Mohon tunggu...
Putri Setyaningati Nurviansari
Putri Setyaningati Nurviansari Mohon Tunggu... Guru - Guru

Seorang Guru yang berusaha terus belajar untuk bisa mengabdikan diri di SMA Darul Ulum 1 Peterongan. Pengampu mata pelajaran Matematika. Math is fun, say Yes for Math.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Koneksi Antar Materi - Modul 2.3

18 Mei 2023   19:37 Diperbarui: 18 Mei 2023   19:39 160
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

KAM MODUL 2.3 - COACHING UNTUK SUPERVISI AKADEMIK

Pemikiran reflektif terkait pengalaman belajar 

1. Pengalaman/materi pembelajaran yang baru saja diperoleh

  • Materi pada modul 2.3 adalah Coaching untuk Supervisi Akademik. Menurut Grant (1999) , Coaching didefinisikan sebagai sebuah proses kolaborasi yang berfokus pada solusi, berorientasi pada hasil dan sistematis, dimana coach memfasilitasi peningkatan atas performa kerja, pengalaman hidup, pembelajaran diri, dan pertumbuhan pribadi dari coachee. Coach : pemberi manfaat dan pelaksana kegiatan coaching. Coachee : penerima manfaat dan pelaksana kegiatan coaching. Atau bisa dikatakan Coaching adalah kegiatan percakapan oleh coach yang menstimulasi pemikiran coachee dan memberdayakan potensi coachee. 
  • Percakapan dalam coaching dapat dilakukan dengan Alur Percakapan TIRTA (Tujuan, Identifikasi, Rencana Aksi dan Tanggung Jawab). Prinsip coaching dikembangkan dari tiga kata/frasa kunci pada definisi coaching, yaitu "kemitraan, proses kreatif, dan memaksimalkan potensi". Dalam berinteraksi dengan rekan sejawat atau siapa saja, kita dapat menggunakan ketiga prinsip coaching tersebut dalam rangka memberdayakan orang yang sedang kita ajak berinteraksi.
  • Selain Alur TIRTA dan prinsip coaching yang dibutuhkan,ada  3 kompetensi inti yang penting dipahami, diterapkan, dan dilatih secara terus menerus saat melakukan percakapan coaching kepada teman sejawat di sekolah. Tiga kompetensi inti tersebut adalah kehadiran (presence), mendengarkan aktif dan pertanyaan berbobot.

Sumber: Dokumen Pribadi
Sumber: Dokumen Pribadi

2. Emosi-emosi yang dirasakan terkait pengalaman belajar

  • Emosi yang dirasakan pada saat pengalaman belajar adalah cemas dan khawatir terkait nama "coaching" yang akan dipelajari, terpikir di awal bahwa ini kegiatan rumit karena harus menggurui, mengkonseling kepada rekan sejawat. Tetapi setelah mempelajari modul 2.3 ini , kekhawatiran itu hilang karena adanya perbedaan antara coaching dengan proses pengembangan diri lain misal : mentoring, konseling, fasilitator, dan training. Dengan mempelajari coaching , saya bisa kolaborasi bersama rekan sejawat dengan gembira , mengimplementasikan coaching baik di sekolah, ruang kolaborasi maupun saat demonstrasi kontekstual.

3. Keterlibatan Diri dalam Proses Belajar

  • Dalam proses belajar mengajar, kegiatan keterlibatan diri sudah cukup baik dan mampu berkolaborasi dengan rekan sesame CGP saat mempraktikkan proses coaching baik sebagai coach, coachee dan observer. Selain itu, saya juga melibatkan diri di setiap diskusi terkait modul 2.3.

4. Yang perlu diperbaiki terkait keterlibatan diri dalam proses pembelajaran

  • Yang perlu diperbaiki terkait keterlibatan diri dalam proses pembelajaran adalah proses alur TIRTA bagian Identifikasi coachee dengan mengajukan pertanyaa-pertanyaan berbobot. Tujuan pertanyaan ini adalah agar coachee terbuka dengan dirinya serta bisa menggiring coachee menemukan potensi dirinya dalam menyelesaikan masalahnya.

5. Keterkaitan terhadap kompetensi dan kematangan diri pribadi

  • Dengan mempelajari modul 2.3 , keterkaitan terhadap kompetensi dan kematangan diri pribadi adalah melatih ketrampilan emosi terutama manajemen diri terhadap asumsi -- asumsi atau dugaan-dugaan yang timbul dari benak saya ketika rekan sejawat atau murid saya menyampaikan permasalahan mereka. Selain itu , juga mulai berlatih coaching dengan alur TIRTA yang beriringan dengan mendengarkan RASA.

Sumber: Dokumen Pribadi
Sumber: Dokumen Pribadi

 Analisis untuk implementasi dalam konteks CGP

1. Memunculkan pertanyaan kritis yang berhubungan dengan konsep materi dan menggalinya lebih jauh.

" Bagaimana praktek coaching diimplementasikan dalam supervise akademik di sekolah "

Kepala sekolah selaku pemangku kebijakan yang seharusnya menguasai teknik coaching dalam melakukan supervisi akademik. Supervisi akademik dengan pendekatan coaching diharapkan dapat menumbuhkan kompetensi diri guru di sekolah untuk meningkatkan pembelajaran di kelas.

Pada proses supervisi akademik, di dalam pelaksanaannya ada dua paradigma utama yang menjadi landasan yang memberdayakan yakni paradigma pengembangan kompetensi yang berkelanjutan dan optimalisasi potensi setiap individu. Pada umumnya pelaksanaan supervisi akademik didasarkan pada kebutuhan dan tujuan sekolah dan dilaksanakan dalam tiap tiga tahapan, yakni perencanaan, pelaksanaan supervisi dan tindak lanjut. Sedangkan siklus dalam supervisi klinis pada umumnya meliputi 3 tahap yakni : pra-observasi, observasi dan pasca-observasi.

2. Mengolah materi yang dipelajari dengan pemikiran pribadi sehingga tergali wawasan (insight) baru.

Coaching nerupakan salah bentuk pengembangan diri dengan pendekatan memberdayakan . Dengan coaching, harapan dari proses pembelajaran yang berpihak pada murid dapat terwujud. Untuk mewujudkan prinsip dan kompetensi pada coaching, guru secara beriringan mempelajari kompetensi sosial dan emosional, tidak hanya fokus ke aspek kognitif saja.

Sumber: Dokumen Pribadi
Sumber: Dokumen Pribadi

3. Menganalisis tantangan yang sesuai dengan konteks asal CGP.

Tantangan terberat adalah menyeragamkan pemahaman supervisi akademik dengan pendekatan coaching di lingkungan sekolah. Supervisi akademik menjadi semacam hal yang menakutkan bagi guru karena dinilai oleh rekan sejawatnya, kegiatan ini seolah-olah mencari kesalahan guru oleh supervisornya. Padahal dengan pendekatan coaching , supervisi akademik menjadi kegiatan menyenangkan karena membantu guru untuk menemukan potensi dalam dirinya.

4. Memunculkan alternatif solusi terhadap tantangan yang diidentifikasi

Alternatif solusi yang bisa diberikan terhadap tantangan tersebut adalah :

  • Melakukan sosialiasi untuk menyeragamkan pemahaman supervise akademik dengan pendekatan coaching.
  • Memberikan contoh praktik coaching kepada rekan sejawat maupun murid.

Membuat keterhubungan

1. Pengalaman masa lalu

Kegiatan supervisi akademik menjadi kegiatan rutin di sekolah kami, baik supervisi akademik pembelajaran maupun supervisi  akademik perangkat. Supervisi akademik merupakan program sekolah dengan Kepala Sekolah sebagai penanggung jawab dan dibantu oleh tim supervisor. Kegiatan supervisi yang dilakukan tanpa adanya pra-observasi dan pasca-observasi, sehingga guru yang disupervisi tidak bisa diberikan umpan balik oleh supervisor untuk proses perbaikan di masa mendatang.

2. Penerapan di masa mendatang

  • Kegiatan Supervisi Akademik menjadi salah satu upaya untuk mengembangkan potensi diri dalam proses pembelajaran yang berpihak pada murid. Kegiatan supervisi akademik dapat dilakukan dengan pendekatan coaching. Percakapan coahing yang dilakukan sesuai alur TIRTA dan menerapkan prinsip coaching yaitu yaitu "kemitraan, proses kreatif, dan memaksimalkan potensi". Selain itu juga menerapkan 3 kompetensi selama proses percakapan coaching, yaitu kehadiran (presence), mendengarkan aktif dan pertanyaan berbobot.

Konsep atau praktik baik yang dilakukan dari modul lain yang telah dipelajari

Di Modul 2.1 -- Pembelajaran Berdiferensiasi ,

Kita mempelajari bagaimana mendesain pengalaman belajar dan lingkungan belajar dengan menanggapi atau merespon kebutuhan belajar murid agar murid dapat mencapai tujuan pembelajarannya. Pembelajaran berdiferensiasi sesuai dengan filosofis pendidikan KHD yaitu berpihak pada murid. Dengan praktik coaching terhadap anak anak, maka guru bisa menemukan gaya belajar dan potensi yang ada pada anak anak.

Di Modul 2.2 -- Pembelajaran Sosial dan Emosional (PSE),

Mempelajari bagaimana menciptakan pengalaman dan lingkungan belajar yang memperhatikan kebutuhan sosial dan emosional murid.

Sesuai dengan peran dan nilai guru penggerak sebagai pemimpin pembelajaran, guru penggerak harus mampu menciptakan budaya positif sesuai dengan visi dan prakarsa perubahan yang berpihak pada murid. Menciptakan lingkungan belajar yang positif dengan menerapkan 5 KSE. Di dalam pembelajaran ini juga terdapat materi mindfullnes (kesadaran penuh) . Mindfullness menjadi peranan penting selama proses coaching ,  dimana coach bisa fokus dan hadir sepenuhnya kepada coachee. 


Informasi yang didapat dari orang atau sumber lain di luar bahan ajar PGP.

Dalam mempelajari modul 2.3 yaitu Coaching untu Supervisi Akademik, beberapa sumber yabg bisa saya gunakan di luar bahan ajar GP , sebagai berikut :

  • Media Online terutama dari youtube.com, kompasiana.com, guruberbagi.com
  • Praktik Baik instruktur
  • Fasilitator
  • PP terutama saat menjalani pendampingan individu
  • Praktik baik rekan guru dalam satu lembaga

Berikut video praktik coaching :


HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun