Mohon tunggu...
Putri Sinaga
Putri Sinaga Mohon Tunggu... Wiraswasta - Mahasiswa

Suka menulis dan mendengarkan musik serta memotret

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Studi Lapangan Mahasiswa Fikom di Pecinaan Glodok, Menelusuri Sejarah dan budaya Tiongkoa

22 November 2024   01:25 Diperbarui: 22 November 2024   04:17 193
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mahasiswa Mercu Buana di Gedung Chandra Naya/dokpri

Lokasinya yang berada di kawasan Glodok menjadikannya sebagai pusat kegiatan spiritual dan sosial bagi keluarga dan masyarakat Tionghoa. Meskipun sejarah pendirinya tidak banyak diketahui, Rumah Abu Loe tetap menjadi simbol penting dalam pelestarian budaya Tionghoa di Indonesia. 

Selanjutnya, mahasiswa mengunjungi Vihara Dharma Bhakti, vihara tertua di Jakarta yang telah berdiri sejak 1650. Vihara ini tidak hanya menjadi pusat spiritual bagi komunitas Tionghoa, tetapi juga simbol identitas religius kawasan tersebut. Tradisi yang telah berlangsung selama ratusan tahun tetap terjaga di sini, memperkuat ikatan antara keimanan dan warisan budaya yang terus hidup.

Selain itu, mahasiswa juga mengunjungi Gereja Santa Maria de Fatima, yang memiliki keunikan arsitektur khas Tionghoa yang mengintegrasikan elemen-elemen Kristiani. Gereja ini menampilkan bagaimana komunitas Tionghoa di Glodok memeluk agama Katolik tanpa meninggalkan identitas budaya mereka. Salah satu ciri khas gereja ini adalah patung Tuhan Yesus yang dipesan khusus, dengan mata yang sedikit sipit, menggambarkan keselarasan antara agama dan budaya. 

Vihara Dharma Jaya Toasebio (sumber : dokumentasi pribadi)
Vihara Dharma Jaya Toasebio (sumber : dokumentasi pribadi)

Perjalanan dilanjutkan ke Vihara Dharma Jaya Toasebio yang didirikan pada tahun 1983 oleh sembilan orang yang berperan dalam membangun vihara ini sebagai pusat kegiatan keagamaan umat Buddha di Jakarta. Vihara ini tidak hanya dikenal sebagai tempat ibadah, tetapi juga sebagai pusat perayaan Imlek dan berbagai kegiatan budaya Tionghoa. Vihara Toasebio menjadi simbol penting dalam pelestarian tradisi dan budaya Tionghoa di ibu kota.

Tungku Pembakaran (sumber : dokumentasi pribadi)
Tungku Pembakaran (sumber : dokumentasi pribadi)

Di dalam vihara, mahasiswa juga diperkenalkan dengan berbagai ritual keagamaan, seperti penggunaan tungku pembakaran yang digunakan dalam tradisi Buddhis dan Taois. Tungku ini berfungsi untuk membakar persembahan, seperti kertas sembahyang dan dupa, yang melambangkan penghormatan kepada leluhur dan dewa-dewi. Kegiatan pembakaran ini dipercaya juga sebagai simbol penerangan jiwa dan penyucian energi negatif menjadi energi positif.

Kawasan Glodok Pancoran, Pusat Ekonomi dan Budaya

Kunjungan berlanjut ke kawasan Glodok Pancoran, yang merupakan pusat komersial dan denyut nadi ekonomi serta budaya di Pecinan. Di kawasan ini, mahasiswa dapat melihat interaksi antara tradisi dan modernitas, dengan gang-gang kecil yang dipenuhi kios-kios tradisional, apotek Cina, dan toko makanan khas Tionghoa. Kawasan ini mencerminkan bagaimana sejarah dan budaya Tionghoa tetap hidup di tengah perkembangan Jakarta yang pesat.

Pentingnya Melestarikan Warisan Budaya

Kegiatan ini tidak hanya memberikan wawasan tentang sejarah dan budaya Tionghoa di Jakarta, tetapi juga mengajarkan pentingnya menjaga dan melestarikan warisan budaya nenek moyang. Pecinan Glodok menjadi contoh nyata bagaimana sejarah, tradisi, dan modernitas dapat berjalan berdampingan, serta bagaimana keberagaman budaya dapat memperkaya kehidupan sosial masyarakat Indonesia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun