Mohon tunggu...
lilpjourney
lilpjourney Mohon Tunggu... Freelancer - Putri Santoso

lilpjourney.com | @putriii_santoso - Seorang blogger yang jatuh cinta dengan Toraja. Sangat suka kopi dan sering hilang dari rotasi bumi.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Petani Makmur dengan Budidaya Pohon Gaharu

30 November 2022   16:31 Diperbarui: 30 November 2022   16:36 479
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : https://www.mongabay.co.id/2020/01/07/petani-muda-lombok-ini-pulihkan-lahan-dengan-gaharu-dan-buah-buahan/

Gyrinops versteegii adalah pohon penghasil gaharu. Di Indonesia, pohon ini lebih dikenal dengan istilah 'pohon gaharu.'

Pohon ini banyak diburu karena bernilai tinggi. Nilainya yang tinggi secara ekonomi tersebut disebabkan karena pohon ini bisa membentuk gubal yang mengeluarkan aroma wangi. Gubal tersebut biasanya dijadikan sebagai bahan utama pembuatan parfum.

Tergantung dari kualitas wanginya, harga gubal gaharu bisa mencapai 5 hingga 10 juta rupiah per kg. Konsumen pohon gaharu sendiri berasal dari berbagai negara. Mulai dari negara Arab hingga Cina.

Di Indonesia, pohon ini banyak tumbuh liar di hutan-hutan. Terutama di Kalimantan hingga di Nusa Tenggara Barat atau di pulau Lombok. Karena itulah, banyak masyarakat yang sengaja masuk hutan untuk berburu gaharu yang sudah mengeluarkan gubal. Akibat terus diburu membuat pohon gaharu semakin langka di alam liar.

Nilai pohon gaharu yang tinggi serta kemampuan pohon ini hidup di lahan-lahan yang tandus dan kering, membuat Maharani, seorang pemuda asal Lombok Timur, tergerak untuk membudidayakannya.

Selain bertujuan untuk melestarikan pohon gaharu, Maharani juga bermaksud untuk menghijaukan kembali pulau Lombok sekaligus memanfaatkan lahan-lahan yang terbengkalai.

Pohon gaharu akan bernilai tinggi apabila terserang penyakit (cendawan) yang memaksanya untuk mempertahankan diri dengan menghasilkan cairan beraroma wangi pada bagian gubalnya.

Gubal pohon gaharu inilah yang nantinya akan dipanen untuk kemudian disuling dan diambil minyaknya sebagai bahan pembuatan parfum.

Peluang budidaya pohon gaharu yang bernilai ekonomi tinggi dan bisa dimanfaatkan untuk menghijaukan alam ini mendorong Maharani untuk membentuk Forum Petani Cinta Gaharu di Lombok.

Forum ini sendiri pada awalnya beranggotakan 50 orang yang keseluruhannya memiliki pohon gaharu. Tujuan pembentukan forum ini adalah untuk memudahkan petani pohon gaharu dalam bertukar informasi sekaligus mengembangkan pertanian khusus untuk pohon gaharu.

Selain membentuk forum, Maharani juga mendirikan pusat riset di bidang pertanian bernama Lombok Riset Center (LRC). Tujuan pusat riset ini dibangun adalah untuk meningkatkan efektivitas pertanian.

Hingga saat ini, Maharani sudah berhasil mengajak masyarakat untuk membudidayakan pohon gaharu di lahan seluas 17 hektar lebih.

Penerima Apresiasi SATU Indonesia Awards 2014 ini menuturkan bahwa, dengan memanfaatkan pola pemberdayaan masyarakat, ia bisa mengajak masyarakat untuk berperan sebagai pelaku dan pemilik langsung dari tanaman gaharu yang dibudidayakan tersebut. Dengan begitu, masyarakat lebih bersemangat dalam menjaga dan merawat pohon tersebut.

Di samping budidaya pohon gaharu, Maharani juga aktif mengajak masyarakat--khususnya para pemuda, agar mau bertani dan menghijaukan lahan serta memanfaatkan lahan-lahan yang terbengkalai.

Tidak hanya fokus membudidayakan pohon gaharu, Maharani juga mengajak serta masyarakat untuk tetap aktif menanam tanaman-tanaman yang menguntungkan secara ekonomi seperti jagung ataupun tanaman keras seperti durian dan alpukat.

Cara Membuat Pohon Gaharu Menghasilkan Gubal

"Sebagian besar masyarakat mengira (di sini) meyakini bahwa gubal gaharu terbentuk secara mistis. Padahal, gubal tersebut berbentuk akibat penyakit dan bisa di rekayasa." Papar Maharani.

Informasi inilah yang ingin disebarkan oleh Maharani kepada masyarakat agar masyarakat mau membudidayakan pohon gaharu di pekarangan rumah maupun di lahan yang tidak terpakai seperti di lahan-lahan kritis.

Untuk memaksa pohon gaharu menghasilkan gubal, Maharani dan timnya telah mengembangkan metode untuk menyuntikkan jamur yang biasanya tumbuh di sekitar tanaman gaharu.

Jamur yang tumbuh di sekitar pohon gaharu oleh Maharani diteliti dan diolah menjadi cairan agar lebih mudah disuntikkan ke pohon gaharu yang sehat.

Untuk menyuntikkan cairan yang berasal dari pengembangbiakan jamur tersebut, salah satu metode yang diterapkan adalah dengan membuat lubang berdiameter sekitar 10 cm pada batang pohon gaharu yang sehat menggunakan bor.

Dalam jangka waktu kurang lebih 1 tahun setelah cairan disuntikkan, pohon gaharu biasanya sudah siap dipanen. Tingkat keberhasilan metode ini sekitar 50%.

Selain metode tersebut, para petani juga mengembangkan metode lain yang tingkat keberhasilannya mencapai 93% untuk membuat pohon gaharu menderita sehingga menghasilkan gubal.

Pohon gaharu yang dibudidayakan oleh Maharani dan masyarakat Lombok adalah jenis Acularia Sp yang banyak tumbuh liar di hutan-hutan Kalimantan.

Di samping mengajak masyarakat membudidayakan pohon gaharu, Maharani dan komunitasnya juga aktif mengajak masyarakat untuk meningkatkan nilai pohon gaharu dengan memanfaatkan daun hingga batangnya.

Karena selain gubalnya, bagian lain dari pohon ini bisa dimanfaatkan. Daun gaharu contohnya, bisa dimanfaatkan sebagai bahan pembuatan teh. Begitu juga dengan batangnya yang bisa diolah menjadi dupa, campuran kosmetik dan sabun, hingga tasbih.

Untuk menarik perhatian petani agar mau membudidayakan pohon gaharu. Selain  memberikan penyuluhan penyuluhan, Maharani juga memberikan bibit gratis dalam jumlah terbatas kepada siapapun yang berminat.

Pembibitan sendiri dilakukan oleh Maharani di rumahnya yang berlokasi di Desa Lendang Nangka, Kecamatan Masbagik Kabupaten Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat.

Sedangkan bagi masyarakat yang membutuhkan bibit pohon gaharu dalam jumlah banyak, mereka bisa membeli dari Maharani ataupun dari petani-petani yang melakukan pembibitan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun