Di dunia Pendidikan Indonesia saat ini masih banyak sekali budaya mencontek yang terjadi, sedih rasanya mendengar kalimat tersebut terjadi pada generasi negeri ini di dunia yang semakin canggih.Â
Banyak siswa yang semakin kreatif dan menggunakan kode-kode unik untuk melakukan budaya mencontek tersebut, betapa miris melihat betapa kreatifnya siswa yang bukannya digunakan dalam hal kebaikan tetapi malah digunakan untuk mencontek.Â
Menggoda, berpura-pura batuk, melempar penghapus, menjatuhkan pena, memindahkan meja, mengajukan pertanyaan, memiliki tulisan-tulisan kecil berupa materi di seluruh tubuh, ijin buang air ke kamar mandi, dan masih banyak lagi, semua kekreatifan ini digunakan oleh banyak siswa untuk berbuat curang demi nilai yang tinggi.Â
Dan mengapa para siswa tidak merasa sedih atau pun malu dengan Tindakan mencontek mereka? Ya karena banyak guru dan orang tua siswa tampaknya telah mengagungkan dan lebih menghargai nilai tinggi daripada kejujuran dalam melaksanakan ulangan. Karena alasan tersebut para siswa pun berlomba-lomba mendapatkan nilai tinggi meskipun dilalui dengan kecurangan, mereka tidak peduli dengan buruknya sikap tersebut karena sudah dibutakan oleh nilai yang tinggi, karakter seperti ini jika diteruskan akan mengakibatkan buruk bagi perkembangan siswa ke depan, siswa akan terbiasa untuk berbuat curang jika dari dini tidak diajarkan terbiasa bersikap jujur. Bahkan mirisnya hal tersebut bertambah saat membaca sudut bawah ulangan yang biasanya bertuliskan kalimat-kalimat seperti di bawah ini namun tetap mencontek
" semangat mengerjakan ulangan, jangan curang"
"lakukan yang terbaik, bekerjalah dengan jujur"
"percayalah pada dirimu sendiri"
"jujur itu hebat"
Beberapa minggu yang lalu (tepatnya di tanggal 23 Maret 2022), saya dan tiga teman lainnya (Mahya Aliya, Muhammad Dicky Nor Fuadzi, dan Luluk Asekhatul Hizah) yang tergabung dalam kelompok melakukan survey kepada siswa di MA NU Nurul Huda Mangkang, yang diantara angketnya terdapat pertanyaan tentang mencontek saat ulangan Matematika berlangsung. Berdasarkan hasil angket yang mempunyai indicator, "mematuhi peraturan saat ulangan atau tes untuk tidak mencontek" dan mempunyai 5 butir pertanyaan yang memuat 3 pertanyaan positif dan 2 pertanyaan negative diantaranya sebagai berikut; 1) saya dapat mengerjakan ulangan matematika tanpa membuka buku, 2) saya merasa puas mengerjakan ulangan matematika tanpa bertanya kepada teman, 3) saya tidak melakukan plagiat (mengambil atau menyalin karya orang lain tanpa menyebutkan sumber) dalam mengerjakan ulangan matematika, 4) saya selalu melirik jawaban ulangan matematika, dan 5) saya memberikan jawaban ulangan matematika kepada teman sebangku.
Dari pertanyaan diatas, diperoleh hasil untuk pertanyaan satu yang menjawab "selalu" yang artinya (tidak mencontek) hanya sekitar 17%, untuk pertanyaan kedua terdapat jumlah sekitar 32%, untuk pertanyaan ketiga hanya sekitar 10%, sedangkan untuk pertanyaan negatif, yaitu nomor 4 dan 5 yang menjawab "tidak" (tidak mencontek) hanya sekitar 21% dan 10%. Sehingga diperoleh total umum survey yaitu lebih dari 75% dari jumlah responden mengatakan mereka pernah mencontek dan melakukan hal lain yang serupa saat ulangan matematika. Hanya sedikit siswa yang tidak ragu-ragu untuk menjawab tidak pernah mencontek saat ulangan matematika. Apakah jawaban tersebut banyak yang benar dan sesuai? Jawabannya adalah ya, tetapi jujur saja fenomena cheat seperti ini sudah tidak aneh lagi di negara kita, jadi saya dan teman-teman sekelompok pun tidak akan terkejut.Â
Setiap tahun dan setiap generasi selalu ada budaya mencontek untuk mendapatkan nilai bagus di sekolah. Konteks mencontek dalam Pendidikan tidak hanya ada dalam Ujian Nasional saja, namun dalam dalam hal kecil seperti ulangan harian saja mereka bisa mencontek, bahkan untuk kuis dan pekerjaan rumah.