Latar Belakang Masalah
Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki jumlah penduduk terbanyak di dunia. Jumlah penduduk Indonesia mencapai 270,20 juta jiwa menurut data resmi sensus penduduk tahun 2020 yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS). Pertumbuhan penduduk di Indonesia setiap tahunnya akan terus bertambah atau meningkat. Keadaan ini tentunya akan menimbulkan berbagai masalah, salah satunya adalah permasalahan kemiskinan.
Kemiskinan merupakan masalah yang cukup rumit dan kompleks terutama bagi negara-negara berkembang, seperti Indonesia. Kemiskinan di Indonesia menjadi salah satu permasalahan yang masih dihadapi dan belum ada solusi untuk menyelesaikan permasalahan ini. Selama ini, pemerintah Indonesia sudah banyak mengeluarkan program-progam untuk mengatasi permasalahan kemiskinan, namun usaha yang dilakukan oleh pemerintah belum menunjukkan hasil yang signifikan. Masih banyak masyarakat Indonesia yang merasakan kemiskinan dan pahitnya kehidupan.Â
Berdasarkan data kemiskinan di Indonesia yang diambil dari Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2013 hingga 2021, menunjukkan bahwa tingkat kemiskinan di Indonesia mengalami naik dan turun. Pada bulan September 2013, Indonesia sempat mencapai 11,46% atau sebesar 28,61 juta penduduk yang mengalami kemiskinan. Namun, pada tahun-tahun selanjutnya tingkat kemiskinan di Indonesia dapat berkurang, dan dibuktikan pada bulan September 2019 tingkat kemiskinan di Indonesia berkurang hingga mencapai 9,22% atau 24,79 juta jiwa. Nyatanya, tingkat kemiskinan ini tidak selalu berkurang, melainkan pada tahun 2020 tingkat kemiskinan mengalami kenaikan yang cukup signifikan, yakni pada bulan Maret 2020 sebesar 9,78% atau 26,79 juga jiwa dan pada bulan September 2020 sebesar 10,19% atau 27,55 juta jiwa. Pada bulan Maret 2021 tingkat kemiskinan di Indonesia mengalami penurunan yang tidak terlalu besar dari tahun sebelumnya, yakni sebesar 0,05%.  Hal ini lah yang membuat penulis ingin menganalisis kemiskinan di Indonesia dan faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi tingkat kemiskinan tersebut.
Analisis Kasus
Menurut BAPPENAS, kemiskinan merupakan situasi yang serba kekurangan karena keadaan yang tidak dapat dihindari oleh seseorang dengan kekuatan yang dimilikinya. Kemiskinan ini sering ditandai dengan ketidakmampuan seseorang dalam memenuhi kebutuhan dasar, seperti tempat tinggal, pangan, pakaian, pendidikan, kesehatan, dan lain sebagainya. Hal ini dapat terjadi karena masyarakat kesulitan untuk mendapatkan kebutuhan-kebutuhan tersebut, dan ditambah dengan tidak adanya pekerjaan dan penghasilan yang cukup untuk memenuhi kehidupannya.
Menurut perspektif fungsionalisme struktural, kemiskinan timbul karena adanya disfungsi salah satu bagian sistem sosial yang ada di masyarakat. Karena menurut perspektif ini masyarakat merupakan suatu sistem yang terdiri dari beberapa bagian yang saling berkaitan dan berhubungan satu sama lainnya, jika salah satu bagian mengalami kerusakan atau tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya, maka akan mempengaruhi struktur masyarakat secara keseluruhan. Oleh karena itu, tiap bagian  sistem sosial yang ada di masyarakat memiliki perannya masing-masing dan tidak dapat bekerja secara sendiri-sendiri.
Sumodiningrat (1999) membagi tipe kemiskinan dalam tiga kategori, yaitu:
- Kemiskinan absolut, yakni keadaan seseorang yang penghasilannya tidak dapat memenuhi kebutuhan dasarnya dan berada di bawah batas garis kemiskinan.
- Kemiskinan relatif, yakni kemiskinan yang berasal dari perbandingan antara penduduk dan lingkungannya. Meskipun kondisi seseorang sudah berada di atas batas garis kemiskinan, tetapi tetap terlihat miskin karena rata-rata penghasilan lingkungannya lebih tinggi dari yang ia dapatkan.
- Kemiskinan struktural, yakni kemiskinan yang berasal dari struktur sosial masyarakat tertentu dan mereka enggan untuk memperbaiki kondisi hidupnya.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Ravi Dwi Wijayanto (2010) menjelaskan bahwa, faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kemiskinan di Indonesia, diantaranya tingkat pertumbuhan ekonomi (PDRB), upah minimum, tingkat pengangguran, pendidikan, kesehatan, dan upah minimum Kabupaten/Kota. Sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kemiskinan di Indonesia menurut BPS, yaitu perubahan rata-rata upah buruh per hari, kenaikan nilai tukar petani (NTP), rendahnya angka inflasi, adanya penurunan harga eceran tertinggi beberapa komoditas pokok, seperti penurunan harga beras, telur, ayam, dan sebagainya, dan rata-rata pengeluaran perkapita pada desil satu meningkat, serta meningkatnya kuota penerima pelaksana program bantuan pangan non-tunai (BPNT) apabila dibandingkan dengan triwulan pertama di tahun 2019.
Jika dikaitkan dengan perspektif fungsionalisme struktural, dapat dilihat bahwa faktor-faktor di atas merupakan penentu tingkat kemiskinan yang terjadi di Indonesia. Oleh karena itu, faktor-faktor di atas harus saling bekerja sama agar tingkat kemiskinan di Indonesia dapat menurun, terutama masyarakat yang bekerja atau berpengaruh terhadap faktor-faktor tersebut. Karena yang dapat mengendalikan faktor-faktor tersebut adalah masyarakatnya sendiri. Jika masyarakatnya mampu mengendalikan sistem sosial yang ada di masyarakat, maka permasalahan kemiskinan dapat teratasi dan diselesaikan.