Mohon tunggu...
Putri Sania
Putri Sania Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Jurusan Bimbingan dan Konseling Universitas Negeri Surabaya

Belajar menjadi lebih percaya diri.

Selanjutnya

Tutup

Parenting

Sifat Pemalu Pada Anak

31 Oktober 2022   00:55 Diperbarui: 31 Oktober 2022   01:13 164
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hai sahabat kompasiana, apa kabar nih?

Semoga sehat selalu dimanapun dan kapanpun yaa aamiin

Disini saya akan ngebahas tentang Sifat Pemalu Pada Anak niih

Pasti kalian mempunyai teman yang pemalu kan? atau dari kalian sendiri ada yang pemalu, mungkin kalian berpikir kenapa sih jadi orang kok pemalu banget, mari kita simak artikel berikut.

Kalian pasti tau kepercayaan diri seseorang berbeda-beda, ada yang memiliki kepercayaan diri tinggi dan kepercayaan diri rendah. Rasa malu memang harus dimiliki oleh setiap manusia, seperti malu dalam melakukan kejahatan dan hal kurang sopan. Tetapi kenyataan pada saat ini rasa malu itu bukan pada hal yang negatif tetapi juga pada hal positif, seperti malu menyampaikan pendapat dikelas, malu bertanya dikelas, malu memulai pembicaraan dengan orang lain.

Malu adalah salah satu emosi yang dirasakan seseorang karena adanya rasa segan, perasaan takut dan sebagainya. Rasa percaya diri yang kurang dapat membuat seseorang menjadi introvert. Akibatnya seseorang itu menutup dirinya terhadap orang lain. Dia akan menjadi orang yang pendiam, tidak suka keramaian, suka menyendiri, takut menyampaikan pendapatnya, dan susah untuk bersosialisasi.

Didalam perkembangan anak sangat dibutuhkan peran orang tua agar anak menjadi lebih berani dalam melakukan sesuatu. Orang tua harus mampu mendorong dan mengarahkan anaknya untuk percaya diri dan berani di depan umum. Tetapi, kadang orang tua sendirilah yang mematikan rasa percaya diri dan keberanian itu tanpa sadar seperti, mengkritik pakaian yang dipakai, memarahi anak di depan umum, dan membatasi anak melakukan hal baru.

Menurut erikson perkembangan sosial emosi ini terjadi pada umur 2-3 tahun dimana anak sudah mulai bisa berjalan dan melakukan beberapa hal sendiri, namun anak tersebut masih merasa ragu dan malu terhadap apa yang dilakukannya. Oleh karena itu, peran orang tua sangat dibutuhkan dalam masa perkembangan ini agar anak lebih berani dan percaya diri.

Menjadi pemalu bukan serta merta dari turunan genetik saja, tetapi menjadi seorang pemalu lebih banyak karena faktor lingkungan. Respon lingkungan yang buruk dapat memicu sifat pemalu pada seseorang, seperti respon dari teman, tetangga, ataupun orang lain. Dengan adanya respon yang buruk dari lingkungan tersebut seorang anak akan menjadi tidak percaya diri dan takut untuk memulai hal baru. Kadang ucapan teman tanpa disadari dapat menurunkan kepercayaan diri seseorang.

Didikan orang tua juga mempengaruhi sifat Pemalu pada anak. Didikan  orang tua yang membatasi kegiatan anak, membentak, dan menakut-nakuti dapat membuat anak kurang eksplor pada dunia luar mengakibatkan anak jadi takut untuk mencoba hal baru. Jika hal itu terjadi maka anak akan kesulitan mencari teman dan mengetahui potensi dalam dirinya.

Sifat pemalu pada anak dikatakan wajar jika masih dalam konteks yang sederhana seperti, malu bertemu dengan orang baru. Yang perlu dikhawatirkan yaitu pemalu yang berlebihan seperti adanya rasa cemas dan takut terhadap hal baru yang akan dihadapi. Sifat seperti itu harus segera diatasi agar tidak menimbulkan akibat yang berkepanjangan dalam perkembangan anak.

Sifat Pemalu yang berlebih pada anak dapat dicegah dengan berbagai cara dimulai dia masih balita. Peran utama yang dapat mencegah terjadinya sifat tersebut yaitu orang tua. Disaat balita orang tua harus dapat mendorong dan memberikan arahan untuk melakukan hal baru, orang tua tidak perlu memaksa anak tetapi, orang tua hanya sebagai pendamping dan penyemangat bagi anak.

Yang dapat dilakukan orang tua dalam perkembangan anak yaitu sebagai berikut:

1. Biasakan anak bersosialisasi dengan orang lain

Orang tua dapat mengajarkan anak bersosialisasi dengan orang lain dengan cara mengajak anak keluar dari rumah dan bertemu dengan orang banyak. Dengan itu anak dapat belajar dan terbiasa saat bertemu dengan orang lain.

2. Ajarkan anak untuk melakukan hal baru

Seorang anak harus diajarkan hal baru mulai sejak dini agar anak tidak takut untuk mencoba hal baru pada waktu dia sudah beranjak dewasa. Sekarang banyak anak yang takut memulai hal baru karena dia merasa dia tidak akan diterima oleh orang lain. Dengan diajarkan hal baru sejak dini anak akan terbiasa mencobanya dan menerima respon seseorang meskipun itu respon yang buruk.

3. Memuji anak 

Seorang anak akan senang dan bangga pada dirinya sendiri saat dia dipuji setelah dia melakukan sesuatu. Anak akan lebih percaya diri setelah dipuji karena itu adalah salah satu bentuk apresiasi. Jika kepercayaan diri seorang anak sudah terbentuk itu akan memudahkan proses perkembangan anak dan membentuk kepribadian anak yang lebih berani.

4. Ajak anak berkomunikasi

Komunikasi yang baik dapat membuat anak lebih terbuka untuk menyampaikan perasaaan dan emosi yang sedang dirasakan. Anak yang terbuka lebih mudah dan berani dalam menyampaikan pendapatnya.

Dalam tahap ini orang tua harus berhasil dalam mendidik dan mendorong anak untuk menjadi lebih berani untuk melakukan sesuatu. Jika tahap ini tidak berhasil maka anak akan menjadi orang yang takut dan ragu-ragu dalam melakukan sesuatu. 

Sebagai sesama manusia dan ciptaan Tuhan kita harus dapat menghargai apapun yang dilakukan oleh orang lain. Kadang kita tidak sadar dapat menyakiti hati orang yang menurut kita itu wajar namun bagi mereka tidak karena keadaan psikologis setiap orang berbeda-beda. Jika setiap hari kita memberi respon yang buruk terhadap orang lain, kita bisa menjadi penyebab orang tersebut menjadi tidak percaya diri.

Sekian yang bisa saya tulis jika ada kesalahan kata mohon dimaklumi dan semoga tulisan saya dapat bermanfaat bagi kalian semua.

Terimakasih.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun