Mohon tunggu...
Puput Sekar Kustanti
Puput Sekar Kustanti Mohon Tunggu... lainnya -

pengarang, suka naik gunung, dan terus ingin berbagi rasa melalui goresan tinta. silakan berkunjung juga ke www.puputsekar.blogspot.com. twitter @puput_erdkunde

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Buku Memuaskan Mimpi Saya Akan Korea Selatan

27 April 2011   08:05 Diperbarui: 26 Juni 2015   06:20 5835
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mendengar kata Korea Selatan selalu membuat saya bersemangat.  Pertama mengenalnya memang hanya dari drama layar kaca. Kisah romantika dan komedi dari drama suguhan negeri Ginseng yang awalnya melecutkan semangat untuk mengenalnya lebih jauh. Bukan lagi dari drama Korea yang selalu saya lihat, percuma. Informasinya menurut saya terkadang kurang detail. karena drama Korea hanya terfukus pada cerita saja. Tapi lain dengan informasi di buku. Maka saya berusaha mencari informasi lengkapnya melalui buku. Berawal dari sebuah buku saku yang terselip di salah satu rak toko buku.  Tulisan seorang dosen tamu Indonesia yang bertugas selama dua tahun di HUFS (Hankuk University Foreign Studies). Catatannya cukup menggambarkan kondisi di negeri Ginseng itu. Rasa penasaran saya terhadap negara itu tidak berhenti sampai situ. Saya selalu mencari referensi tentang Korea Selatan. Baik dari buku yang saya temui di perpusatakaan atau memang secara khusus saya sempatkan mencarinya dan dari artikel yang saya dapatkan dari banyak blog di internet. Negeri kaca. Sebutan itu saya berikan untuk Korea Selatan. Negara yang puluhan tahun dijajah oleh Jepang dan berhasil menjadi negara maju menyamai Jepang. Saya menyebutnya negeri kaca karena semua bangunan yang saya lihat dari gambar-gambar di buku berlapis kaca dan baja putih yang kokoh. Dari buku juga saya dapatkan informasi yang begitu banyak tentang bandara udara Incheon, yang terbangun diatas pulau karang. Megahnya bandara Incheon yang ruangannya berlapis baja putih kokoh. Terbayang juga tentang hiruk pikuknya kota Seoul. Kota yang disebut sebagai keajaiban ekonomi Korea Selatan. Kota yang tak pernah tidur dengan masyarakat yang gila kerja. Kota yang menyuguhkan perpaduan bangunan warisan dinasti Josseon dengan bangunan modern bergaya postmodernis yang mengabaikan nilai-nilai tradisi awal. Kedua gaya bangunan tersebut tersanding dengan harmoni yang dibelah oleh sungai Han. Beberapa buku mengajakku jalan-jalan di istana Gyeongbok warisan dari dinasti Joseon. Istana megah dan menawan indah. Banyak pavilliun bergaya korea, banyak taman yang ditata ala taoisme. Kolam-kolam kecil yang menarik dan terdapat teratai indah diatasnya. Aku mengkhayalkan betapa nyamannya  jika duduk di pinggir kolam. Untuk para pecinta taman memang sepertinya Korea Selatan paling bisa menjawab rasa dahaga dari para pengunjungnya. Memanjakan mata dan menenangkan pikiran di banyak kawasan yang terdapat taman yang asri dan sejuk. Taman Yeouido salah satunya. Terutama jika musim semi kita dapat memanjakan mata dengan melihat bunga dengan berbagai macam warnanya. Taman di sana juga lengkap dengan sarana olah raga. Tak selesai hanya urusan taman saja. Ternyata fasilitas umum di sana juga begitu berkualitas. Bersih tidak ada kesan vandalisme pada setiap temboknya. Mereka adalah bangsa yang begitu tertib menjaga fasilitas bersama. Biaya hidup yang mahal tak menjadikan halangan bagi mereka, justru itu mereka jadikan tantangan untuk berkreativitas secara maksimal. Semangat kerja mereka yang patut kita tiru, walau saya juga agak merinding membaca kalau angka bunuh diri cukup besar di sana. Hal ini disebabkan karena hampir dari setengah penduduknya tidak beragama alias atheis dengan pola hidup yang cukup keras. Maka tak jarang akhirnya mereka banyak mengambil jalan pintas. Seks bebas dikalangan remaja Korea Selatan juga cukup mengerikan, bahkan hal ini juga membuat generasi tua ikut prihatin. Apalagi Korea Selatan dikenal masih memegang adat ketimuran yang kental. Namun sepertinya sekarang sudah perlahan memudar. Tapi tetap apapun yang terjadi di sana, Korea Selatan masih tetap menjadi salah satu negara idola saya. Walau hanya lewat buku rasanya begitu bahagia memandangi kecantikan bunga Mugunghwa, istana Gyeongbok, sungai Han, gunung Halla, pulau Jeju dan masih banyak lagi keajaiban di negeri Ginseng itu. Semua ciptaan Allah dimanapun berada indah begitu juga dengan Korea Selatan. Korea Selatan yang akan memukau di musim dingin, yang cantik dikala musim semi, yang menawan di musim panas dan menggoda di musim gugur. Akhirnya, entah kapan saya akan menginjakan kaki di negeri Ginseng itu, saya juga tak tahu pasti. Namun yang saya tahu pasti bahwa buku telah mengajak pikiran saya untuk berkelana dan mengenal banyak tentang keelokan negeri kaca itu.  Semoga kelak saya bisa mencicipi asamnya Kimchi dan hangatnya Ginseng Merah di negara aslinya. [caption id="attachment_105462" align="aligncenter" width="124" caption="istana Gyengbokgung (sumber gambar : google image )"][/caption] [caption id="attachment_105460" align="alignleft" width="112" caption="Bunga nasional Korea Selatan - Bunga Mugunghwa (sumber gambar : google image)"]

13038911991118210697
13038911991118210697
[/caption] Annyeong Haseyo-Salam

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun