Akhir-akhir ini lagi rame nih yang ngebahas soal ghosting. Well, sebenarnya apa sih yang bikin seseorang memilih melakukan ghosting?
Sebelum masuk ke pembahasannya, kita harus tau apa sih ghosting itu?
Dilansir dari klee.id, Ghosting adalah perilaku menghilang dari teman atau orang-orang terdekat (atau yang sedang dekat) tanpa adanya pemberitahuan terlebih dahulu. Jika pun ada pemberitahuan maka sifatnya satu arah dengan sedikit kesempatan (atau bahkan tidak ada kesempatan) untuk pihak yang ditinggalkan memberi respon.
Ghoster sendiri adalah istilah yang merujuk kepada perilaku ghosting, sedangkan ghostee adalah istilah yang merujuk pada orang yang ditinggalkan oleh ghoster.
Perilaku ghosting ini adalah salah satu bentuk penyelesaian hubungan yang menggunakan strategi inderected other-oriented approach yaitu upaya untuk menyudahi sebuah hubungan dengan cara yang implisit, ambigu dan tidak jelas dengan maksud untuk mengurangi rasa sakit, rasa malu dan perasaan lainnya yang mungkin dirasakan oleh ghostee.
Nah, apa saja sih penyebab dari ghosting sehingga membuat seseorang untuk melakukan ghosting?
Menurut penelitian LeFebvre dkk, ada lima penyebab utama yang membuat seseorang memilih untuk melakukan ghosting, diantaranya:
1. Faktor pertama yaitu convenience atau faktor rasa nyaman, dalam hal ini ghoster merasa nyaman untuk menyudahi hubungan dengan cara ghosting. Seperti "Aku ingin menyudahi hubungan dengan cara face-to-face. Cara ini membuatku merasa lebih nyaman karena aku bukan orang yang bisa berkonfrontasi".
2. Faktor kedua yaitu attractiveness atau faktor ketertarikan, dalam hal ini bagaimana ghoster "menyeleksi" seberapa tertarik dirinya kepada orang lain baik dari aspek fisik, emosi, atau intelektual. Ketika ghoster tidak menemukan ketertarikan pada partnernya, maka ia memilih untuk melakukan ghosting. Seperti "Aku memilih untuk melakukan ghosting karena aku tidak lagi tertarik dan tidak merasa cocok untuk menjalin hubungan dengannya, lagi pula ini bukanlah hubungan yang serius".
3. Faktor ketiga yaitu interaksi yang negatif, dalam hal ini ghoster merasa tidak tertarik untuk melanjutkan hubungan karena adanya perilaku yang tidak disukai dari partnernya. Biasanya, perilaku buruk tersebut membuat ghoster merasa marah, frustasi, rendah diri atau merasa toxic. Seperti "Aku merasa begitu negatif dan buruk dengan diriku sendiri akibat interaksi dengannya (partnernya), sehingga aku memilih untuk menyudahi hubungan ini dengan cara ghosting karena kau tidak ingin membicarakannya lagi secara langsung".
4. Faktor keempat yaitu status hubungan berkaitan dengan tipe hubungan (misalnya hubungan pertemanan, romantis, atau kenalan) atau juga durasi hubungan (seberapa lama hubungan sudah terjalin) yang sedang dijalani. Seperti "Aku memilih untuk menghentikan hubungan dengan cara ghosting karena aku baru saja berkencan sekali dengannya dan aku tidak tertarik untuk melanjutkan hubungan ini. Daripada jadi awkward kalo harus berbicara langsung, aku memilih untuk memilih ghosting."
5. Faktor kelima yaitu keamanan, berkaitan dengan adanya potensi bahaya atau hal buruk yang bisa ditimbulkan jikaseseorang memutuskan hubungannya secara langsung. Seperti "Aku memilih untuk berhenti berbicara dengannya dan melakukan ghosting karena aku khawatir  jika aku membicarakan ini secara langsung maka ia (partnernya) akan menampilkan respons yang mengerikan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H