Mohon tunggu...
Putri Yulianingsih
Putri Yulianingsih Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Pendidikan Sosiologi UNJ 2020

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Analisis Tantangan dan Peluang Pendidikan Formal di Masa Pandemi Covid-19

26 Desember 2021   21:35 Diperbarui: 26 Desember 2021   21:44 473
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pendahuluan

Pandemi Covid-19 sedang melanda seluruh negara diberbagai belahan dunia, termasuk Indonesia. Pada bulan Maret 2020, kasus Covid-19 ini masuk ke Indonesia dan ditemukan untuk pertama kalinya di kota Depok. Setelah kasus tersebut terkonfirmasi, penyebaran virus Covid-19 menyebar dengan cepat dalam kurun waktu yang singkat. Hal ini memberikan dampak bagi masyarakat dalam segala bidang, salah satunya adalah bidang pendidikan. Sejak adanya pandemi Covid-19 kegiatan pendidikan mengalami perubahan. Perubahan tersebut sangat dirasakan oleh para guru dan peserta didik, terutama yang menjalankan pendidikan formal. Sebab pendidikan formal yang biasanya dilakukan secara tatap muka dan mewajibkan guru dan peserta didik untuk datang ke suatu tempat tertentu (sekolah), kini tidak bisa dilakukan karena adanya kebijakan yang mengatur kegiatan pendidikan formal, yakni dengan pembelajaran jarak jauh atau pembelajaran dari rumah. Kebijakan tersebut menjadi tantangan dan peluang bagi guru serta peserta didik.

Isi

Pendidikan merupakan hal utama dalam mencari sebuah ilmu. Dalam pendidikan terjadi interaksi antara guru dan peserta didik sebagai proses pembelajaran. Interaksi tersebut sangatlah penting untuk menunjang efektivitas dalam belajar. Namun sejak adanya pandemi Covid-19 interaksi antara guru dan peserta didik mengalami masalah, karena mereka dilarang untuk melaksanakan kegiatan pembelajaran secara tatap muka.

Masa pandemi Covid-19 ini membuat pola pendidikan berubah. Semula proses pembelajaran yang dilakukan secara tatap muka, namun kini proses pembelajaran dilakukan secara jarak jauh dengan memanfaatkan teknologi dan internet. Hal ini tentu memberikan dampak bagi semua orang, terutama guru dan peserta didik. Sebab mereka harus memulai dan membiasakan diri mereka dengan suasana pembelajaran yang baru.

Sistem pembelajaran jarak jauh atau yang dikenal dengan belajar online memiliki hambatan yang dirasakan bagi sebagian orang, terutama bagi mereka yang memiliki keadaan ekonomi tidak memadai. Dalam penelitian Dwi, dkk (2020) yang berjudul "Analisis Keefektifan Pembelajaran Online di Masa Pandemi Covid-19" menjelaskan bahwa, pembelajaran jarak jauh ini dapat membantu pencegahan penyebaran virus Covid-19, namun kurangnya sarana dan prasarana yang dipengaruhi oleh faktor ekonomi menjadi suatu hambatan dan tantangan dalam keberlangsungan kegiatan pembelajaran jarak jauh ini. Sehingga proses pembelajaran pun menjadi tidak lancar dan tidak efektif.

Menurut Pierre Bourdieu, peserta didik yang ekonominya memadai memiliki kemudahan untuk membeli dan memiliki kebutuhan belajar serta fasilitas yang lengkap, seperti laptop dan internet (Sari & Siswanto, 2021:94). Bagi mereka, pembelajaran online ini akan tetap terlaksana dengan baik dan mereka juga tidak akan merasakan tantangan atau hambatan yang signifikan dalam proses pembelajaran. Mereka hanya butuh waktu untuk beradaptasi dan terbiasa dengan hal tersebut. Sehingga prestasi belajar mereka pun tidak akan terganggu.

