Mohon tunggu...
PUTRI SELA PO714231221070
PUTRI SELA PO714231221070 Mohon Tunggu... Ahli Gizi - Pelajar

Travelling

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Mengoptimalkan Gizi Global 2025: Peran Kebijakan Menyusui dalam Mewujudkan Tujuan Kesehatan

23 Agustus 2024   08:48 Diperbarui: 23 Agustus 2024   08:58 28
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di tengah upaya global untuk meningkatkan kesehatan dan gizi, kebijakan menyusui memegang peranan krusial dalam pencapaian target gizi global 2025. Menyusui eksklusif selama enam bulan pertama kehidupan dan melanjutkannya hingga dua tahun atau lebih merupakan kunci dalam menurunkan angka kematian anak, mencegah penyakit, serta mendukung pertumbuhan dan perkembangan optimal. Artikel ini membahas signifikansi kebijakan menyusui dalam mencapai target gizi global 2025 dan langkah-langkah yang dapat diambil untuk memperkuat implementasinya.

Kebijakan menyusui yang efektif memiliki dampak signifikan terhadap kesehatan global. Air Susu Ibu (ASI) mengandung semua nutrisi yang dibutuhkan bayi untuk pertumbuhan dan perkembangan awal serta antibodi yang melindungi bayi dari infeksi dan penyakit. Data dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menunjukkan bahwa menyusui eksklusif selama enam bulan dapat secara signifikan mengurangi risiko infeksi, kekurangan gizi, dan kematian bayi. Selain itu, menyusui berkelanjutan hingga usia dua tahun atau lebih berkontribusi pada kesehatan jangka panjang serta pengembangan sistem kekebalan tubuh yang kuat. Dalam konteks target gizi global 2025, yang berfokus pada pengurangan stunting, wasting, dan anemia pada anak-anak serta peningkatan gizi ibu, kebijakan menyusui yang solid sangat penting. Dengan menyusui yang benar, prevalensi stunting dan wasting dapat dikurangi, yang merupakan indikator utama kekurangan gizi. Kebijakan menyusui yang efektif juga berperan dalam mengatasi anemia dengan meningkatkan asupan zat besi dan nutrisi penting lainnya bagi ibu dan bayi.

Meski manfaat menyusui sudah terbukti, implementasi kebijakan menyusui menghadapi berbagai tantangan. Salah satu tantangan utama adalah kurangnya dukungan sosial dan fasilitas untuk ibu menyusui. Di banyak tempat, ibu sering mengalami kesulitan menyusui akibat minimnya fasilitas ramah menyusui di tempat kerja serta keterbatasan informasi dan dukungan mengenai teknik menyusui yang benar. Selain itu, promosi susu formula yang agresif sering mempengaruhi keputusan ibu dalam memilih menyusui. Banyak ibu merasa tertekan oleh iklan yang menawarkan alternatif praktis namun kurang bernutrisi dibandingkan ASI. Keterbatasan akses ke layanan kesehatan dan dukungan dari tenaga medis juga dapat menghambat keberhasilan menyusui.

Untuk memperkuat kebijakan menyusui, beberapa langkah perlu diambil. Peningkatan kesadaran dan edukasi menjadi langkah awal yang penting. Pemerintah dan organisasi kesehatan harus meningkatkan kesadaran mengenai manfaat menyusui melalui kampanye informasi yang menyeluruh. Edukasi kepada ibu hamil dan menyusui tentang teknik menyusui, manfaat jangka panjang, dan cara mengatasi tantangan harus ditingkatkan. Program pendidikan di klinik, rumah sakit, dan komunitas dapat membantu mengurangi kesalahpahaman dan meningkatkan dukungan terhadap menyusui. Selain itu, dukungan di tempat kerja juga sangat penting. Kebijakan yang mendukung ibu menyusui di tempat kerja harus diterapkan dan diperkuat. Perusahaan perlu menyediakan ruang menyusui yang nyaman dan waktu istirahat yang memadai bagi ibu. Kebijakan cuti melahirkan yang memadai juga penting untuk memberikan ibu waktu yang cukup untuk menyusui dan memulihkan diri setelah melahirkan.

Pengaturan iklan susu formula juga menjadi perhatian penting. Regulasi ketat terhadap iklan susu formula harus diterapkan untuk mengurangi pengaruh negatif terhadap keputusan menyusui. Promosi susu formula yang tidak etis harus dilarang, dan perusahaan harus diwajibkan memberikan informasi yang jelas dan akurat mengenai manfaat ASI. Peningkatan akses ke layanan kesehatan juga perlu diperhatikan. Akses yang lebih baik ke layanan kesehatan dan dukungan menyusui harus ditingkatkan. Tenaga medis perlu mendapatkan pelatihan yang memadai untuk memberikan dukungan dan konseling kepada ibu mengenai menyusui. Program dukungan menyusui di komunitas, seperti kelompok dukungan ibu menyusui, juga dapat membantu ibu merasa lebih didukung dan termotivasi. Terakhir, pemantauan dan evaluasi kebijakan menyusui harus dilakukan secara berkala untuk memastikan efektivitasnya. Pengumpulan data dan evaluasi rutin mengenai tingkat penyusuan, tantangan yang dihadapi, dan dampak kebijakan dapat membantu dalam perbaikan berkelanjutan serta penyesuaian kebijakan sesuai kebutuhan.

Dalam mencapai target gizi global 2025, kebijakan menyusui memainkan peranan yang tidak bisa diabaikan. Dengan meningkatkan kesadaran, memperkuat dukungan di tempat kerja, mengatur iklan susu formula, meningkatkan akses ke layanan kesehatan, dan melakukan pemantauan yang efektif, kita dapat memastikan bahwa lebih banyak bayi dan ibu mendapatkan manfaat dari menyusui. Upaya kolektif dalam memperkuat kebijakan menyusui akan membantu menciptakan masa depan yang lebih sehat bagi generasi mendatang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun