Mohon tunggu...
Putri Yulianingsih
Putri Yulianingsih Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Pendidikan Sosiologi UNJ 2020

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Adaptasi Gaya Hidup Masyarakat di Masa Pandemi

16 Juni 2023   05:45 Diperbarui: 16 Juni 2023   05:50 334
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

PENDAHULUAN

Masa pandemi COVID-19 telah membawa perubahan besar dalam kehidupan masyarakat di seluruh dunia. Pandemi ini tidak hanya berdampak pada bidang kesehatan, ekonomi, dan sosial, tetapi juga mengubah gaya hidup masyarakat secara signifikan. Masyarakat di berbagai belahan dunia terpaksa menghadapi perubahan drastis dalam aktivitas sehari-hari mereka. Dalam menghadapi keterbatasan dan tantangan yang ditimbulkan oleh pandemi, masyarakat telah melakukan adaptasi gaya hidup yang kreatif dan inovatif.

Adaptasi gaya hidup masyarakat menjadi sebuah kebutuhan mendesak karena berbagai pembatasan sosial dan langkah-langkah pengendalian penyebaran virus diberlakukan. Masyarakat dihadapkan pada tuntutan untuk mengubah kebiasaan dan rutinitas mereka agar sesuai dengan norma-norma baru yang diperlukan untuk melindungi kesehatan dan keamanan diri mereka sendiri serta masyarakat luas. 

Salah satu aspek terpenting yang dipengaruhi oleh adaptasi gaya hidup ini adalah interaksi sosial. Praktik-praktik yang sebelumnya dianggap wajar dan biasa, seperti bersalaman, berpelukan, atau berkumpul dalam kerumunan,  kini harus diubah menjadi jarak fisik, penggunaan masker, dan interaksi melalui teknologi komunikasi. Selain itu, pembatasan perjalanan dan penutupan tempat-tempat umum juga mempengaruhi cara masyarakat berinteraksi dan mengakses kegiatan sosial.

Tidak hanya dalam interaksi sosial, gaya hidup masyarakat juga mengalami perubahan dalam hal pekerjaan dan pendidikan. Banyak perusahaan dan organisasi mengadopsi kerja jarak jauh (work from home) sebagai solusi untuk menjaga produktivitas dan mengurangi risiko penularan. Sementara itu, pendidikan juga mengalami transformasi dengan pengenalan pembelajaran jarak jauh dan pembelajaran online. Hal ini mengharuskan masyarakat untuk menyesuaikan diri dengan teknologi dan mempelajari cara baru dalam bekerja dan belajar.

Selain itu, terdapat juga perubahan dalam pola konsumsi dan gaya hidup sehari-hari. Masyarakat menghadapi tantangan dalam mengakses produk dan layanan tertentu, sehingga mereka terdorong untuk mencari alternatif yang lebih aman dan sesuai dengan situasi pandemi. Hal ini meliputi penggunaan e-commerce, pengiriman makanan, dan aktivitas rekreasi yang dapat dilakukan di rumah. Oleh karena itu, analisis ini akan membahas lebih lanjut tentang perubahan gaya hidup masyarakat di masa pandemi.

ISI

Pandemi COVID-19 telah membawa perubahan yang signifikan dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Indonesia. Kebiasaan lama harus beradaptasi dengan kebiasaan baru untuk mengurangi risiko penularan virus. Dalam situasi ini, masyarakat Indonesia dihimbau untuk menerapkan normal baru agar tetap produktif dan terlindungi dari penyebaran virus yang telah memakan banyak korban jiwa.

Perubahan kebiasaan tersebut mencakup berbagai aspek kehidupan, mulai dari aktivitas di rumah, di sekolah, di tempat kerja, hingga tempat ibadah. Pembatasan sosial dan protokol kesehatan seperti memakai masker, menjaga jarak dan sering mencuci tangan menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari (Agus J., dkk, 2021) . 

Dalam permasalahan ini, masyarakat mengalami tantangan untuk melakukan aktivitasnya (Nihayatu R., 2021). Pembatasan mobilitas dan interaksi sosial mempengaruhi produktivitas individu dan berbagai sektor ekonomi. Banyak bisnis yang terpaksa tutup dan banyak pekerja yang kehilangan pekerjaannya, serta ekonomi berada di bawah tekanan. Hal ini memberikan dampak serius bagi keluarga, masyarakat, daerah, dan negara secara keseluruhan.

Namun, terlepas dari tantangan yang dihadapi, beradaptasi dengan kebiasaan baru juga membawa peluang dan solusi. Penerapan teknologi dan kerja jarak jauh menjadi pilihan bagi banyak perusahaan untuk menjaga kelangsungan operasional. Pembelajaran jarak jauh memungkinkan untuk terus belajar bahkan dalam kondisi terbatas. Selain itu, meningkatkan kesadaran tentang pentingnya menjaga kesehatan dan kebersihan, serta mengikuti protokol kesehatan, dapat membantu memutus mata rantai penularan virus dan melindungi masyarakat.

Untuk menghadapi masalah ekonomi, pemerintah dan berbagai lembaga terkait telah mengambil langkah-langkah untuk menyelesaikannya, seperti stimulus ekonomi, bantuan sosial dan program stimulus ekonomi ekonomi. Kolaborasi antara pemerintah, masyarakat, dan sektor swasta sangat penting untuk mengatasi dampak ekonomi dari pandemi. Untuk hidup efektif di tengah pandemi, penting untuk terus meningkatkan kesadaran, edukasi, dan pemahaman masyarakat akan pentingnya beradaptasi dengan kebiasaan baru. Dengan mengikuti protokol kesehatan dan beradaptasi dengan perubahan, masyarakat dapat melindungi diri sendiri, orang lain, dan menjalankan aktivitas sehari-hari dengan aman.

Pandemi COVID-19 menjadi ujian bagi bangsa Indonesia. Namun melalui rasa kebersamaan, kekompakan dan kerjasama yang kuat diharapkan masyarakat mampu melewati masa sulit ini dengan lebih baik dan membangun masa depan yang lebih baik.

Di masa pandemi COVID-19, kebiasaan baru untuk hidup lebih sehat sangat penting untuk memutus mata rantai penularan virus. Kebiasaan ini harus diterapkan secara konsisten oleh masyarakat dan setiap individu sehingga menjadi standar sosial dan pribadi yang baru dalam kehidupan sehari-hari. Kurangnya disiplin atau adanya sekelompok orang yang tidak mengikuti kebiasaan baru tersebut bisa menjadi ancaman memperpanjang durasi wabah virus corona.

Kebiasaan lama yang sering dilakukan seperti bersalaman, berpelukan, berkumpul, serta kebiasaan mencuci tangan yang kurang baik harus segera ditinggalkan karena dapat mendorong penularan COVID-19. Masyarakat harus mampu beradaptasi dan menyesuaikan diri dengan kebiasaan baru dalam situasi yang berbeda, baik di rumah, di kantor, di sekolah, di tempat ibadah, maupun di tempat umum seperti stasiun kereta api, pasar, dan mal.

Dalam hal ini, penting untuk secara aktif menerapkan protokol kesehatan seperti memakai masker, menjaga jarak fisik, sering mencuci tangan, dan menghindari kerumunan. Edukasi dan sosialisasi tentang kebiasaan baru ini juga harus terus dilakukan agar semakin banyak orang yang menyadari pentingnya menerapkannya.

Diharapkan dengan mengadopsi kebiasaan baru secara teratur dalam situasi yang berbeda, kebiasaan tersebut akan lebih mudah dan cepat menjadi norma pribadi dan sosial. Ini akan membantu melindungi diri sendiri, orang lain, dan mencegah penyebaran virus corona. Karena sifat menular dari virus ini, kesadaran dan komitmen kolektif untuk mengadopsi kebiasaan baru sangat penting dalam memerangi pandemi ini.

Masyarakat juga harus terlibat aktif dalam mendukung kebijakan pemerintah terkait adaptasi kebiasaan baru. Selain itu, dukungan pemerintah dan instansi terkait dalam menyediakan infrastruktur dan sumber daya untuk mendukung penerapan kebiasaan baru juga menjadi faktor penting dalam mendorong masyarakat untuk mengubah perilakunya.

Dengan kesadaran dan komitmen bersama, diharapkan kebiasaan baru ini dapat terus dipraktekkan dan menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan masyarakat sehari-hari. Hanya dengan begitu, upaya pemutusan rantai penularan virus dan penanggulangan pandemi COVID-19 dapat lebih efektif dan berkelanjutan. 

Dalam hal ini,  adaptasi gaya hidup masyarakat pada masa pandemi dapat dianalisis menggunakan teori adaptasi yang dikemukakan oleh Robert K. Merton, yang menyatakan bahwa perubahan perilaku masyarakat merupakan respon terhadap tekanan sosial dan situasional situasi baru yang mereka hadapi. Teori adaptasi Merton menjelaskan bagaimana individu dan masyarakat berinteraksi dengan lingkungannya dan beradaptasi dengan perubahan kondisi.

Dalam konteks pandemi COVID-19, masyarakat menghadapi tekanan sosial untuk mengubah kebiasaan dan perilaku sehari-hari. Misalnya, penggunaan masker, menjaga jarak fisik, dan sering mencuci tangan adalah standar baru yang diadaptasi oleh masyarakat. Hal ini sesuai dengan konsep "konformitas" dalam teori Merton, dimana individu mengikuti aturan dan norma yang diterapkan untuk mencapai keseimbangan sosial.

Namun, teori adaptasi Merton juga menyoroti ketegangan antara ekspektasi masyarakat dan kemampuan individu atau kelompok untuk beradaptasi. Tantangan yang dihadapi masyarakat dalam menerapkan kebiasaan baru tersebut, seperti perubahan kebiasaan, dampak ekonomi, dan ketidakpastian, dapat menyebabkan konflik adaptasi. Beberapa individu atau kelompok akan merasa sulit untuk mengubah kebiasaan lama atau sepenuhnya menyesuaikan diri dengan kebiasaan baru bila diperlukan.

Oleh karena itu, dukungan dan solusi pemerintah, kelembagaan dan masyarakat sangat penting untuk membantu masyarakat dalam proses adaptasi. Pendidikan yang efektif, peningkatan kesadaran, dan sumber daya yang memadai dapat membantu individu dan kelompok mengatasi hambatan adaptasi yang mereka hadapi. Pemerintah dan organisasi terkait juga dapat memfasilitasi perubahan kebijakan dan menciptakan lingkungan yang mendukung penerapan kebiasaan baru.

Melalui analisis dengan menggunakan teori adaptasi Robert K. Merton dapat dipahami bahwa adaptasi gaya hidup masyarakat pada masa pandemi merupakan hasil interaksi yang kompleks antara tekanan sosial, ekspektasi, sosial dan kapasitas adaptif individu atau kelompok. Sehingga penting untuk memahami konteks sosial dan psikologis yang melingkupi perubahan perilaku ini untuk memahami tantangan yang dihadapi dan menemukan solusi yang efektif untuk mendorong adaptasi yang berhasil. 

KESIMPULAN

Dalam menghadapi pandemi, masyarakat dihadapkan pada perubahan besar dalam gaya hidup mereka. Dengan teori adaptasi yang dikemukakan oleh Robert K. Merton, dapat disimpulkan bahwa adaptasi terhadap situasi ini melibatkan berbagai tingkat respons dan penyesuaian. 

Terdapat beberapa pola adaptasi yang dapat diamati dalam masyarakat. Pertama, ada kelompok masyarakat yang secara aktif mengadopsi gaya hidup baru dengan cepat, seperti bekerja dari rumah, mematuhi protokol kesehatan, dan menggunakan teknologi secara maksimal untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Kedua, ada juga kelompok yang mengalami kesulitan dalam beradaptasi dan menghadapi perubahan ini dengan resistensi, mungkin karena faktor ekonomi, sosial, atau psikologis. Terakhir, terdapat kelompok yang mengalami kesulitan dalam beradaptasi dan membutuhkan bantuan lebih lanjut untuk menyesuaikan diri dengan perubahan ini.

Sehingga ada beberapa langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk menghadapi permasalahan ini. Pertama, menyediakan informasi yang jelas dan akurat kepada masyarakat tentang tindakan adaptasi yang diperlukan selama pandemi. Pemerintah dan lembaga kesehatan harus berperan aktif dalam menyampaikan pesan yang mudah dipahami dan mengatasi kebingungan atau ketidakpastian yang mungkin timbul. Kedua, perlu adanya upaya lebih lanjut untuk membantu kelompok masyarakat yang mengalami kesulitan dalam beradaptasi. 

Hal ini bisa dilakukan melalui program dukungan sosial, pelatihan keterampilan baru, atau bantuan ekonomi bagi mereka yang kehilangan mata pencaharian. Terakhir, perlu ada perhatian khusus terhadap aspek kesehatan mental masyarakat, karena pandemi ini dapat menyebabkan stres dan kecemasan yang signifikan. Penyediaan layanan dukungan kesehatan mental yang mudah diakses dan terjangkau menjadi penting dalam mendukung adaptasi masyarakat secara holistik. Dengan menerapkan langkah-langkah ini, diharapkan masyarakat dapat lebih mampu beradaptasi dengan gaya hidup baru yang dihadapi selama pandemi.

DAFTAR PUSTAKA

Junaidi, Agus, dkk. 2021. Sosialisasi Adaptasi Kebiasaan Baru di Masa Pandemi Covid-19 Untuk Ibu-Ibu PKK Kelurahan Gembor, Tangerang. Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat, 1 (1), 8-12.

Rohmah, Nihayatu. 2021. Adaptasi Kebiasaan Baru di Masa Pandemi Covid-19. Al-Mikraj: Jurnal Studi Islam dan Humaniora, 1 (2), 78-90.

Storey, John. 2021. Cultural Theory and Popular Culture: An Introduction. London: Pearson Longman.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun