Tahukah anda? Bahwa pada minggu epidemiologi ke-7 tahun 2024 terdapat penyakit infeksi emerging baru diantaranya seperti Mpox, COVID-19, Avian Influenza A(H5N1) pada manusia, Avian Influenza A(H5N6) pada unggas, Penyakit Virus Nipah, Demam Lassa, Legionellosis, Meningitis Meningokokus, Listeriosis, dan Crimean-Congo Haemorrhagic Fever (Kemkes, 2024). Dengan begini paradigma masyarakat berubah, yang tadinya berpikir bahwa dokter harus merawat pasien, namun sekarang harus ada upaya preventif agar penyakit tidak menginfeksi lebih banyak manusia, peran tenaga kesehatan juga saling melengkapi dan semakin dibutuhkan di era yang semakin berkembang.
   Pada tahun 2022 dikutip dari situs resmi Kemenkes, Budi Gunadi Sadikin selaku Menteri Kesehatan, mengakui kasus PTM di Indonesia setiap tahunnya bertambah. Karena layanan rujukannya sedikit, antriannya jadi makin panjang. Beliau berkata juga bahwa PTM membutuhkan perawatan yang cepat, jika waktu tunggunya lama, pantas saja orang pergi ke luar. Maka dari itu akan segera dibereskan.
   Pemerintah memang sudah seharusnya membangun teknologi yang lebih memadai di fasilitas kesehatan agar masyarakat tidak perlu repot-repot ke luar negeri. Mengontrol peningkatan profesionalitas tenaga kesehatan dirasa juga perlu untuk mengevaluasi kinerja tenaga kesehatan.Â
   Kemudian, munculnya alat kesehatan portable yang bisa digunakan secara mandiri oleh masyarakat menambah masalah dalam bidang kesehatan. Bagaimana tidak, munculnya alat ini bisa mengurangi tingkat kepercayaan dari masyarakat. Masyarakat tidak perlu susah payah untuk berobat ke rumah sakit karena sudah ada alat portable yang bisa memeriksa langsung. Tidak perlu juga mengeluarkan biaya untuk cek rutin. Sehingga masyarakat tidak perlu ke rumah sakit lagi. Jika begini tenaga kesehatan susah untuk menerima pasien dan pasti akan ada gangguan di bidang kesehatan.Â
   Berdasarkan persentase penduduk yang mempunyai keluhan kesehatan selama sebulan terakhir (Persen), pada tahun 2021 yaitu 27,23, pada tahun 2022 yaitu 29,94 dan pada tahun 2023 yaitu 26,27. Dapat dilihat terjadi penurunan keluhan kesehatan. Berarti kinerja kesehatan Indonesia telah meningkat.
   Kemudian solusi yang bisa ditawarkan yaitu :
Membuat paradigma dari pemerintah dan masyarakat bahwa semua tenaga kesehatan saling membutuhkan dan melengkapi satu sama lain
Paradigma ini akan menjadi kolaborasi. Kolaborasi dapat berjalan baik jika setiap anggota dapat saling memahami peran dan tanggung jawab, masing-masing profesi memiliki tujuan yang sama, mengakui keahlian masing- masing profesi, saling terbuka untuk bertukar informasi, serta memiliki kemampuan untuk mengelola dan melaksanakan tugas baik secara individu maupun bersama kelompok.
Mendukung kinerja dan inovasi dari anak muda terutama di bidang kesehatan
Anak muda dapat berkontribusi dalam membangun bidang kesehatan, seperti inovasi alat kesehatan, aplikasi kesehatan untuk mempermudah konsultasi dan berobat jarak jauh, mengikuti pertemuan berbasis internasional seperti Youth Town Hall untuk kaum muda di tingkat South East Asia Region (SEAR) dan Nasional. Acara tersebut pernah diselenggarakan di Jakarta, pada 20-21 Maret 2019 yang diadakan oleh WHO untuk menyampaikan suara mereka terkait umpan balik pengembangan, khususnya sektor di kesehatan. Ini dapat membawa pembangunan kesehatan lebih berkelanjutan dan meningkatkan pelaksanaan tujuan-tujuan pembangunan berkelanjutan secara signifikan.
Membuka peluang ke berbagai negara (pertukaran pelajar, dsb)
Peran pemerintah untuk membuka pertukaran pelajar atau beasiswa bagi anak muda yang ingin menempuh pendidikan lebih tinggi. Peluangnya bisa sharing ilmu, budaya dan tradisi di negara lain terkhusus bidang kesehatan. Lalu disesuaikan dan diterapkan di Indonesia.Â
Mencari anak muda yang berbakat untuk diliput & difasilitasi oleh negara
Program Clash of Champions by Ruangguru baru-baru ini juga menarik perhatian publik. Program ini terinspirasi dari University War dari Korea Selatan yang konsepnya sama-sama merupakan kompetisi keterampilan dan kecerdasan antar mahasiswa terbaik di berbagai perguruan tinggi di Indonesia dan luar negeri. Acara ini dapat dijadikan kesempatan untuk memotivasi anak negeri terus belajar, meningkatkan daya saing yang sehat dalam menempuh pendidikan, dan meningkatkan pemahaman mereka terkait beberapa bidang ilmu karena pesertanya juga dari berbagai program studi.Â
Dampaknya, perusahaan teknologi pendidikan mendapatkan dorongan untuk mengembangkan layanan yang lebih inovatif. Hal ini berdampak positif pada pertumbuhan sektor pendidikan, teknologi pendidikan (edtech), dan meningkatkan daya saing ekonomi Indonesia di kancah internasional. Jika pendidikan memadai, maka akan menciptakan sumber daya manusia unggul, dengan begitu bidang kesehatan juga akan mengikuti.Â
Bisnis farmasi dan teknologi kesehatan bisa dikendalikan agar seimbang dan merata di seluruh Indonesia (tidak terjadi ketimpangan)
Menaikkan gaji tenaga kesehatan di wilayah terpencil sebagai motivasi agar tiap wilayah memiliki pelayanan kesehatan yang memadai
Seperti pada kenaikan Bantuan Biaya Hidup (BBH) dokter internship di Indonesia yang dimulai pada tahun 2023 lalu.
Membuat masyarakat agar 'berdaya' untuk merawat dirinya sendiri, kesehatan di sini sebagai prioritas bukan opsi, dan memberlakukan budaya 'sehat'
   Baik itu tadi adalah beberapa solusi yang mungkin bisa diterapkan untuk meningkatkan mutu kesehatan Indonesia. Sebagai penutup, jangan pernah membatasi diri untuk berkembang dan belajar, memajukan kesehatan Indonesia adalah PR (Pekerjaan Rumah) kita semua. Harus ada kerja sama dari berbagai lintas sektor agar dapat tercapai kesehatan yang berkualitas dan menyeluruh untuk rakyat Indonesia.
By : Rosephilia Firsitasari P.BÂ
Mahasiswi Universitas Airlangga
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI