Mohon tunggu...
narila putri
narila putri Mohon Tunggu... karyawan swasta -

semata mata hanya untuk menyampaikan pendapat, saran dan kritik yang pastinya membangun, tidak lebih

Selanjutnya

Tutup

Politik

Tidak Seperti yang MKRI Mau

25 Maret 2013   15:04 Diperbarui: 24 Juni 2015   16:14 240
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_251199" align="aligncenter" width="318" caption="Tuntutan MKRI/Foto:www.kompas.com"][/caption] Sadar atau takut? Dua kata sifat yang melekat dalam gerakan kelompok yang menyebut diri Majelis Kedaulatan Republik Indonesia (MKRI). Isu kudeta yang mengiringi seminggu terakhir ternyata hanya sekedar gertak tak berisi. MKRI seakan ingin membuat sejarah di tengah pusaran reformasi yang masih berumur satu dekade.

MKRI sadar bahwa 3000 pengunjuk rasa yang dikerahkan ternyata tidak sebanyak yang diharapkan. Menggulingkan pemerintah tidak seperti membalikkan telapak tangan. Kekuatan MKRI tidak sebanding dengan tuntutan MKRI untuk pemerintah. MKRI terlalu muluk-muluk karena selama ini MKRI sendiri belum menghasilkan apapun untuk perubahan Indonesia. MKRI cenderung hanya berorasi lewat budaya. Ketua MKRI, Ibu Ratna Sarumpaet, sekiranya apa yang telah diberikannya untuk negara ini. Hanya sekedar berdrama lewat teater atau memprotes pembubaran FPI tanpa memahami siapa itu FPI. Bukannya membela FPI, tetapi jika pandangan beliau bahwa FPI berbajukan kekerasan, maka sebarkanlah perdamaian.

MKRI takut karena berbagai teror mengancam aksi mereka. Itu pendapat yang terdengar. Mengapa harus takut kalau MKRI berjuang untuk rakyat. Jika alasan takut menjadi penghambat mereka berunjuk rasa di depan Istana Negara dan beralih ke kantor YLBHI, maka dapat dikalkulasi seberapa besar semangat pergerakan MKRI.

Memang tuntutan yang disampaikan MKRI bahwa Indonesia sudah kacau balau tidak dapat dipungkiri. Presiden yang notabene juga dihadapkan dengan persoalan internal partainya menjadi tidak sepenuhnya fokus mengurusi negara. Tetapi Presiden punya rakyat Indonesia yang tidak diam saja. Banyak perbaikan di berbagai lini. Masih berlangsung jadi tidak instant terperbaharui. Seperti beberapa tokoh pemuda yang bergiat di bidang wiraswasta, teknologi, dan pendidikan. Tidak berhenti hanya di rakyat saja, beberapa instansi di bawah pemerintahan Presiden juga mulai mengevaluasi diri seperti perpajakan dan pemberantasan korupsi. Apakah jika seandainya MKRI menduduki pemerintah bisa berbuat demikian hingga masa pemerintahan berakhir. Saya kira tidak.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun