Mohon tunggu...
Putri Vanya Larasati
Putri Vanya Larasati Mohon Tunggu... Mahasiswa - Putri Pariwisata Indonesia 2023

Mahasiswa yang antusias mempelajari dan mendalami isu-isu sosial, termasuk keadilan sosial, pembangunan masyarakat, dan hubungan antarbudaya. Bersemangat untuk berkontribusi dalam menciptakan perubahan positif melalui penelitian, diskusi, dan keterlibatan langsung dengan komunitas. Memiliki minat khusus pada kebijakan publik dan pemberdayaan masyarakat.

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Polarisasi Demokrasi di Tengah Media Sosial: Tantangan atau Peluang?

10 Desember 2024   13:35 Diperbarui: 10 Desember 2024   09:40 99
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Demokrasi Indonesia

Pemerintah Indonesia telah merespons tantangan yang ditimbulkan oleh media sosial dengan berbagai langkah, termasuk memperkuat peraturan terkait Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE). Upaya ini bertujuan untuk mengurangi penyebaran hoaks dan ujaran kebencian dengan meningkatkan pengawasan konten dan bekerja sama dengan platform media sosial untuk menghapus konten yang melanggar. Namun, pelaksanaan peraturan ini sering kali terhambat oleh masalah teknis, kekurangan sumber daya, dan kurangnya pemahaman tentang bagaimana algoritma media sosial berfungsi.

Di sisi lain, kolaborasi masyarakat juga penting dalam mengatasi tantangan ini. Program seperti Literasi Digital Siberkreasi tidak hanya memberikan pengetahuan tentang cara mengenali informasi palsu tetapi juga mendorong keterlibatan masyarakat dalam diskusi politik yang sehat. Melalui literasi digital, masyarakat dapat belajar membedakan antara berita yang kredibel dan berita yang menyesatkan, serta memanfaatkan media sosial untuk memperluas dialog demokratis di luar platform tradisional.

Kesimpulan

Polarisasi di media sosial di Indonesia adalah tantangan yang harus dihadapi untuk memastikan bahwa media sosial tetap menjadi alat yang memperkuat demokrasi. Penyebaran hoaks, kampanye hitam, dan polarisasi sosial harus diatasi dengan pengawasan yang lebih ketat, regulasi yang lebih efektif, dan upaya literasi digital yang lebih luas agar masyarakat mampu menggunakan media sosial secara bertanggung jawab. Dalam menghadapi polarisasi yang tumbuh di era digital ini, penting untuk terus mendorong transparansi dan akuntabilitas dalam diskusi publik di media sosial, serta memastikan bahwa media sosial dapat tetap berfungsi sebagai ruang untuk memperkuat demokrasi di Indonesia.

Referensi:

1. Nielsen, D. (2020). Polarization in Democratic Politics: Media, Social Media, and Political Echo Chambers in Indonesia. Asian Journal of Communication, 30(6), 609–629. Retrieved from [https://www.tandfonline.com/doi/abs/10.1080/01292986.2020.1810761]
2. Ananda, K., et al. (2019). Menyebarkan Kebencian di Media Sosial: Pandangan Masyarakat Indonesia tentang Hoaks dan Ujaran Kebencian. Jurnal Komunikasi, 17(2), 183–196. Retrieved from [https://journal.unair.ac.id/menyebarkan-kebencian-media-sosial-pandangan-masyarakat-indonesia-tentang-hoaks-dan-ujaran-kebencian-9009.html]
3. Laporan dari Siberkreasi tentang literasi digital di Indonesia, 2023. Retrieved from [https://siberkreasi.id/laporan-literasi-digital-2023](https://siberkreasi.id/laporan-literasi-digital-2023)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun