Siapakah yang disebut dengan masyarakat madani ?
Jawaban dari pertanyaan itu adalah  " kita semua ", lebih tepatnya, kita semua dapat disebut sebagai masyarakat madani, apabila kita telah mengerti dan mengimplementasikan makna dari kata " masyarakat madani " itu sendiri dalam kehidupan sehari- hari.
Jadi, apakah arti yang sebenarnya dari masyarakat madani ?
Suroto mendefinisikan masyarakat madani sebagai sebuah konsep dari suatu kumpulan masyarakat yang berkembang pada masa Nabi Muhammad SAW, dikatakan pula bahwasannya yang disebut sebagai masyarakat madani tersebut merupakan masyarakat ideal yang dibangun oleh Nabi. Berdasarkan teori yang dikemukakan oleh Suroto tersebut, dapat terlihat jelas gambaran masyarakat madani yang ada pada era Nabi Muhammad SAW, yaitu tergambar bagaimana sempurnanya kehidupan bermasyarakat apabila sudah terciptanya masyarakat yang ideal sebagaimana yang di bangun oleh Nabi.
Baik, setelah mengetahui apa makna sebenarnya dari masyarakat madani itu sendiri, sekarang harus sangat kita pikirkan bagaimana cara menciptakan masyarakat madani di Indonesia. Pada dasarnya, untuk membentuk masyarakat madani di suatu negara, terdapat faktor-faktor yang harus diperhatikan terlebih dahulu. Beberapa faktor penting yang sangat diperlukan dalam membangun masyarakat madani adalah seperti adanya etika pluralisme, menjunjung tinggi hukum dan HAM, serta Keterkaitan iptek, moralitas, jaminan hukum, dan persamaan hak.
Melihat salah satu faktor yang telah disebutkan, etika pluralisme merupakan salah satu faktor yang terpenting harus ada dalam diri masyarakat guna membentuk masyarakat yang madani. Hal tersebut diperkuat dengan realita Indonesia yang merupakan negara dengan keanekaragaman yang luar biasa. Tidak hanya keberagaman budaya, Indonesia juga merupakan negara yang memiliki keragaman budaya, ras, suku bangsa, kepercayaan, bahkan bahasa. Banyaknya keberagaman tersebut, Indonesia belum dapat menciptakan masyarakat madani yang sepenuhnya. Namun Indonesia sedang berusaha menuju masyarakat yang madani.
Dalam proses Indonesia menuju masyarakat yang madani, sudah sepatutnya kita sebagai mahasiswa ikut berkontribusi dalam membantu Indonesia merealisasikan hal tersebut. Â Hal tersebut tentunya sejalan dengan salah satu peran dan fungsi mahasiswa, yaitu sebagai Agent of Change (Generasi Perubahan). Berdasarkan peranan dan fungsi tersebut, kita sebagai mahasiswa sudah sepatutnya ikut membantu pemerintah dalam menciptakan masyarakat madani di Indonesia.
Aksi Nyata Mahasiswa Mewujudkan Masyarakat Madani
Akan kembali menjadi pertanyaan bagi kita sebagai masyarakat biasa, khususnya mahasiswa tentang bagaimana cara agar dapat membantu pemerintah untuk mewujudkan masyarakat yang madani di Indonesia. Untuk memulai segala sesuatu, atau untuk menjadi agen perubahan, kita tidak perlu memiliki kekuasaan terlebih dahulu, yang terpenting adalah kita dapat menjadi penguasa bagi diri kita sendiri, atau yang dapat diartikan sebagai hal pertama yang harus kita lakukan sebelum mempengaruhi orang lain untuk bisa mendapatkan perubahan yang positif, yaitu kita harus dapat menanamkan nilai positif tersebut ke dalam diri kita sendiri terlebih dahulu.
Nilai positif yang merupakan faktor untuk membentuk masyarakat madani yang paling umum namun masih sulit untuk dilakukan oleh kebanyakan orang adalah etika pluralisme dan menjunjung tinggi hukum dan HAM. Sebenarnya, apabila melihat dari sisi negara Indonesia yang merupakan negara hukum dan memiliki jutaan keanekaragaman, kedua faktor tersebut merupakan faktor yang sangat penting yang harus tertanam dalam diri masyarakat Indonesia dalam membentuk mental masyarakat madani yang sedang berusaha untuk diwujudkan.
Memulai membentuk masyarakat Indonesia menjadi masyarakat yang madani haruslah dimulai dari diri sendiri, dapat kita lakukan dengan selalu mengimplementasikan segala bentuk kebaikan dalam kehidupan bermasyarakat. Sebagai contoh dari menjunjung tinggi hukum dan HAM adalah dengan kita selalu menaati segala peraturan yang telah ditetapkan di negara kita serta harus selalu menjaga sikap, tidak semena-mena terhadap orang lain, atau bahkan sampai merampas hak yang seharusnya menjadi hak orang lain. Sebagai contoh realisasi dari etika pluralisme adalah dengan kita selalu menghargai segala perbedaan yang ada pada diri orang lain, sekecil apa pun perbedaan yang tercipta, hendaklah untuk terus menjaga rasa toleransi saat berbaur dengan orang lain. Hal-hal kecil dapat kita mulai dari lingkungan sekitar kita seperti lingkungan keluarga dan lingkungan kampus.
Untuk dapat menjadi agen perubahan dengan dampak yang lebih besar dari sekedar menjadi agen untuk diri sendiri, kita sebagai mahasiswa juga dapat memberikan pengaruh yang lebih besar untuk dapat membantu pemerintah dalam menciptakan masyarakat Indonesia sebagai masyarakat yang madani. Salah satu implementasi dari hal tersebut adalah dengan kita ikut berkontribusi dalam penyaringan konten-konten di media sosial yang banyak beredar secara bebas yang memiliki efek negatif bagi masyarakat, seperti halnya konten berisi SARA, atau lain sebagainya. Tindakan nyata kita bisa dilakukan dengan cara ikut mereport akun-akun yang tidak bertanggung jawab tersebut dan membiarkan lembaga pengadilan dan lembaga lain yang bertugas untuk menindaklanjuti lebih dalam.
Selain hal tersebut, aksi nyata lain yang dapat dilakukan yaitu dengan melalui kegiatan KKN yang diselenggarakan oleh universitas, yang mana pada kegiatan tersebut mahasiswa akan dituntut untuk dapat berbaur dengan masyarakat, pada kesempatan itulah, mahasiswa memiliki kesempatan besar untuk dapat mempengaruhi masyarakat menuju masyarakat yang lebih baik. Hal yang dapat dilakukan pertama kali adalah dengan memberi contoh yang baik kepada masyarakat agar terciptanya rasa saling menghargai antara mahasiswa dan masyarakat, saat kita mendatangi suatu tempat yang baru, pasti akan terjadi culture shock akibat adanya beberapa perbedaan, dari hal tersebutlah kita dapat mengimplementasikan etika pluralisme, yaitu saling menghargai dalam perbedaan yang terjadi. Hal tersebut juga sesuai dengan peranan dan fungsi mahasiswa yang lain, yaitu sebagai Social Control (Generasi Pengontrol) sebagai seseorang yang disebut sebagai generasi pengontrol, mahasiswa sangat diharapkan untuk dapat mengendalikan keadaan sosial yang ada di lingkungan sekitarnya. Di mana, mahasiswa dituntut untuk bersosialisasi dan memiliki kepekaan terhadap lingkungan. Dengan kita memberi contoh perlakuan yang baik, kita dapat memberikan sosialisasi secara tidak langsung kepada masyarakat, namun selain itu dapat pula dilakukan sosialisasi khusus di dalam masyarakat seperti halnya memberikan edukasi kepada masyarakat guna membantu masyarakat agar lebih mengerti tentang bagaimana masyarakat madani yang ingin dibentuk oleh Nabi dan ingin diterapkan di negara kita.
Berdasarkan pemaparan di atas, terlihat bahwa mahasiswa memiliki banyak sekali peranan yang dapat dilakukan dalam membantu mewujudkan masyarakat Indonesia menjadi masyarakat yang madani, maka dari itu, kita sebagai mahasiswa haruslah berani menjadi agen perubahan bagi bangsa untuk menuju bangsa yang lebih baik, karna sejatinya untuk membuat perubahan yang baik tidak perlu kekuasaan, tetapi perlu kepedulian
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H