Saya ingat betul, saya menitikkan air mata mendengar bagaimana satu demi satu anak bercerita dengan haru tentang kedua orang tuanya. Dan bersama saya, ada berpasang-pasang mata lain yang juga memerah tak kuasa menahan tangis. Beberapa bahkan mulai sesenggukan. Saya sampai iri, bagaimana rasanya dicintai dengan begitu luar biasa oleh semua orang dan seluruh keluarga seperti mereka?
Ketika masih kecil, saya termasuk salah satu yang mengira bahwa menikah adalah kepastian. Semakin besar, saya juga ikut merasa bahwa menikah adalah kemewahan. Tapi, setiap terkenang saat itu, saya tahu bahwa sesungguhnya menikah adalah pilihan. Saya cuma berharap, saya punya kekuatan sebesar mereka untuk mengambil keputusan paling bernyali itu: mengisi anjungan dengan teman terpilih agar catatan perjalanan ini tak cuma berwarna putih. Karena yang lebih buruk ketimbang rasa sakit adalah ketakutan, juga penyesalan lantaran kita tidak pernah mencoba memanggil keberanian.
Catatan: Tahun 2012 kemarin, banyak sekali teman saya yang menikah. Tahun ini pun sepertinya akan mencatat rekor serupa. Selamat buat yang sudah menemukan teman di anjungan!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H