Mohon tunggu...
Putri tri
Putri tri Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

saya ada seorang mahasiwa genap dengan jurusan Ilmu Komunikasi dari Telkom University.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Arca Ganesha sebagai Salah Satu Bentuk Komunikasi Antar Budaya

11 November 2023   20:09 Diperbarui: 11 November 2023   20:10 158
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Museum adalah tempat di mana benda-benda bersejarah disimpan atau dikenal oleh orang awam sebagai barang antik. Sesuai dengan peran dan fungsinya, bahwa museum merupakan sebuah lembaga yang berfungsi melayani masyarakat untuk memperluas pengetahuan mereka (Sutarga, 1998:20). Perkembangan zaman yang sangat maju pada kehidupan masa kini, arus globalisasi semakin menghilangkan batasan ruang dan waktu. Dalam konteks ini, pengaruh negatif dapat muncul karena adanya penyebaran budaya global yang dapat memudarkan batas-batas kebudayaan sebagai identitas dan jati diri bangsa Indonesia. Dalam menghadapi tantangan ini, penting bagi kita untuk mempertahankan dan melestarikan warisan budaya kita. Dengan memperluas pengetahuan kita tentang kebudayaan melalui kunjungan museum, baik secara fisik maupun virtual, kita dapat berperan aktif dalam mempertahankan identitas budaya kita. Dalam era globalisasi ini, menjaga kebudayaan kita adalah tugas kita bersama untuk memastikan keberlanjutan warisan budaya yang beragam (Firdaus, 2019:64).

Kelompok Riset Cekungan Bandung menemukan menhir dan batu, yang diduga arca Ganesha, di puncak Gunung Lalakon. Gunung di daerah Soreang, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, itu sejak 2011 terkenal sebagai salah satu gunung piramida. Sekretaris kelompok riset cekungan bandung, Sujatmiko, mengatakan, menhir dan batuan, yang diduga arca Ganesha, itu ditemukan pada 29 Desember 2012. Batuan itu tersembunyi di balik rerimbunan semak belukar.. Bersama sejumlah wartawan, Sujatmiko menunjukkan batu tersebut, yang berada sekitar 1.000 meter di atas permukaan laut, Sabtu, 12 Januari 2013. Lokasinya hanya sepelemparan batu dari stasiun menara milik PT Indonesia Power, atau 3 meter dari penggalian tim staf Presiden, yang ingin membuktikan piramida di dalam gunung itu dulu. Menhir berupa sepasang batu tegak setinggi dada orang dewasa itu berada di bawah batuan yang diduga arca Ganesha. Menurut kelompok riset cekungan bandung, pohon itu biasa dipakai orang Sunda sebagai penanda tempat sakral. Untuk kepastiannya, kelompok riset cekungan bandung meminta bantuan Balai Arkeologi Bandung untuk melakukan observasi batuan tersebut.

Dalam beberapa kitab dari India, Ganesa disebutkan mempunyai ciri-ciri pokok sebagai berikut, berkepala gajah, bertangan empat dengan salah satu tangannya memegang ekadanta (gadingnya sendiri yang patah), tangan kiri memegang parasu (kapak perang), dan kedua tangan lainya memegang padma (Teratai merah) dan modaka (sweetmeats). Mempunyai trinetra (tiga mata), upavitanya berupa ular, kepalanya merah seperti sindura, tubuhnya merah seperti kunkuma dan duduk di atas seekor tikus, terkadang digambarkan duduk di atas singa.

Ganesha dalam mitologi Agama Hindu merupakan anak dari Dewa Siwa dan Dewi Parwati. Ganesha merupakan dewa yang awalnya ditugaskan untuk mengalahkan asura (raksasa) yang ingin menguasai tempat tinggal para dewa. Ganesha merupakan Dewa Ilmu Pengetahuan, Kebijaksanaan dan Penghancur Rintangan. Ganesha sebagai Dewa Penghalang Rintangan maka Ganesha tidak hanya dipuja sebagai parwatadewata (pendamping siwa) namun juga dipuja secara mandiri sebagai istadewata. Selain ditemukan di candi Hindu yang bersekte siwais,Arca Ganesha juga sering ditempatkan di daerah yang berbahaya seperti di tepi jurang, dekat sungai maupun di lokasi penyebrangan. Kedudukan Ganesha dalam mitologinya adalah sebagai kepala pasukan gana yang bertugas menjaga kahyangan Siwa.

Ganesha sebagai simbol sakral dan identitas lokal Hindu dihadapkan pada realitas semu di era budaya saat ini. Kondisi ini terlihat dari perbedaan implementasi Ganesha di era masa lampau dan modern saat ini. Ketika Hindu masih diselimuti dengan budaya klasik bernuansa agraris, maka penggunaan simbol Ganesha baik dalam bentuk Arca maupun media lukis hanya tertuju pada situasi, tempat dan acara ritualisme tertentu. Bahkan Ardani (2017: 373) mejelaskan bahwa, di beberapa tempat Ganesha memiliki nilai mendalam baik dalam konteks Tattwa, sosio-religius, dan estetika. Akan tetapi memasuki modern saat ini, unsur keindahan dan keagungan dari Ganesha digunakan sebagai salah satu komposisi objek, baik dengan tujuan meningkatkan keserasian dan keindahan dalam ruang, seni ornament dan lukisan baik yang tertuang dalam kanfas hingga tato pada tubuh, simbolis dan lambang objek-objek tertentu.

Sebagaimana kita tahu,  kebudayaan dibagai menjadi dua, yaitu digolongkan kepada benda berwujud dan benda tidak berwujud.  Benda berwujud dapat berupa alat-alat, alat pertanian, alat pertanian, alat perang dan sebagainya. Benda tidak berwujud sendiri berupa Bahasa moral, religi, kesenian dan kepercayaan. Archa Ganesha tergolong dalam kedua-duanya, dimana archa Ganesha sebagai perwujudan Tuhan dalam agama Hindu. Komunikasi ritual dikaitkan dengan archa Ganesha menunjukkan jika komunikasi tak hanya terjadi secara horizontal antara manusia dengan manusia namun juga dapat terjadi secara vertikal antara manusia dengan sebuah entitas yang dianggap jauh lebih tinggi diatas manusia yaitu Ganesha, sebagai dewa yang dipuja. Kemudian bentuk komunikasi ritual yang terjadi berupa pemujaan. Selain itu, komunikasi sosial yang terdapat disini dijadikan sebagai kegiatan komunikasi yang diarahkan pada proses pengaruh serta mempengaruhi dan menciptakan kesepahaman terhadap kandungan-kandungan ritual yang ada pada arca Ganesha. Dan fungsi terakhir, fungsi komunikasi sosial. Salah satu yang paling menonjol disini ialah fungsi sosialisasi, dengan mengajarkan dan memperkenalkan nilai-nilai kebudayaan dari arca Ganesha dari masyarakat kepada masyarakat lain ataupun keterunan yang diwariskan secara turun temurun. Karena itu, arca Ganesha tergolong kedalam unsur kebudayaan  sebagai sistem agama dan keagamaan sebagai mana yang disebut diatas, jika archa Ganesha  adalah salah satu dewa terkenal dalam agama Hindu dan banyak dipuja oleh umat Hindu, yang memiliki gelar sebagai Dewa pengetahuan dan kecerdasan, Dewa pelindung, Dewa penolak bala atau bencana dan Dewa kebijaksanaan.

Kesimpulan terhadap arca Ganesha ini setelah menelusuri jejak dari Ganesha memberikan pesan kepada generasi penerus dan mengajarkan tentang pentingnya kebaikan, ketaatan, melindungi sesama serta dengan memahami arca, kita dapat menceritakan bagaimana leluhur nenek moyang sangat berperan penting di tanah Nusantara dan pelan-pelan dapat mensosialisasikan kepada masyarakat luas dan mengimplementasikan nilai-nilai budaya tersebut ke dalam kehidupan sehari-hari.

Ujang Mulyadi (2021). Arca Ganesha dan Hubungannya dengan Komunikasi Antar Budaya

Agus Sumarpin Giri1, I Gede Suwantana. (September 2021) Implementasi Mitologi Dan Simbol Ganesha Dalam Budaya Kontemporer Masyarakat Bali

Anak Agung Gede Raka Dewantara , I Wayan Srijaya, Ida Bagus Sapta Jaya. (Agustus 2020) Kajian Ikonografi dan Fungsi Arca Hindu-Buddha di Pura Agung Batan Bingin Pejeng Kawan

Indra Hendrawan Wibowo . ( Agustus 2020) Nilai-nilai Budaya dalam Mempelajari Koleksi Arca Ganesha di Museum Sonobudoyo

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun