Mohon tunggu...
Putri Salsabilla Maulia
Putri Salsabilla Maulia Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa PPKn Universitas Pamulang

Dengan bekal ilmu seseorang bisa bertahan hidup..

Selanjutnya

Tutup

Politik

Impian Partai Solidaritas

28 Juni 2021   19:48 Diperbarui: 28 Juni 2021   20:20 181
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Lolos verifikasi faktual pada tingkat DPP, melakukan proses perekrutan bacaleg yang profesional dengan tim seleksi yang kredibel, serta melakukan penggalangan dana partai dan peluncuran kartu SAKTI (Solidaritas Anti Korupsi dan Intoleransi) yang transparan, Partai Solidaritas Indonesia (PSI).


Banyak contoh kasus dalam perpolitikan nasional, partai politik baik yang sudah terbentuk lama ataupun yang masih baru memasang target tinggi dalam proses keikutsertaannya dalam kontestasi pemilu. Impian banyak partai politik tersebut seringkali tidak diiringi kerja-kerja politik yang spesifik dan pelembagaan tubuh partai yang kuat dan stabil.

Pelembagaan institusi partai politik yang kuat seharusnya menjadi tolok ukur yang penting dan utama sebagai kekuatan dalam tubuh partai politik. Samuel P Huntington mengatakan bahwa untuk dapat bertahan, partai politik harus memiliki kelembagaan yang kuat dan stabil.

Di tengah fragmentasi kekuatan partai-partai politik nasional lama dan semakin rendahnya kepercayaan publik terhadap partai politik, sebagai partai politik baru, tantangan demi tantangan untuk menunjukkan bahwa PSI mampu bertahan dan bersaing dalam ajang pemilihan umum tentu sangatlah berat. Dalam konteks tersebut, sebagai partai yang baru saja terbentuk dan bekerja keras untuk mengikuti pesta pemilu untuk pertama kali, setidak-tidaknya terdapat beberapa indikator yang harus dipenuhi PSI agar mampu eksis dan bersaing.

Indikator penting tersebut yaitu lolos secara administratif dan faktual di berbagai tingkatan, baik di tingkat pusat dan daerah berdasarkan aturan undang-undang pemilu. Selain itu mampu masuk dalam parlemen untuk pertama kali serta secara berkala terus masuk dalam perwakilan parlemen pada saat setiap kali pemilihan adalah catatan yang harus dipenuhi PSI. 

Tentu ini sangatlah sulit, dalam konteks politik nasional, justru seringkali terlihat partai politik baik baru maupun lama cenderung tenggelam dan hilang sebelum besar.

PSI Hari Ini

Sulit dipungkiri bahwa dalam proses menguatkan pelembagaan partai, tidak banyak partai politik di Indonesia yang mampu mendirikan sebuah institusi partainya secara profesional. Bagi PSI, dengan menunjukkan di awal terdapat cara-cara baru dalam mengelola partai secara modern, profesional serta transparan, tentu menjadi awal sebuah proses pembentukan citra dan branding partai yang baik di tengah masyarakat. Tetapi itu tidaklah cukup. Masih banyak "pekerjaan rumah" yang harus terus dibenahi dan dilakukan oleh partai yang menganggap bagian dari kaum milenial ini.

Berdasar hasil survei Orkestra (Organisasi Kesejahteraan Rakyat) pada akhir 2017, tingkat elektabilitas PSI masih tergolong sangat rendah dengan hanya memiliki prosentase 2% di bawah Partai Perindo yang juga tergolong partai politik baru dan berada di urutan 12 dari beragam jumlah partai politik. Hasil survei tersebut menjadi tolok ukur untuk memahami posisi PSI hari ini. Ibarat bayi yang baru saja lahir, PSI masih dalam tahap terus berjuang untuk merangkak, berdiri dan berlari dalam upaya membesarkan nama dan eksistensi partai di tengah masyarakat.

Terdapat beberapa tantangan yang menjadi penting untuk PSI sebagai partai politik baru dalam proses menancapkan daya eksistensi yang lebih jauh dan berkembang di tengah masyarakat.

Kuat dan Mengakar

Sebagai partai politik yang menginginkan tampil dan ikut serta dalam ajang pemilu 2019 tahun depan, pembentukan struktur kepengurusan yang nyata, kuat dan mengakar di berbagai tingkatan baik pusat hingga daerah dan bekerja baik pembenahan secara internal maupun eksternal harus terus diupayakan. Hal ini sebagai upaya menancapkan daya eksistensi partai yang jauh lebih kongkret di tengah masyarakat luas, tidak hanya kantong-kantong perkotaan yang dianggap menjadi kekuatan PSI hari ini, namun daerah-daerah lain bahkan hingga pelosok desa.

Jikalau sudah ada, bagaimana PSI kemudian harus mampu menggarap kantong-kantong pemilih loyal dengan program kerja yang nyata. Upaya publisitas politik dan upaya melakukan proses networking dengan organisasi lain di luar partai tersebut harus nyata dan konsisten guna penguatan organisasi partai di berbagai tingkatan daerah.

Tokoh dan Program

Tidak dapat dipungkiri bahwa dalam konteks politik nasional, kepemilikan tokoh yang mampu memberi pengaruh positif terhadap elektoral partai menjadi penting yang harus dimiliki. PSI tidak cukup hanya memiliki dan mengandalkan anak-anak muda bagian dari representasi kaum milenial yang memiliki semangat luar biasa namun belum berpengalaman dan tergolong masih baru dalam konteks politik nasional. Tentu cara ini cenderung akan kalah bersaing jika dibandingkan dengan tokoh-tokoh dari partai politik lain yang lebih mapan dan berpengalaman.

Cara seperti itu cenderung membatasi PSI dalam membesarkan nama partai di daerah. Perlu memiliki tokoh-tokoh yang mampu berpengaruh hingga ke akar rumput guna membesarkan nama PSI di daerah-daerah. Di samping itu, yang paling utama dan penting adalah pelaksanaan program kerja yang berorientasi positif kepada masyarakat. Program kerja yang mendasar pada kultur dan tradisi yang berbeda-beda di setiap daerah.

Program kerja yang nyata sebagai role model pergerakan PSI ini tentu akan mengimbangi kampanye politik yang dilakukan PSI di berbagai media sosial. Sasaran yang dicapai tidak hanya kaum milenial semata namun lebih jauh kepada masyarakat luas yakni kantong-kantong calon pemilih berdasarkan pemetaan sosial dan politik. Selain itu, pelaksanaan program kerja yang nyata dan menyentuh masyarakat merupakan bagian upaya untuk mendapatkan loyalitas yang nyata dan bagian dari cara partai untuk berpihak kepada masyarakat.

Jika dilihat, selama ini, bagian ini belum sepenuhnya muncul dari PSI. Sosialisasi produk partai cenderung hanya berupa tagline semata dan tidak dilakukan secara lebih spesifik. Ini akan sulit karena partai harus menjadi jembatan yang nyata (selain pemerintah), dan solusi kongkret terhadap permasalahan masyarakat. Selain itu, kohesi partai tidak akan melekat jika hanya menggaung di masyarakat hanya melalui media sosial. Mari dinantikan kerja-kerja politik PSI ke depan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun