Wayang merupakan jenis seni pertunjukan yang mengisahkan seorang tokoh atau Kerajaan dalam dunia pewayangan. Wayang berasal dari kata Ma Hyang yang berarti menuju kepada roh spiritual, dewa atau Tuhan Yang Maha Esa (Setiawan, 2020). Wayang kulit adalah karya seni adiluhung yang mampu bertahan berabad-abad dengan mengalami perubahan dan perkembangan dijadikan sebagai cerminan hidup bagi sebagian besar masyarakat Soetrisno dalam  (Ardiyasa, 2020).
Dalam pewayangan ada yang dinamakan seni memainkan wayang yang biasa disebut pagelaran. Pada pagelaran ini biasanya terdapat unsur-unsur yang ada dalam pewayangan. Terdapat dua unsur dalam pewayangan yaitu unsur benda mati dan unsur benda hidup. Unsur benda mati merupakan sarana dan alat yang digunakan dalam pagelaran wayang. Sedangkan unsur benda hidup (manusia) merupakan orang-orang yang berperan penuh dalam seni pagelaran wayang.
Unsur-unsur tersebut terdiri dari wayang, gamelan, kelir, debog, blencong, kotak wayang, dan kayon yang merupakan unsur benda mati. Kemudian juga ada dalam dalang, penyimping, niaga atau pangrawit, waranggana atau sinden yang termasuk ke dalam unsur benda hidup (manusia).
Menurut Wicaksana dalam (Ardiyasa, 2020) ketika melihat wayang tidak cukup hanya mengenalnya, tetapi juga menghayati, memahami, menginterpretasi, dan mengevaluasi, sehingga timbul kepekaan pikiran kritis dan kepekaan rasa terhadap masalah pewayangan. Pada setiap unsur-unsur tersebut tentunya juga memiliki nilai filosofis tersendiri. Yaitu
Wayang
Melambangkan makhluk Tuhan sederhananya dikatakan sebagai aneka ragam atau kategori berbagai macam ciptaan Tuhan. Pada saat pementasan, ada beberapa wayang yang diletakkan di sebelah kiri dan kanan. Atau yang biasa disebut sebagai simpingan. Jika dilihat dari urutannya, wayang ini terdiri dari yang paling kecil hingga yang paling besar.
Gamelan
Kebutuhan primer (sandang, pangan, papan) sekunder, dan tersier manusia. Nama Gamelan, juga memiliki arti tersendiri di setiap hurufnya. G (Gusti), A (Allah), M (Maringi), E (Emutingat), L (Lakono), A (Ajaran), N (Nabi). Memiliki arti, begini Allah memberi kita kebijaksanaan atau perintah untuk mengikuti ajaran Nabi. Suara gamelan ini diumpamakan sebagai suasana kehidupan, seperti suasana wilayah desa, perkotaan, hutan dan lain sebagainya. Atau suara gamelan ini menggambarkan suasana hati.
Kelir
Kelir merupakan tempat memainkan wayang. Kelir adalah sebuah layar berwarna putih berbentuk empat persegi panjang dengan panjang 2 hingga 12 meter dan lebar 1,5 hingga 2,5 meter. Â Kelir dibagi menjadi 3 bagian yaitu Langitan, Tengah, Pelemahan atau Bawah. Pelangitan diumpamakan sebagai angkasa. Pada bagian "Tengah" terdapat kain putih yang memiliki arti sebagai tempat atmosfer kita, tempat kita menghirup dan menghembuskan napas. Selanjutnya, Pelemahan yang berasal dari kata "lemah" yang berarti tanah sehingga dalam pakeliran difungsikan sebagai tempat berpijaknya wayang. Filosofinya dapat dikatakan sebagai bumi tempat makhluk berpijak.
Debog