Dalam pelaksanaan pembelajaran jarak jauh (PJJ) tentu ada tantangan tersendiri dalam menghadapi masalah ini, baik secara teknis maupun non teknis (Suprapno, dkk, 2021:26). Tantangan ini dihadapi oleh seluruh masyarakat yang berhubungan langsung dalam dunia pendidikan, seperti guru, peserta didik, orang tua, dan lembaga pendidikan formal. Berbagai tantangan ini merupakan permasalahan yang harus dihadapi agar tujuan pembelajaran dapat tetap terlaksana dengan baik dan efektif.

Tantangan dalam pendidikan formal di masa pandemi yang paling dirasakan adalah sarana dan prasarana (seperti laptop dan internet) yang kurang memadai. Guru dan peserta didik terpisah oleh jarak dan tempat selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Komunikasi keduanya dibantu oleh teknologi informasi dan komunikasi, seperti WhatsApp, Zoom Meeting, Google Meet, dan lain sebagainya. Namun untuk dapat terhubung dalam media tersebut, tentunya harus memiliki internet yang stabil. Hal ini tentu saja menjadi tantangan tersulit bagi mereka yang tidak memiliki perekonomian yang memadai dan mereka yang tinggal di daerah terpencil, karena di daerah tersebut sangat sulit untuk mendapatkan sinyal.

Selain internet, kita juga harus bisa menggunakan teknologi. Teknologi menjadi tantangan yang paling utama pada era globalisasi ini, terutama pada masa pandemi. Orang yang memiliki kemampuan dalam bidang Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) tidak akan kesulitan dalam menghadapi era ini. Namun untuk orang yang gaptek atau orang yang tidak memiliki kemampuan dalam bidang TIK tersebut akan merasa kesulitan untuk menggunakannya. Sehingga kegiatan pembelajaran pun akan semakin terhambat.

Euis, Mukaromah (2020) dalam penelitiannya yang berjudul "Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam Meningkatkan Gairah Belajar Siswa" menjelaskan bahwa, keterbatasan kemampuan dan penggunaan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) membuat minat dan motivasi belajar peserta didik menjadi berkurang. Sebab keterbatasan ini membuat gairah belajar peserta didik menjadi tidak optimal. Lain halnya dengan peserta didik yang memiliki kemampuan dan sudah terampil dalam penggunaan TIK tersebut, mereka akan lebih mudah untuk melakukan kegiatan pembelajaran serta minat dan semangat mereka dalam belajar akan lebih tinggi.

Selain tantangan, pandemi Covid-19 ini juga memberikan peluang bagi pendidik/guru untuk dapat meningkatkan kemampuannya dalam bidang teknologi. Hal ini juga akan membantu meningkatkan keprofesionalan seorang guru. Sebab, guru dituntut untuk dapat membuat inovasi-inovasi yang baru dalam kegiatan pembelajaran, terutama untuk pendidikan formal agar peserta didik tidak merasa bosan dalam belajar.

Dalam penelitian Talizo Tafonao dan Sion Saputra (2021) yang berjudul "Teknologi dan Covid: Tantangan dan Peluang dalam Melaksanakan Pembelajaran Daring di Masa Pandemi" menjelaskan ada beberapa peluang belajar daring di masa pandemi, yaitu pertama, dapat meningkatkan skill dan pengetahuan. Kebijakan dari pemerintah yang mewajibkan untuk bekerja dari rumah (WFH) membuka kesempatan bagi guru untuk dapat meningkatkan skill dan pengetahuannya dengan mengikuti seminar-seminar secara daring, yang dapat dimanfaatkan untuk mengatasi tantangan yang ada. Selain seminar, guru juga dapat belajar menggunakan teknologi secara mandiri dengan menfaatkan ilmu-ilmu yang sudah diberikan saat seminar dan juga dapat menonton tutorialnya dari YouTube.

Peluang kedua adalah dapat menciptakan pembelajaran yang menarik dan informatif. Dengan memanfaatkan teknologi yang ada, guru dapat membuat suasana belajar yang lebih menarik dan menyenangkan serta tidak membosankan. Selain itu, guru juga dapat membuat penyampaian materi pembelajaran dengan menggunakan berbagai media teknologi, seperti video animasi, podcast, dan lain sebagainya. Dengan demikian, minat dan motivasi peserta didik dalam belajar akan meningkat, dan mereka juga tidak akan bosan untuk belajar meskipun kegiatan belajarnya hanya dari rumah.

Pandemi Covid-19 selain memberi peluang bagi guru, juga memberikan peluang bagi peserta didik, seperti melatih belajar peserta didik secara mandiri dan melatih peserta didik untuk dapat berpikir kritis. Selain itu, dengan diberlakukannya pembelajaran jarak jauh ini memberikan kebebasan bagi peserta didik untuk dapat mengatur kegiatan belajarnya secara fleksibel. Dengan begitu, peserta didik dapat mempunyai waktu yang lebih banyak dan dapat dipergunakan untuk melakukan kegiatan yang produktif serta bermanfaat, seperti memasak, bernyanyi, dan lain sebagainya. Dengan demikian, peserta didik dapat menemukan, melatih, dan mengembangkan hobi serta minat dan bakat yang dimilikinya.

Menurut Munir (2009:174), jika kegiatan pembelajaran jarak jauh (PJJ) dilaksanakan dengan baik dan benar, maka hasilnya akan sama dengan pembelajaran secara tatap muka. Bahkan keberhasilan ini dapat membuat pendidikan di Indonesia menjadi lebih maju dari yang sebelumnya. Keberhasilan tersebut, antara lain mampu meningkatkan pemerataan pendidikan, mengatasi kekurangan tenaga pendidikan, mengurangi angka putus sekolah, dan mampu meningkatkan prestasi belajar serta meningkatkan wawasan peserta didik. Oleh karena itu, lembaga pendidikan, guru, orang tua, dan peserta didik harus bekerja sama dengan baik agar pelaksanaan pembelajaran jarak jauh (PJJ) ini dapat berjalan dengan optimal.

Kesimpulan

Pandemi Covid-19 membuat kegiatan pembelajaran menjadi berubah dan tergantikan oleh pembelajaran jarak jauh (PJJ) yang memanfaatkan perkembangan teknologi dan internet. Bagi yang perekonomiannya memadai, PJJ ini tidak menjadi tantangan bagi mereka. Namun bagi yang mengalami kesulitan dalam perekonomian, tentu saja menjadi tantangan dan hambatan untuk dapat melakukan PJJ tersebut. Hal ini sesuai dengan yang disampaikan oleh Bourdieu, bahwa orang yang mendapatkan kemudahan dalam dunia pendidikan ini adalah mereka yang memiliki kapital ekonomi memadai. Namun PJJ ini selain memberikan tantangan, juga memberikan peluang bagi para guru dan peserta didik untuk dapat mengembangkan potensi yang dimilikinya serta melatih kekurangannya.

Saran dalam penulisan ini adalah sebelum melakukan suatu perubahan, ada baiknya diperhatikan terlebih dahulu dampak positif dan negatif yang akan ditimbulkan nantinya. Selain itu, semua yang terlibat dalam dunia pendidikan harus bekerja sama dalam menghadapi kegiatan pembelajaran jarak jauh ini. Dengan adanya kerja sama yang baik, maka PJJ ini akan berjalan dengan efektif dan efisian, sehingga hasilnya pun akan sama dengan pembalajaran secara tatap muka.

Daftar Pustaka

Dwi, Briliannur, dkk. (2020). Analisis Keefektifan Pembelajaran Online di Masa Pandemi Covid-19. Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar, 28-37.

Mukaromah, Euis. (2020). Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam Meningkatkan Gairah Belajar Siswa. Indonesian Journal of Education Management and Administration Review,4(1), 180-185.

Munir. (2009). Pembelajaran Jarak Jauh Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi. Bandung: Alfabeta.

Sari, Dian Rinanta, dan Achmad Siswanto. (2021). Sosisologi Pendidikan. Jakarta: Laboratorium Pendidikan Sosiologi UNJ.

Suprapno, dkk. (2021). Tantangan Pendidikan di Masa Pandemi Covid-19. Malang: Literasi Nusantara.

Tafonao, Talizo, dan Sion Saputra. (2021). Teknologi dan Covid: Tantangan dan Peluang dalam Melaksanakan Pembelajaran Daring di Masa Pandemi. Djtechno: Jurnal of Information Technology Research, 2(1), 45-53.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun