklis Saputra Mohon Tunggu... Guru - Menjalani profesi sebagai penulis, wirausaha, dan guru

Penulis lepas

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Jul

28 Juni 2024   07:50 Diperbarui: 28 Juni 2024   08:27 69
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

***

Siang cerah penuh isyarat. Walau mentari gagah bertengger tapi Jul merasa dalam keremangan. Hatinya gundah. Ia ditemui ayahnya dalam mimpi. "Jul, kamu sudah lupa denganku?" Kalimat ayah Jul terus terngiang. Hanya sebaris kata itu yang diucapkannya. Tak ada yang lain sampai tubuhnya raib ditelan kesadaran Jul dari mimpinya.

Jul gontai menyusuri jalan. Syaraf-syaraf pikirnya memaksa untuk dicarikan penyejuk. Ia terus menapaki jalan diiringi bayang-bayang ayah Jul tiada henti. Tergambar jelas bagaimana dulu ayahnya meregang nyawa. Ia seperti seekor kambing kurban yang meronta saat disembelih. Hingga bogem-bogem berkejaran menghantam tubuhnya. Darah segar mengalir. Menganak sungai di lekuk-lekuk kulit tuanya. Matanya, oh matanya. Mengiba untuk dikasihani. Bibirnya bergetar. Lidahnya melolong kesakitan yang tak terperi.

"Ayah, aku semalam mimpi makan ayam goreng." Mulut mungil Jul bertutur lugu. Sang ayah menatap kasih padanya. Ingin ia belikan bocah itu barang sepotong ayam goreng di warung Cak Mani, tapi tak ada sepeserpun uang di kantong. Upahnya sebagai pemecah batu raib entah ke mana. Seingatnya sudah masuk dalam saku celana, tapi saat diraba sudah sirna seketika. Padahal ia belum membayar kontrakan, juga belum beli beras untuk ganjal perut sampai satu bulan ke depan. Dicobanya meminjam pada tetangga, tapi tak ia dapat juga walau selembar Pattimura. Yang ia dapat cibiran kecut dan tatapan hina dari mereka.

Hati pria yang rambutnya cukup beruban itu terasa teriris. Kenyataan telah mempecundanginya. Ia terbanting dan terinjak-injak oleh pahitnya kehidupan. Ia tergilas dan remuk tanpa dapat meraih sesuatu yang dapat dijadikan pegangan untuk berdiri lagi. Uluran tangan? Tangan siapa yang sudi terulur untuk pria sepertinya? Pikirannya kalut. Batinnya terasa seperti terjepit di pegunungan Himalaya.

"Ayah pergi sebentar, Nak. Nanti pulang bawa ayam goreng." Getir rasanya ia ucap kalimat itu. Ayam goreng dari mana? Tapi teriakan girang anaknya memaksa kakinya untuk segera melangkah.

"Horeee................! Akhirnya aku nanti makan ayam goreng." Jul kecil terlihat bersemangat.

"Itu salahku. Tidak seharusnya aku ingin makan ayam goreng." Jul terisak. Dadanya berguncang. Kenangan itu semakin menusuk batinnya. Tubuh ayahnya yang tergantung terasa begitu dekat dengan matanya. Jul semakin kalut. Tangisnya semakin menjadi. Rindunya membuncah dalam sekejap. Rindu yang membuat bibit-bibit dendam dalam jiwanya terbangun dari lelapnya. Jul memegang kepalanya kuat-kuat. Seperti ada jarum yang menacap di otaknya. Dia menjerit.....

***

"Jul, dari mana saja kamu ini?" Jul diam. Ia begitu malas menanggapi pertanyaan isterinya. Ia merasa sangat gugup. Seharian ia bergulat dengan bayang ayahnya. Hingga malam, bayang itu masih sulit ditepisnya. Jul masuk kamar dan menguncinya. Tubuh kurusnya dihempaskan begitu saja di ranjang. Kepalanya masih terasa pening. Ingatannya terus melayang menyusuri masa lalunya. Membuat jiwanya lapuk terserbu rintik-rintik dendam.

"Sayang, ayo kita lakukan! Jul sedang tugas malam, kan?" Sayup terdengar suara dari luar. Tidak terlalu jelas di telinga Jul, tapi ia sangat mengenal suara itu. Ia beranjak dari pembaringan. Berusaha ditepisnya pening yang bercokol di kepalanya. Dibukanya sedikit pintu kamarnya agar matanya bisa menyapu lepas ke luar kamar. Dan ekor matanya mendapati sebuah pemandangan di dapur. Sesuatu yang hampir-hampir mustahil bagi Jul.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun